Bab 74

Romance Series 14079

Jakarta,,

Bela dan Adnan mendatangi rumah sakit kembali.bukan untuk memeriksakan kondisi kesehatan Adnan.tapi melainkan untuk menjenguk sang sahabat,yaitu gita.

Ya,setelah bela sempat kecewa kepada Gita karena dirinya sudah menyembunyikan penyakitnya itu.tapi sekarang bela sadar,sebagai seorang sahabat harusnya bela memberikan support,agar Gita tetap semangat dalam melawan penyakitnya bukan malah menjauhinya.

Lagi pula sudah jelas alasan Gita menyembunyikan penyakitnya itu kepada orang sekelilingnya.gita hanya tidak mau membuat semuanya khawatir dengan keadaannya.

"gimana keadaan loe,ta?" tanya bela yang sudah duduk di kursi dekat ranjang.

"seperti yang loe liat.keadaan gue masih sama kayak kemarin?" jawabnya.

Semuanya tampak terdiam.entah kenapa suasananya mendadak jadi canggung.

"Mmm...ta,gue...minta maaf ya soal kemarin?" cicit bela.

Gita menatap sang sahabat.sesekali dirinya mencuri pandang ke arah Adnan yang berdiri di belakang bela.

Tidak lama gadis itu tersenyum manis kemudian menggenggam tangan bela.

"gak apa-apa bel.gue juga paham kok sama sikap yang loe tunjukkin kemarin.kalau gue jadi loe juga gue bakalan marah besar.yang harusnya minta maaf itu gue.gue yang udah gak jujur sama kalian perihal penyakit gue ini.gue cuma gak mau aja kondisi gue ini jadi beban buat kalian.gue..-

"stop berpikiran kayak gitu ta.kita ini kan sahabat.susah senang harus kita tanggung sama-sama?" potong bela.

"iya?" ucap Gita.

"terus sekarang gimana.loe masih mau tetap sembunyiin ini dari keluarga loe?" gita terdiam setelah itu menganggukkan kepalanya.

"iya bel.gue masih mau sembunyikan ini dari mereka loe tau sendiri kan nyokap gue gimana?" ucap Gita mengingatkan kembali kondisi mamanya yang sering sakit-sakitan

"iya juga sih??...terus gimana sama Vania dan rika.mereka juga udah balik loh ke jakarta.dan pastinya mereka bakal tanya soalnya loe ke gue.gue harus jawab apa nanti?" ucapnya.

"untuk sementara loe jangan bilang dulu ya sama mereka.tunggu kondisi gue benar-benar pulih dulu.gue janji bakalan cerita yang sebenarnya?" pinta Gita.

Gita mengarahkan pandangannya ke arah Adnan,seakan mengisyaratkan untuk melakukan permintaannya barusan.

"kalau kamu maunya begitu aku juga bakal diam,ta?" ucap Adnan.Gita tersenyum.dan lagi dirinya melihat ke arah bela.

"iya iya gue juga bakalan diem kok?" ucap bela dengan sangat paham.

Disela-sela percakapan ketiga orang tersebut,tiba-tiba aja Efendy masuk ke dalam ruang rawat Gita tanpa permisi sambil membawa sebuah paperbag di tangannya..

"ta,ini pesanan ka-" Efendy menghentikan perkataannya saat melihat keberadaan bela dan Adnan diruang rawat Gita.

"eh,sorry.saya pikir gak ada orang? ucap Efendy yang merasa tidak enak hati serta malu karena sudah masuk ke dalam tanpa permisi terlebih dahulu.

Bela dan Gita saling melempar pandang dan tersenyum melihat tingkah Efendy.

"gak apa-apa dy.oh ya,kamu udah beliin bubur ayam pesanan aku kan?" tanya gita.

"udah ta,ini.bubur ayam tanpa kacangnya?" Efendy menyerahkan paperbag yang berisikan bubur ayam pesanan gita.

"makasih ya?" ucap nya.

Bela beranjak dari kursinya lalu berjalan mendekati Efendy.

"loe yang nemenin gita terus ya dirumah sakit?" tanya bela sambil memperhatikan Efendy.

