Tunangan Piya

Crime Series 21271

"PIYA!! Fatma terperanjat. Piya berubah menjadi seseorang yang tak di kenalnya. Piya menepiskan tangannya. "Ctt...nanti aja ku jelaskan. Bantu Ryozo dulu!" Wajah Ryozo pucat. Tubuhnya menggigil. Piya membawa ke kamar tamu di rumah Fatma. Membaringkannya di kasur. Sepatu Ryozo dilepas. Piya menyelimutinya. Tubuh Ryozo dingin. Arman menyuntikkan obat penenang di lengannya. Tak lama Ryozo tertidur.

Piya melepas bulu mata palsunya, Arman dan Fatma menatapnya menunggu penjelasan. "Aku menyamar, tugas pengintai penjahat. Ryozo muncul di hotel tempatku di culik. Aku tidak tahu kenapa dia bisa berada di sana. Mungkin dia menemukanku dengan GPS. Dia membantuku duel dengan para penjahat. Lalu dia seperti ini", Fatma masih heran melihat penampilannya. "Kamu seperti wanita 'aktivis' malam", katanya sedikit sopan, menyebut istilah aktivitis untuk sesuatu. Piya tersenyum. "Ceritanya memang begitu. Bagaimana ? aku cantikkan ?" Piya berlenggak lenggok berjalan di depan Fatma. "Aish. Menakutkan! Kamu terlihat aneh!" Fatma ngeri membayangkan Piya bermake up tebal dan berpakaian minim begitu di depan para pria. Dia sangat menggoda.

Santi datang membawakan baju ganti untuk Piya lalu membantunya melepaskan rambut extension miliknya. Piya harus mengeluarkan banyak biaya untuk mempunyai rambut seperti ini. Sekarang harus di lepas.

Santi menceritakan kalau Salam alias Ryozo pergi keluar undangan makan malam ulang tahun Delima. Jadi Ryozo ada di hotel itu bersama Delima. Piya menyimpulkan. Santi pulang ke rumah mengabarkan keberadaan Salam di rumah Fatma bersama Piya. Santi menceritakan kenapa Salam bisa sampai di dana bersama Piya Ibunya lega Salam sudah di tangani. Tetapi ia bersiap menghadapi Rasti kalau dia datang atau bertanya tentang Salam.

Benar saja. Keesokan harinya. Rasti datang dengan wajah gusar. " Mana Salam? Aku mau bicara dengannya", Rasti langsung kepada pokok pikirannya. "Dia tidak ada disini", jawab Rinda datar. Kakaknya ini selalu memaksakan kehendaknya. "Kemana dia?"
"Ada apa mencarinya?" Rinda menunjukkan kesan tak suka.

"Dia meninggalkan pesta begitu saja. Membuat Delima malu", Rasti kesal.
"Pesta? Pesta apa? Jadi tadi malam kalian membawa Salam ke pesta? Apa kalian tahu Salam fobia pesta?" Rinda bicara keras. Baru kali ini ia meninggikan suara di depan kakaknya.
"Apa? kenapa kamu g bilang?" Rasti kaget.

"Kenapa kalian berbohong. Kalian bilang cuma makan malam, bukan pesta!" Rinda kesal. Pasti ada sesuatu yang mereka rencanakan.
"Itu hanya pesta kecil ulang tahun Delima", suara Rasti melunak. Karena itu Salam pergi. Salam tidak suka pesta. Delima tidak tahu itu. Kasian putrinya itu, dia terobsesi dengan Salam.

"Rinda! Aku ingin menjodohkan Salam dengan Delima.Bagaimana menurutmu?" Rasti berterus terang akhirnya.

"Apa? Tidak bisa! Salam menantuku!" Jawab Rinda spontan.
"Menantumu?" Rinda tersadar. Dia keceplosan. Piya bisa di hukum karena melanggar disiplin. "Maksudku Salam tunangan Piya", Rinda meluruskan.