"eh,gak juga sih.cuma baru beberapa hari ini aja kok?" jawabnya.

"oh ya.gomong-ngomong kita belum kenalan.gue bela.nama loe siapa?" tanya bela mengulurkan tangannya kehadapan efendy.

Disisi lain gita dan Adnan yang melihat tingkah bela langsung menatapnya dengan penuh kecemburuan.

"saya Efendy?" jawab laki-laki itu diakhiri senyuman penuh keramahan kemudian membalas uluran tangan bela.

"oh?" Bela tampak manggut-manggut.

"loe nemenin Gita terus,emangnya loe gak kerja?" Efendy tersenyum tipis.

"saya kerja kok.kebetulan lagi cuti aja?" jawabnya.

"ouwh..." lagi-lagi bela mengangguk.

"kerja apa??trus dimana??" bela benar-benar penasaran dengan sosok laki-laki tampan yang menjadi teman dari sahabatnya itu.

"khem!!!" dehem Adnan yang masih terus menatap bela penuh cemburu.

Bela menoleh sesaat ke arah Adnan namun setelah itu dirinya kembali terfokus kepada Efendy.

"saya kerja di rumah sakit di Surabaya.saya seorang dokter umum di sana?" jelas efendy.bela yang mendengarnya cukup terkesima.

"what!!..jadi loe dokter!!" bela langsung mempertipis jarak tubuh mereka berdua.

"KHEM!!!.." Deheman Adnan terdengar semakin kencang.bela memutar bola matanya dengan malas lalu menatap Adnan.

"apa sih kak??!...kak Adnan mau diperiksa sama dokter Efendy?!" ucap bela kesal karena sedari tadi Adnan terus mengganggu dirinya mengobrol dengan laki-laki itu.

"kamu tuh ya-"

"apa?!" tanpa memperdulikan rasa cemburu yang Adnan rasakan saat ini,bela langsung merogoh tasnya lalu mengambil hp miliknya dari dalam sana.

"eh.gue boleh minta nomor loe gak.siapa tau aja nanti gue butuh buat konsultasi online sama loe?" bela menyerahkan hpnya kepada Efendy

"boleh kok.sini saya save nomor nya?" tanpa ragu Efendy segera mengambil hp tersebut kemudian mulai mensave nomornya pada hp bela.

Sudah cukup!..kali ini Adnan tidak bisa menahannya lagi.bela benar-benar menguji kesabaran Adnan.dengan rasa kesal Adnan menghampiri gadis tersebut lalu mengambil paksa hp milik bela yang ada di tangan efendy.tidak lupa dirinya menghapus nomor mantan Gita itu dari hp tersebut.

"KAK!!" bela sangat terkejut dengan tindakan yang dilakukan oleh Adnan.

"KITA PULANG!!" titah Adnan tegas.

"t-tapi-" belum selesai bicara Adnan sudah menariknya ke luar kamar rawat.

Efendy yang melihat kejadian tersebut hanya bisa mengaga.jujur dirinya tidak paham dengan masalah yang sedang terjadi saat ini.

"Mereka kenapa sih?" tanya Efendy kepada Gita.

"tau ah!!" jawab ketus gadis itu sambil melengoskan wajahnya.membuat Efendy semakin bertambah bingung.

==============

Dilorong rumah sakit Adnan terus menarik tangan bela,membuat beberapa pengunjung disana menaruh perhatian kepada mereka.

"kak!!...lepas ih!!!...sakit tau!!" ucap bela sambil berusaha melepaskan cengkraman tangan Adnan.

"Diam kamu!!!..aku benar-benar kesal tau gak sama kamu!!.." ucap Adnan sambil terus melangkahkan kakinya dengan lebar membuat bela sedikit kesusahan mengikutinya.

"ish!!...kesel kenapa!!..kak Adnan cemburu sama dokter Efendy,hah!!.." seketika Adnan menghentikan langkahnya, mendorong tubuh bela ke dinding lalu mengukungnya.

"IYA!!...AKU CEMBURU BELA!!...PAHAM KAMU!!!" Adnan menatap mata bela dengan sorot mata tajam.bela sedikit takut,namun dirinya berusaha untuk bersikap biasa saja.

"buat apa kak Adnan cemburu!!...kita kan gak ada hubungan!!"' lagi-lagi bela mengatakan hal itu.hal yang sama sekali tidak disukai oleh Adnan.

"aku calon suami kamu bel?" tekan laki-laki itu.

"CK!!!...calon suami dari mana sih!!..orang aku aja belum kasih jawaban ke kakak kok soal kita jadian?!" ucapnya.

"aku gak butuh jawaban dari kamu.yang terpenting,aku udah dapat restu dari kedua orang tua kamu.?!" bela mengerutkan keningnya kebingungan.

"apa maksud kak Adnan?" tanya bela tidak paham.

Adnan tersenyum miring."aku dan keluargaku udah mendatangi orang tua kamu untuk melamar kemarin?" ucapan Adnan barusan sangat sukses membuat bela terbelalak.

"JANGAN ASAL NGOMONG KAMU,KAK!!" Cecar bela tidak percaya.Adnan kembali tersenyum miring.

"aku gak asal ngomong bel.aku memang udah melamar kamu kemarin.dan...Alhamdulillahnya orang tua kamu Nerima lamaran aku dengan senang hati?" jelasnya.

"gak!!..aku gak percaya!!.." seru bela.

Adnan mengangkat kedua bahunya,dia melangkah mundur sambil terus menatap wajah bela.

"terserah kamu mau percaya atau gak.yang jelas aku memang sudah melamar kamu kemarin?" Adnan melangkah pergi,namun beberapa detik kemudian laki-laki itu terlihat menghentikan langkahnya.

"oh ya,persiapkan diri kamu.seminggu lagi kita tunangan?!" ucap Adnan Tanpa menoleh sedikitpun kepada bela.setelah itu dirinya kembali melanjutkan langkahnya.

"WHAT THE HELL"

==============

07:50 WIB

Vania terus mondar-mandir di dalam kamarnya.gadis itu tampak berdecak kesal saat melihat semua chat yang dia kirim sedari kemarin belum juga di baca oleh Revan.

"kenapa kamu gak baca pesan aku,van?" gumam Vania cemas.

Karena merasa khawatir Vania pun memutuskan untuk menelpon kekasih hatinya itu.

tut..tut..

Tidak ada jawaban.untuk kedua kalinya Vania mencoba menelpon nya lagi.namun tidak kunjung diangkat oleh Revan.

"gak!!..gue gak bisa diem begini?!..gue harus nemuin Revan?" Vania hendak berjalan menuju nakas untuk mengambil kunci mobilnya.

"eh,tapi gue harus kemana??rumah Revan kan lagi di renovasi?" Vania baru ingat kalau rumah Revan sedang direnovasi sejak sebulan lalu.otak Vania terus berfikir,dimana Revan berada sekarang.

"ah!!..PANTI!!" ucap Vania tiba-tiba sambil menjentikkan jarinya..

"iya,pasti Revan ada di sana sekarang?" cepat-cepat Vania mengambil kunci mobilnya tidak lupa dirinya mengambil tas miliknya kemudian segera keluar dari kamar.

Vania terus mempercepat langkahnya dalam menuruni anak tangga.setelah berada di lantai bawah Vania pun segera menuju pintu keluar.

"Vania?!" seru orang di belangnya,yang tidak lain itu adalah suara sang mama.vania pun menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah sang mama.

"ada apa mah?" tanya Vania.

"kamu mau kemana?" ucap ibu deana balik bertanya.

"a-aku mau nemuin Revan mah?" jawabnya.

Ibu deana terus memandangi sang putri dengan tatapan yang sulit di artikan.

"kalian lagi ada masalah ya?"

"ah" Vania menatap was-was sang mama.

"semalam Tante ganesya bilang ke mama kalau kamu batalin acara fitting baju pengantin nya.sebenarnya kalian lagi ada masalah apa sih nak?" ucap ibu deana.

"bukan masalah yang serius kok mah.cuma sedikit salah paham aja kok?" jawabnya.

Ibu deana menghela nafasnya lalu berjalan mendekati sang putri.