"Tunangan? Kapan?" Rasti bisa merasakan Delima patah hati. Pemuda yang ditsksirnya tunangan kakak sepupunya. "Minggu lalu di Jepang", jelas Rinda menjatuhkan Rasti. Kakaknya itu tersandar di sofa. Baru kali ini keinginannya di tolak adiknya.

Rasti pulang. Delima melemparkan benda-benda di sekitarnya. Dia marah malu, kesal, sakit hati, kecewa, entah perasaan apa yang menonjol. Yang jelas dia malu dan sakit hati karena patah hati. Piya merebut kesempatannya. Begitu menurut perasaan Delima. Sebenarnya dia lah yang berusaha mencari kesempatan itu meski ia juga merasakan kedekatan Salam dan Piya. Piya tidak tahu malu, tinggal satu rumah dengan pria sebelum menikah. Delima sirik. Dia benar-benar merasa seperti pecundang.

Ryozo sadar. Dia menemukan Pita tertidur di sisinya dengan wajah aslinya. Tidak ada lagi riasan tebal di wajahnya. Ryozo bergerak, Piya terbangun. Tangan Ryozo di atas tubuhnya. Piya kaget berusaha bangun. Tetapi Ryozo menariknya ke pelukannya. Ryozo memeluknya dengan erat. Seperti takut dirinya menghilang. Nafas Ryozi jatuh di telinga Piya. degdedeg!" Jantung Piya berdebar kencang. Pelukan Ryozo hangat. Piya serasa hanyut. Matanya terpejam. Berikutnya bibir Ryozo jatuh ke bibirnya. Ryozo mencium Piya. Ciuman pertama mereka. Halus dan lembut. Piya terbuai. Ryozo membuatnya mabuk.

Pintu kamar di ketuk. Dua orang yang sedang jatuh cinta itu menghentikan aktivitasnya. Wajah Piya memerah. Dia bangun membuka pintu. Perawat masuk membawakan sarapan bubur buat Ryozo dan obat untuknya. Piya lupa, Ryozo sudah jadi pasien di rumah ini. Piya membiarkan perawat itu masuk. Ia masuk ke kamar mandi. Ciuman Ryozo masih menyisakan kehangatan di bibirnya. Piya tersenyum. Dia sudah mabuk kepayang. Kalau bukan di rumah Fatma. Mungkin dia sudah kebablasan. Kenapa tidak. Bukankah mereka sudah menikah. Tetapi tidak mungkin mereka bulan madu di rumah orang lain. Piya tersenyum di antara air pancuran. Matanya terpejam. Dia tidak menyadari Ryozo masuk kamar mandi. Dan memeluk tubuh telanjangnya dari belakang. Pria itu sudah tak tahan. Piya terpekik kaget. Ryozo tanpa pakaian memeluk tubuhnya di bawah shower yang mengguyur hangat. Dua insan yang mabuk cinta itu kembali berciuman dengan penuh gairah. Mandi bersama. Memberikan usapan busa lembut bergantian. Sambil berpelukan tanpa menghentikan ciuman yang menggairahkan.

Piya mengeluarkan suara tertahan, ketika Ryozo mencium di puncak dadanya. memberi tanda kepemilikan di tubuhnya. Piya menyesal. Kenapa baru sekarang mereka bermesraan, dia tidak tahu kalau bermesraan seperti ini lebih memabukkan dari anggur merah. Membuat kecanduan seperti narkoba. Lebih enak dari makanan. Dia ingin terus. Terus ke tingkat hasratnya. Tetapi ia sadar di sini bukan tempatnya. Piya mendorong tubuh Ryozo. "Kita pulang!" Ryozo tersenyum. Pulang. Di rumah mereka lebih nyaman. Ryozo mencium keningnya. Perut Ryozo berbunyi. Dia tidak makan dari kemaren sore. Perutnya lapar. Bunyi perutnya membuat Piya tertawa.

Share this novel

Mari Samarinda
2020-06-01 07:02:40 

♥️♥️♥️♥️


NovelPlus Premium

The best ads free experience