"mama tau.kalau orang yang mau menikah itu pasti ada aja cobaannya.tapi saran mama kalau kalian ada masalah.tolong cepat diselesaikan.mama cuma gak mau kalau kamu sama rev-"

"mah...mama tenang aja ya.hubungan Nia sama Revan bakal baik-baik aja kok.ini Nia juga mau ketemu sama Revan buat selesaikan masalah kita?" ucap Vania menenangkan sang mama.vania sangat paham sekali dengan apa yang menjadi kekhawatiran sang mama saat ini.

"ya udah.kalau gitu Nia pamit dulu ya mah?" Vania mengembangkan senyum manisnya lalu mencium punggung tangan sang mama.

"assalamualaikum..."

"wa'alaikum salam..."

=================

Surabaya,,

Semenjak kepulangan Vania ke jakarta kemarin,entah kenapa Gilang menjadi sedikit murung dan tidak bersemangat dalam menjalani aktivitasnya.

Seperti halnya hari ini,harusnya laki-laki itu Pergi ke kantor untuk bekerja.tapi Gilang malah tetap stay tiduran didalam kamarnya.bahkan dirinya saja belum mandi pagi ini.

"mau dibawa kemana,bi??" tanya Raisa ketika melihat bi Murti membawa nampan berisikan makanan dan minuman keluar dari dapur.

"ini nyah,mau saya bawa ke kamar tuan?" jawabnya.raisa menaikan satu alisnya.

"loh,emangnya mas Gilang belum berangkat kerja,bi?" tanya Raisa lagi.

"tadi kata tuan dia gak berangkat kerja hari ini.katanya lagi gak enak badan.makanya tuan minta sarapannya di bawa ke kamar?" jelasnya.

"mas gilang sakit?" cecarnya.

"sepertinya begitu,nyah?" jawab bi Murti.

"ya udah.biar saya aja bi yang bawain kekamar mas Gilang?" raisa segera mengambil alih nampan tersebut dari BI Murti kemudian berjalan menuju lantai atas.

=============

"masuk?" seru Gilang saat mendengar pintu kamarnya diketuk dari luar.

ceklek!

Gilang sangat Terkejut begitu melihat sosok Raisa yang datang membawa makanan.bukankah tadi dirinya meminta bi Murti yang membawakannya,pikir Gilang.

"ini mas,sarapannya?" ucap wanita itu yang kemudian menaruh nampannya di atas nakas.sementara itu Gilang langsung memposisikan dirinya duduk bersandar di atas ranjang.

"kenapa jadi kamu yang bawain sarapannya?" tanya Gilang keheranan.

Raisa tersenyum tipis lalu duduk di tepi ranjang tepat disamping sang suami.

"tadinya emang bibi yang bawain.cuma setelah tau kamu lagi gak enak badan,aku yang ambil alih.sekalian aku mau ngecek keadaan kamu,mas?" tanpa permisi Raisa langsung menempelkan punggung tangannya di kening dan leher Gilang.

"astaga mas?!..badan kamu panas banget loh?!" raisa sangat terkejut ketika mendapati suhu tubuh sang suami panas sekali.

"kita kerumah sakit sekarang?!" pintanya sambil menarik tangan Gilang,berusaha membangunkan laki-laki itu dari ranjang.

"gak usah,sa.saya baik-baik aja kok.ini cuma demam biasa aja?" jawab Gilang yang menolak ajakan sang istri.

"baik-baik gimana sih mas.badan kamu panas banget?" kali ini Raisa beranjak dari tempatnya lalu menarik kembali tangan Gilang.

"saya gak mau,Raisa!!" gilang yang masih bersikeras menolak ajakan Raisa berusaha melepaskan genggaman tangan sang istri.

Entah karena kekuatan Gilang yang lebih besar dari Raisa.atau memang Raisa yang sangat lemah,tiba-tiba saja tubuh wanita itu oleng kedepan dan akhirnya terjatuh tepat di pangkuan Gilang.

Deg!

Jantung Raisa langsung berdebar kencang manakala wajahnya sangat berdekatan dengan wajah Gilang.tidak hanya itu saja,bahkan bibir mereka saat ini nyaris bersentuhan.

"PAPA!!...MAMA!!.."

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience