BAB IX Aku ini menantu atau babu ?

Drama Series 1259

POV Ibu Ida
Sebenarnya aku malas banget kalau serumah dengan orang luar, maka nya selama ini aku mengambil pembantu yang tidak nginap di rumah. Apalagi istri Rinto, padahal aku sudah senang Rinto tidak ada di rumah. Ini malah bawa istri nya lagi kerumah ini. Kalau bukan karena permintaan suami ku untuk menerima mereka di sini, aku gak aku izinkan. Namanya berumah tangga harus mandiri lah. Aku malas jika harus dua ratu di rumah ini.m, banyak pertengkaran yang akan terjadi. Ku lihat teman teman ku yang serumah dengan menantu kebanyakan tidak akur.

Lebih baik aku belanja dulu tuk masak hari ini, tapi sekarang penghuni rumah ini sudah bertambah, jadi aku harus lebih banyak berbelanja. Kalau begini bisa tekor aku, mana uang tabungan sudah menipis, bukan kah aku harus lebih berhemat. uang pensiun ini lah satu satu nya sumber penghidupan ku dan keluarga.
Lebih baik nanti malam aku minta uang jatah bulanan pada Rinto.

Kemudian Bu Ida Belanja di warung terdekat untuk belanja masak hari ini.
" Hei Bu Ida , ku liat ada si Rinto di rumah ibu Ida pagi pagi. Nginap ya dia", tanya Bu Siti.
" Bukan nginap, tapi akan tinggal serumah dengan ku", terangku menjelaskan.
" Hati hati lho Bu serumah dengan menantu, jarang lho menantu yang sayang sama mertua nya", timpal Bu Siti, iiih mulut nya kok lemes banget ya kesal aku mendengar nya.
" Gak semua gitu lah Bu Siti, banyak kok yang sayang mertua nya", timpal Bu Lusi. Di tempat belanja sayur, biasanya ibu ibu punya kesempatan bergosip. Selesai belanja aku pulang, ku liat Rina gak ada di mana mana, kamar nya tertutup, pasti di dalam kamar pikir ku.

Kutanyakan keberadaan Rina pada bibi pembantu di rumah ini.
" Bi ada liat Rina gak bi ", ucapku.
" Siapa itu bu Rina " , tanya bibi balik bertanya padaku, aku lupa kalau bibi belum kenal Ama Rina, kan belum pernah ketemu.
" Istri nya Rinto bi.... sekarang Rinto dan istri nya tinggal di sini.
" Oh gitu ya Bu.... saya tidak liat Bu, orang asing di rumah ini", jawab bibi sambil melanjutkan pekerjaan nya. Bibi di rumah ini tugas nya, menyapu ,mengepel, dan mencuci baju, kalau masak masih aku sendiri yang ngerjain.

Ku bawa belanjaan ku di dapur, setelah itu ku cari keberadaan Rina , ku liat kamar nya tertutup, mungkin masih di kamar.
" Tok ...Tok....Tok....Rina Rina...", aku memanggil nya dengan pelan.
"Iya Bu...", ucap Rina dari dalam.
" Bantu ibu masak ...", ucapku.
" Iya Bu....", ucap Rina dari dalam kamar, aku berlalu menuju dapur, dan akhirnya Rina menghampiri ku.
" Rin ini semua nya di masak ya ", ucap ku.
" Baik Bu....ini mau di masak apa ", tanya Rina. "Ayam,kentang, wortel di sop , ikan tongkol di masak sarden, tempe di bacem, jangan lupa. Iupa sambal terasi", ucapku lalu berlalu meninggalkan nya. Biar lah dia masak sendiri ,aku ingin istirahat. Mulai besok lebih baik bibi ku berhenti kan, biar kerjaan rumah Rina aja yang mengerjakan nya. Kan lumayan untuk menghemat pengeluaran hehehehe, sayang ada tenaga nganggur gak di manfaatkan hehehehe.

POV Rina
Di rumah mertua hari ini di tugaskan untuk memasak, untung saja aku bisa masak, kalau tidak aku pasti kerepotan melakukan nya. Semua sudah tersaji di atas meja, lalu aku pergi masuk kamar lagi , karena aku masih canggung tuk lesehan di luar. Setelah tepat jam 11.00 siang ku dengar bunyi orang seisi rumah pada makan, kok aku gak di ajak ya, mungkin kah mereka lupa ???
ya mungkin saja lupa..... lebih baik aku aja yang ikut nimbrung, "grubuk grubuk..."perut ku mulai berbunyi tanda lapar, akhirnya aku berjalan menuju menuju meja makan dan ingin duduk bersama, tapi tiba-tiba ibu menegurku.
" Rina kamu makan nya nanti saja, selesai kami makan, kami tidak terbiasa makan bersama orang luar", jelas mertua ku.
"Apa apa sih kamu Bu, Rina bukan orang luar, dia menantu kita", tegas ayah pada ibu.
" Ayo Rina kita makan bersama, jangan kau ambil hati omongan ibu mu", kata ayah meminta ku makan bersama. Tapi mata ibu melotot pada ku, tanda tidak setuju dengan pernyataan ayah.
" Ini semua gara gara kak Rina selera makan ku jadi hilang ", ucap Lastri lalu meninggalkan meja makan.
"Aku juga jadi hilang selera makan", ucap ibu, lalu berlalu meninggalkan meja makan, dengan mata berbinar tanda marah padaku.
" Ayo makan Rin... jangan ambil hati tindakan mereka ", ucap ayah.
Tapi seketika selera makan ku jadi hilang .
" Maaf ayah selera makan ku jadi hilang", ucapku di sertai bulir bulir air mata yang keluar dari kelompok mata ku.

Aku sangat tidak menyangka jika ibu mertuaku memperlakukan itu pada ku, pada hal tadi pagi masih baik baik saja pada ku. Aku berlalu meninggalkan meja makan menuju kamar ku. Ayah dan Rizal hanya memandang ku saja tanpa berkata apa-apa pun lagi.

Kalau seperti ini aku sangat rindu ibu ku di kampung, walaupun makan sederhana, tapi nikmat rasanya, karena makan bersama orang yang mencintai kita dengan tulus. Aku tertidur dengan perut lapar ku.

Tiba tiba ada yang membangun kan ku.
" Rina bangun ", aku merasa wajah dan tubuh ku basah, ternyata ibu menyiramkan dengan air.
" Oh enak sekali kau tidur ya setelah menghilangkan selera makan siang ku tadi", ucap nya dengan nada marah. Aku tidak menyangka ibu akan semarah itu pada ku, padahal kan aku hanya ingin makan siang bersama ??? aku benar benar gak bisa menahan tangisku.
" Eh anak ini hanya di bilangin seperti itu juga... sudah menangis", timpal ibu tambah emosi.
" Rina mulai besok kau harus bangun lebih awal , karena bibi sudah ku berhenti kan , sekarang tugas bibi kamu yang ambil alih, pagi pagi siapkan sarapan, cuci baju semua anggota rumah ini, bersih bersih rumah dan masak", ucap ibu pada ku. Aku hanya terdiam mendengar nya, kok aku di jadiin babu di rumah ini, pikir ku.
" Aku tidak menunggu persetujuan mu, tapi itu ada lah perintah dari ku", kembali ibu menegaskan.
" Sekarang kamu bereskan meja makan, aku paling tidak suka liat meja makan berantakan, kalau kamu mau makan ,makan aja dulu sisa kami makan di atas meja", Perintah ibu.

" Baik Bu...tapi aku harus ganti baju dulu Bu...ini kan basah ", ucap ku dengan pilu, bulir bulir bening keluar tak bisa di tahan lagi, karena mendapat perlakuan seperti ini.
" Jangan cengeng kau, sikit sikit nangis ,sikit sikit nangis", ucap ibu dengan kesal kepada ku.
Aku tidak menyangka ibu yang keliatan lembut ternyata bisa sekasar ini pada ku. Ku ganti baju ku dengan segera, aku takut ibu semakin marah.

"Bruuuugh.... bruuuugh....",aduh aku lapar sekali, ku lirik jam sudah jam satu, ternyata lama juga tertidur dengan perut lapar. aku harus segera membereskan meja makan, habis itu baru aku sholat Zuhur. Aku lalu menghampiri meja makan , kulihat hanya ada sisa kuah sop dan sepotong tempe bacem, sambal terasi masih sedikit. Sisa piring kotor masih berserakan di atas meja makan. Lebih baik aku kemas kan dulu meja makannya baru aku makan, aku geli kalau makan melihat yang berserakan seperti ini. Ku bersihkan dulu meja makan, piring piring kotor ku taruh di tempat pencucian,maja makan ku lap bersih, baru aku makan.... aku teringat di dapur masih ada tempe bacem untuk sore dan sop juga masih ada ku pisahkan. Akhirnya aku berinisiatif ingin mengambil nya tuk aku makan. Ku bawa piring ku yang berisi nasi ke arah lemari makanan, saat ku buka lemari makan, tiba tiba ibu mencegat ku.
" Kamu makan sisa di atas meja saja, ini untuk makan malam ",pekik ibu, ya ampun kenapa wanita di depan ku ini pelit sekali, jika aku tak memikirkan dia adalah wanita tua, sudah ku tendang perutnya, biar tau rasa , gimana rasa nya sakit karena menahan lapar.

" Baik lah Bu ", ucapku.... aku hanya malas berdebat , karena aku sudah terlalu lapar, akhirnya aku makan yang tersisa di meja makan.
Mungkin karena lapar kuah SOP dan sepotong tempe sudah sangat membuat aku nikmat makan nya.
" Jangan lupa setelah makan ,beresin sampai selesai meja makan nya , dan langsung cuci piring kotor nya, aku gak suka liat menumpuk di belakang", ucap ibu.

" Dengan cekatan ku bersih kan semua nya, aku harus cepat beberes, aku belum sholat Zuhur ini.
Setelah bersih semua ,aku lanjut sholat Zuhur.

POV Rinto
Hari ini aku pergi bekerja tanpa bawa bekal dari rumah, terpaksa aku beli di warung makan.
" Rinto...yuk makan ", ajak temanku si Wahyu teman sama sama kuli bangunan.
" Aku gak bawa bekal ...jadi aku mau beli ya ", ucapku pada nya.
"Tumben gak bawa bekal", timpal Wahyu penuh tanda tanya.
"Iya gak bawa bekal, kemaren baru pindah ke rumah orang tua ku", terangku.
"Oh begitu ", ucap Wahyu.
" Aku permisi dulu ya Wahyu ,perut sudah minta isi ni ", ucapku , sambil berlalu meninggalkan nya.

Ku cari rumah makan terdekat, saat makan teringat oleh ku masakan istri ku, apapun bekal yang di siapkan istri ku semuanya terasa nikmat.
Sekarang di rumah apakah istri ku sudah makan ya ?.....

POV Rina
Sudah menjelang malam, tiba tiba ibu memanggil ku.
" Rin ...siapkan hidangan tuk makan malam", pinta ibu.
" Iya Bu....", aku pun menyiapkan makan malam, tapi apakah malam ini aku makan sisa mereka makan malam lagi ?....ah lebih baik aku cepat menyiapkan nya , agar bisa sholat Maghrib tepat waktu nya. Malam ini kan ada bang Rinto jadi aku harus menyiapkan piring 6 buah.

Setelah semua beres , sebaiknya aku wudhu sebentar lagi magrib, aku ingin jamaah dengan bang Rinto. Ku lihat bang Rinto di kamar rebahan di atas tempat tidur.
" Bang wudhu gih... bentar lagi magrib", ucap ku pelan. " Iya bentar lagi nunggu azan ", bantah suamiku. " wudhu sekarang", perintah ku setengah merajuk, bagi ku sholat adalah satu keharusan walaupun akhlak belum sempurna, kadang lisan pun belum terjaga. Tapi shalat adalah tiang agama, jadi aku paling gak suka kalau suami ku melalaikan nya. Aku bisa ngambek kalau bang Rinto malas malasan shalat nya. Selesai sudah sholat nya, bang Rinto mengajak makan malam.

" Kita makan malam sayang, kebiasaan di rumah makan malam selesai shalat Maghrib ", ucap bang Rinto. Kami berdua pun nimbrung makan bersama, tapi aku masih segan, apalagi teringat kejadian tadi siang. Alhamdulillah ternyata ibu tidak melarang ku makan bersama, begitu juga dengan Lastri, mungkin karena ada bang Rinto pikir ku. Namun baru saja aku ingin menyuapkan nasi ke dalam mulut ku.
" Rina tolong ambilkan air putih ya , tuk semua orang di sini", perintah ibu, akhirnya aku pun tidak jadi makan, dan pergi mengambil air putih menaruh satu satu tuk semua yang lagi makan.
Lalu aku kembali makan, baru juga dua suapan
" Kak Rina ambilkan kecap manis di lemari", perintah Lastri adik ipar ku. Aku pun kembali duduk, aku mulai makan kembali.
"Rina tolong ambilkan ibu saos di kulkas", kembali ibu memerintah ku. Tapi kali ini bang Rinto melarang ku.
" Biar Rinto yang mengambil kan ibu", ucap suami ku." Rina kamu lanjutkan makan nya", usap suami ku pada ku, mungkin dia mengerti kalau aku lagi di kerjain.

Setelah bang Rinto ke dapur ingin mengambil saos, ibu melotot pada ku tanda tidak senang akan tindakan Rinto. Ya ampun gini amat ya mertua ku, sedih terasa amat hati ini ,baru juga 2 hari di sini. Semoga ibu mertuaku ke depan nya jadi baik padaku, padahal sewaktu aku gak serumah di sini ibu mertua sangat baik dengan ku , kenapa sekarang jadi berubah drastis saat mu serumah dengan nya.

Makan malam pun selesai, semua nya dengan enteng meninggal kan bekas makan , kecuali suami ku, yang niat awal nya ingin membantu malah di larang oleh mertua ku.
" Mau jadi perempuan kamu Rinto.... udah biar Rina aja yang beresin semua nya, kamu kan sudah capek seharian kerja, Rina di rumah kan gak kerja", begitu lah kata ibu mertuaku, seakan akan aku seharian di rumah duduk aja atau hanya lesehan. " Rin maaf ya , aku gak enak sama ibu", bisik nya pelan, akhirnya meninggal kan ku sendiri beberes semuanya, padahal sebelumnya tinggal di sini, kalau setelah makan kami selalu bersih bersih bersama, cuci piring bersama, rasanya itu sudah romantis banget. Sekarang mungkin semua nya akan berubah.

"Rinto !!!??!.... Rinto !!!!? teriak ibu memanggil,
Bang Rinto pun bergegas mendekati ibu yang memanggil nya. Entah apa yang ingin di bicarakan Ibu dengan bang Rinto. Aku segera membereskan meja makan dan menumpuk piring kotor di belakang, biar besok saja aku mencuci nya, bukan kah kebersamaan ku bersama bang Rinto hanya malam hari ???
Aku gak mau waktu ku terbuang bersama bang Rinto karena hanya mencuci piring.

Saat aku mau menuju arah kamar , tiba tiba ibu memanggil ku. " Rin buat kan teh untuk kami ya ", perintah ibu dengan lembut. Akhirnya aku pergi ke dapur untuk membantu teh untuk mereka yaitu ibu, ayah ,dan bang Rinto, tiba tiba Lastri nyeletuk, " Aku di buat kan juga ya kak ", ucap nya dengan lembut. Ternyata tau juga ni anak berkata lembut, apakah karena minta bantu ya ??? bathin ku dalam hati. Ku bergegas masuk ke dapur, lalu membuat teh manis tuk seluruh keluarga ini.

Besok aku harus mulai mengerjakan seluruh tugas di rumah ini seperti perintah ibu mertuaku, sebenarnya aku ini menantu atau pembantu sih.
Entah apa yang di obral kan mertua dan suami ku, ah tapi biarlah itu urusan mereka antara anak dan orang tua, sebenarnya tadi pengen ikut nimbrung, tapi dari mata mertua seperti nya mengisyaratkan aku gak boleh nimbrung. Biar lah nanti ku tanya dengan bang Rinto obrolan mereka hehehehe .... seketika kepo ku muncul. Semenjak datang di rumah ini aku belum pernah nonton TV l, padahal aku sudah kangen nonton sinetron, tapi aku masih malu ingin nimbrung bersama, habis yang nonton gak pernah ngajak nonton bareng, jadi aku lebih memilih masuk ke kamar aja, jika kerjaan sudah selesai.

Duh gini rupanya serumah dengan mertua dan ipar, semua nya rasa kaku dan kikuk, tapi mungkin saja aku belum terbiasa dengan keadaan seperti ini, kalau sudah terbiasa pasti aku bisa. Ada pepatah mengatakan " alah bisa karena biasa" terus ada satu pepatah orang yang yang sudah pamiliar " masuk kandang sapi mengemoh, masuk kandang kambing mengembek", mungkin sekarang aku hanya butuh penyesuaian. Insyaallah aku bisa, walaupun mertua ku seperti nya galak dan judes, mungkin saja jika aku selalu bersikap baik padanya, beliau akan berubah padaku dan akan baik padaku, akan ku anggap mertua ku seperti orang tua ku sendiri. "Semangat......", aku menyemangati diri sendiri.

Bangun pagi pagi , aku langsung mandi, setelah sholat subuh aku langsung mengerjakan tugas sebagai ibu rumah tangga, yang lain seperti nya juga masih pada tidur, termasuk suami ku, sudah ku bangun kan beberapa kali gak sadar sadar juga.

Masak nasi tuk bekal suami, cuci piring, nyapu sambil masak air, kerja harus bisa nyambilan biar sama sama selesai. Setelah itu bikin nasi goreng, kebetulan nasi malam tadi banyak sisanya. Bikin kopi dan teh.... Alhamdulillah semua nya sudah selesai. Jadi saat pada mau makan sudah terhidang semua.
Lebih baik sekarang aku siapkan bekal tuk suami ku, ku goreng kan telur 2 buah, ku kasih kecap asin di taburi goreng bawang, maaf kan aku suami ku, ini ada nya di dapur.

Kok belum pada bangun ya, mending ni ku bangun kan suami ku, bukan kah dia harus kerja, lalu ku masuk kamar dan ku liat suami ku ternyata sudah bangun. " Maaf ya sayang Abang kesiangan, kenapa gak di bangun kan ", ucap suami ku , mungkin saat ku bangun kan gak tersadar. " Sudah di bangun kan beberapa kali , tapi malah makin mendengkur", aku lalu mengolok nya. " Sudah mandi cepat, sarapan sudah terhidang di atas meja makan, tadi aku bikin nasi goreng", ucap ku pada suami ku.
Lalu suami ku berlalu untuk mandi. Selesai mandi aku dan suami sarapan pagi, karena penghuni rumah ini belum juga pada keluar dari kamar nya.

Saat kami makan bersama tiba tiba ibu mendekat, " Waduh waduh pagi pagi sudah pada makan, mendahului tuan rumah kalian", ucap ibu seperti kurang senang. Mendengar itu aku terdiam aja, ada perasaan tidak enak. " Tapi suamiku langsung ngomong, " Ayo Bu kita makan bersama, ini porsi sekeluarga, nasi goreng Rina ini enak sekali lho Bu ", timpal suami ku.

Ku lihat mertua ku memperhatikan sajian ku di atas meja ,lalu berlalu meninggalkan kami, aku dan suamiku terus berlanjut sarapan pagi nya. " Rin kamu jangan ambil hati ucapan ibu ya, ibu mulut nya saja yang kadang nyelekik ngomong nya, tapi hatinya baik kok ", ucap suamiku.
Ku lihat bang Rinto sarapan dengan lahap, aku jadi menggoda nya" Ini bang Rinto sarapan/ kelaparan sih ", ucap ku sambil ketawa.
" Dua dua nya ", jawab suami ku menjawab dengan ketawa juga. " Bang ... maaf hari ini aku bekal kan Abang hanya telur ceplok ya ", ucapku sedih. " Gak apa kok sayang, jangan kan telor ceplok, lauk kerupuk di bekali istri saja rasa nikmat banget", balas suami ku menggoda ku.

Tiba tiba ibu langsung nimbrung makan bersama." Ehm enak juga nasi goreng nya ", ucap ibu. " Oh ya Rin mulai besok dan selanjutnya kamu siapkan sarapan pagi ya, menu nya di ubah ubah aja Rin, bisa nasi goreng, bisa bubur nasi", ibu suka sarapan seperti ini, sehat dan murah ", celoteh ibu mertua ku. " Iya Bu ...." , ucap ku singkat.

Akhirnya semua pada nimbrung sarapan pagi bersama. " Rasanya sudah lama kita tidak sarapan bersama , biasanya pagi pagi masing masing cari sarapan sendiri di tempat orang berjualan ", celetoh ayah. Aku senang mendengar ungkapan ke-dua mertua ku. Lastri dan Rizal hanya diam saja , sambil makan dengan lahap. " Ma ... besok request bubur nasi kasih ayam ya ", pinta Lastri. " Kak Rina besok bikin bubur ayam kasih ayam ya", kembali Lastri menoleh ku. " Iya Lastri ", ucapku.

Alhamdulillah walaupun sedikit capek, aku senang karena semua suka dengan hidangan sarapanku pagi ini.

Setelah semua sarapan aku kembali beraktivitas kembali membersihkan meja makan dan mencuci piring piring yang kotor, yang lain semua kembali pada kegiatan masing masing. Suami ku berangkat kerja, Lastri ke kampus, Rizal katanya mau ke rumah teman nya. Ayah duduk santai di teras, ibu belanja tuk makan siang.
Ayah mertuaku sudah pensiun, dulu kerja di perusahaan swasta di kota ini. Semenjak itu beliau sudah tidak bekerja lagi, beliau pun sering sakit-sakitan. Jadi gak bisa capek lagi. Berbeda dengan ibu mertuaku, walaupun sudah berumur tapi fisik nya masih sehat bugar. Kata bang Rinto mereka hidup dari hasil tabungan dan uang pesangon saja. Tapi kadang saudara saudara nya ngasih ibu juga, begitu lah yang ku dengar dari bang Rinto.

Setelah beberes meja makan dan mencuci piring, aku lalu merendam pakaian semua anggota rumah ini, setelah itu aku langsung mengambil kain pel dan membersihkan lantai. Setelah semua lantai bersih aku lanjut mencuci pakaian. Ternyata banyak juga cucian ini, lumayan juga capek nya mencuci pakaian seisi rumah ini, belum lagi selimut nya, alas tilamnya.

Setelah mencuci aku masuk ke dapur, mau liat ibu apakah sudah pulang dari belanja. " Oh sudah pulang ibu, kenapa tidak memberitahu ku" , ucap batin ku sendiri. Ah lebih baik aku tanya ibu langsung mau masak apa hari ini. Ku hampiri ibu yang sedang duduk santai dengan ayah. " Bu saya sudah selesai mencuci nya, hari ini mau masak apa", ucapku pada ibu. Ibu menoleh ku lalu bangkit dari duduk nya..." Oh sudah selesai kamu mencuci Rin" , ucap ibu padaku. Lalu berjalan menuju dapur, aku pun mengikuti nya dari belakang.

"Ikan gembung ini di goreng, bayam di sayur, tempe dan tahu juga di goreng, bikin sambal juga Rin, tapi sambal matang" , ibu menjelaskan menunya. " Kamu tau kan masaknya ", ucap ibu kembali. " Bagaimana kalau ikan gembung ini jangan di goreng Bu, tapi di pepes aja biar gak semua di goreng ", jelasku. " Tapi bumbu pepes gak ada ni ", ucap ibu menjelaskan. Lalu aku memeriksa belanjaan ibu, dan memeriksa bumbu bumbu di dapur. " Kekurangan nya biar Rina beli sendiri di warung Bu ", ucapku menjelaskan dengan ibu. " Oke lah kalau seperti itu", ucap ibu.

Aku bersyukur dulu waktu masih gadis suka masak, jadi pas tinggal dengan mertua gak kewalahan, walaupun masak kampung hehehehe.
Dengan cekatan ku masak semua nya sendirian. " Ehm apakah hari ini, aku makan siang sisa lagi seperti kemaren ", bathin ku. Setelah selesai semua nya , ku sajikan di atas meja ... Alhamdulillah sudah selesai tugas ku hari ini , semoga dapat pahala dari Allah SWT. Baru jam 10 pagi, aku masih bisa sholat Dhuha. Lalu aku mandi dan melakukan shalat Dhuha.

POV ibu Ida

Ternyata menantu ku ini pintar juga masaknya, semua yang ku perintah kan bisa di kerjakan, dan rasanya sesuai dengan lidahku. Kalau seperti ini , aku gak akan jadi mengusir mereka dari rumah ini. Aku bisa hemat uang, gak perlu gaji pembantu, dan gak capek capek masak setiap hari, satu lagi sarapan pagi jadi terhidang setiap pagi, biasanya kan aku harus mengeluarkan banyak uang hanya demi sarapan pagi. Apalagi seperti nya Rina ini penurut dan sedikit keliatan begok, pasti bisa ku manfaat kan hehehehe.
Ini anak kerja nya cepat dan tangkas pula, mungkin sudah terbiasa bertani kali ya, jadi tenaganya Doble kuat nya. Aku dulu masak nya aja rasanya udah capek banget... Apalagi si Lastri itu, sama sekali gak mau belajar masak, kalau lapar pasti beli di luar aja.

Malam tadi aku sudah meminta jatah bulanan tuk belanja harian di rumah ini, aku gak bisa banyak karena Rinto hanya kuli bangunan, semoga saja Rinto dapat kerjaan yang gaji nya besar. Si Rinto ini lebih penurut dari pada anakku yang lain nya.
Tapi entah kenapa aku tidak begitu sayang dengan nya, mungkin karena dia bukan anak kandung ku , tapi hanya nya lah keponakan suami ku. Yang suami ku adopsi dari kecil yaitu umur 2 tahun, sebenarnya aku tidak setuju tuk mengadopsi nya, karena anak ku sudah banyak, dan aku gak mungkin mampu merawat nya itu alasan ku. Tapi kala itu suami ku bersikeras, karena dia adalah satu satunya paman Rinto yang bertanggung jawab akan kehidupan Rinto.

Ketika itu adik ipar ku dan suami nya sedang bepergian, tiba-tiba kecelakaan di jalan, ketika itu yang menjaga Rinto adalah mertuaku. Mendengar anak menantu nya meninggal di tempat karena kecelakaan, lalu sang mertua terkena serangan jantung. Dulu aku benci banget dengan mertuaku, karena beliau tidak merestui pernikahan ku dengan suamiku, dan ibu kandung nya Rinto ikut ikutan gak suka dengan ku.

Saat adik ipar ku meninggal , kenapa aku yang harus merawat nya ?....
Tapi karena suami ku memaksa dengan berat hati ku terima, walaupun kasih sayang ku pada nya tidak ada. Aku hanya membesar kan nya
karena hormat ku pada suami ku.

POV Rina
Setiap hari aku mengerjakan pekerjaan rumah sendirian, sampai CD mereka aku yang mencuci, sebenarnya aku geli kalau mencuci CD orang lain. Tapi kok mereka tidak malu ya ???
Ternyata sudah seminggu aku di sini , hari ini hari Sabtu bang Rinto kan gajian, aku ingin besok jalan jalan ke mall, walaupun tidak belanja, setidaknya cuci mata menghilangkan lelah karena aktivitas sehari-hari.

Saat bang Rinto pulang, aku merasa aneh aja kenapa bang Rinto gak segera memberikan gaji nya padaku, biasanya langsung di kasihkan pada ku, mungkin kah bang Rinto lupa pikirku sendiri. Tapi biar saja lah dulu, mungkin kelak di akan memberikan pada ku.

Shalat Maghrib sudah, makan malam juga sudah, shalat isya juga sudah, tapi kenapa bang Rinto belum juga menyerahkan gaji nya padaku. Dengan perasan tidak enak hati akhirnya ku ungkapkan semua penasaran ku ini. " Bang tadi sore sudah gajian kan ", ucapku dengan penuh tanda tanya. Bang Rinto hanya berdiam sambil memandang ku, aku pun hanya terdiam, dari raut wajah nya ada yang di sembunyikan oleh bang Rinto.
. Setelah beberapa menit kemudian baru bang Rinto buka suara . " Rin..... Abang minta maaf gajian Abang hanya sedikit untuk Rina , ibu meminta 350 dari gaji ku, kamu dan aku hanya dapat sisa nya, yaitu 130 ribu. Alasan ibu , ibu yang akan belanja semua kebutuhan kita. Maaf kan Abang Rin ...tak bisa menolak keinginan ibu, kamu tau kan gaji ku kecil, kalau gaji ku ku berikan sedikit kepada ibu, mana mungkin cukup tuk makan kita berdua , itu yang di ucapkan ibu padaku. Kamu tidak apa kan Rin".

Lama aku terdiam mendengar penjelasan Bang Rinto," untuk bensin dan keperluan kita sehari hari apakah cukup dengan uang segitu", celutuk ku, kamu jangan khawatir Rin, semua kebutuhan kita ibu yang tanggung itu kata ibu padaku.
Tapi selama ini kekurangan bumbu di dapur aku beli dengan uang sendiri, sabun habis aku beli sendiri, bekal tuk suami ku aku beli sendiri. Padahal baru juga nginap semalam ibu sudah minta uang belanja.

Aku tau uang 350 ribu mungkin hanya jumlah yang kecil bagi ibu, karena memang itu lah kemampuan suamiku yang mana gaji nya hanya 80ribu perhari. Apalagi di sini semua di beli , pikir ku sendiri dalam hati.

POV Rinto
Sialan bang Arman ,gara gara bang bang Arman aku menderita seperti ini, aku sudah merasa enak tinggal berdua dengan Rina, eeeh rumah ku malah di jualnya. Kalau di tinggal di rumah ibu mana mungkin aku bisa nyimpan di duit, jangankan nyimpan duit, mungkin malah kurang terus, ibu kan mata duitan sekali, mana gaji ku kecil lagi, semoga aku dapat kerjaan yang lebih baik dari ini.

Aku kasian dengan Rina juga kalau tinggal di sini, di buat seperti babu oleh ibu. Untung saja waktu ibu meminta seluruh gaji ku, ayah membela ku. Kalau seluruh gaji di pegang ibu , gimana dengan istri ku, walaupun makan sudah di tanggung, tapi kan tetap harus pegang uang. Rasa pengen ngontrak aja kalau begini.

POV ibu Ida
Rina ini tangkas dan cepat juga kerja nya, mengerti pekerjaan rumah cepat sudah selesai. Kemudian dia banyak nganggur, lebih baik tenaganya ku gunakan tuk cari uang. Oh ya ?!?!
bukan kan rumah Bu Siti kemaren katanya mau cari pembantu, pembantu kemaren sudah pulang kampung, menikah katanya. Lebih baik ku tawarkan Rina aja kerja dengan nya. Pagi pagi sesudah bikin sarapan ,Rina bisa langsung kerja dengan Bu Siti, kan paling kerja dengan Bu Siti mencuci baju dan bersih bersih rumah. Sesudah kerja di rumah Bu Siti, Rina baru masak di rumah, nyuci siang juga gak apa-apa, kan rumah sendiri.
Wah lumayan juga ini duit nya. Seperti nya Rina gak akan keberatan. Mending aku kerumah Bu Siti.

Lalu aku pun berjalan kearah rumah Bu Siti, rumah nya tidak begitu jauh dari rumah ku, paling beda 10 pintu.

"Tok .... tok....tok... Assalamualaikum
Assalamualaikum. assalamualaikum"
Kemana ni orang nya kok sepi aja , pikir ku sendiri.
"waalaikumsalam... Oh Bu Ida, silakan masuk Bu , ada perlu apa Bu pagi pagi ke sini, maaf lho lama baru keluar, soal nya saya sibuk di dapur Bu .
Semenjak Art saya gak ada saya capek betul Bu ", terang Bu Siti kepada ku.
"Maaf lho Bu, pagi pagi saya bertamu di sini dan mengganggu ibu, sebenarnya maksud saya ke sini ingin membantu ibu " terang ku pada Bu Siti.
" Membantu gimana maksudnya Bu Ida" ucap Bu Siti kelihatan penasaran.

" Gini lho Bu Siti ? aku ingin menawarkan Art untuk Bu Ida", ucap ku menimpali.
"Wah senang sekali aku mendengar nya, orang mana Bu Ida, usia nya berapa, masih gadis , janda atau sudah punya suami", tanya nya sangat beruntun, seperti semangat sekali akan dapat art (asisten rumah tangga).
" Status nya punya suami Bu Siti" ucapku menjawab pertanyaan nya.
" Kalau punya suami berarti gak bisa nginap disini, memang nya siapa dan rumah nya di mana", tanya Bu Siti kembali.

" Menantu saya yang akan kerja dengan Bu Siti, istri nya Rinto Bu Siti, dari pada dia nganggur, dan kelihatan bengong aja di rumah , kan lebih baik kerja dengan ibu. Lagian ibu tau kan si Rinto hanya kuli bangunan, gaji nya gak sebarapa , kasian dia kalau gak di bantu istri nya", jelas ku pada Bu Siti.
"Oh begitu..Iya lah kalau seperti itu, aku minta pagi pagi dia ke sini , kerjaan mencuci baju + nyetrika, bersih bersih rumah ini. Setelah itu boleh pulang" ,terang Bu Siti.

" Gaji nya berapa Bu Siti" tanya ku .
" Gaji nya standar aja lah Bu , saya kasih 600 perbulan". terang Bu Siti.
" Tambah dong Bu Siti, ini anaknya kerja cepat dan bersih lho ", ucapku.
" iya kah Bu , tapi saya liat dulu lah cara kerja nya, kalau saya suka saya tambah 200ribu, jadi 800 ribu, gimana Bu, ibu setuju kan ?
kalau lebih dari itu lebih baik saya cari Art yang lain", terang Bu Siti. Kalau 800 ribu itu sudah lumayan lah pikir ku dalam hati.
" Ok Bu Siti , saya setuju, besok Rina nya kesini ", ucapku. " Oh ya siapa namanya Bu " ucap Bu Siti.
" Iya Rina Bu.... kalau begitu saya permisi mau pulang", lalu aku salaman dengan Bu Siti.

Wow ternyata besar juga gaji nya, lumayan lah tuk nambah kebutuhan sehari hari, apalagi sekarang uang pesangon suami ku sudah sangat menipis, Lastri dan Rizal selalu meminta uang.
Arman walaupun kaya , memberi uang juga hanya alakadarnya. Rusdi baru buka usaha kuliner, belum maju juga , gak tega jika aku meminta uang pada nya, Kinanti suami nya PNS, gaji nya juga tinggal sedikit karena banyak potongan bank. itu sering mengeluh tak punya uang padaku. Lisa apalagi , suami nya kerja serabutan, kadang kerja kadang tidak. Punya anak banyak , tapi tidak ada yang bisa di andalkan, gerutu ku sendiri.

Saat aku pulang dari rumah Bu Siti, ku lihat Rina mencuci baju, lebih baik ku beritahu sekarang.
" Rin mulai besok setelah sarapan pagi kamu kerja di rumah Bu Siti sebagai art, setelah itu baru masak dan mencuci, ini perintah , aku gak mau mendengar mu membantah", ucap ku lalu berlalu meninggalkan nya, ku liat dia melongo aja. Aku gak peri pendapat mu Rin...bisik hati ku .

Ternyata omongan ku di dengar suami ku .
" Kamu Bu ....apa apaan sih , kenapa memerintahkan Rina jadi babu di rumah orang !!!
kamu jangan keterlaluan Bu !!!! Semua pekerjaan rumah ini dia yang mengerjakan,itu sudah capek Bu, ini kenapa kamu perintah kan lagi tuk jadi babu di rumah orang Bu, aku tidak setuju", kelihatan sekali suami kesal padaku. Dasar laki laki tua tak berguna, sudahlah gak kerja lagi di tambah penyakitan, masih berani dia menghardikku, kuping jadi panas mendengar nya.

" Ayah... suami ku yang tua dan penyakitan, kau sudah tidak bekerja berapa lama, di tambah sering nya beli obat obatan ayah, uang kita sudah sangat menipis, mungkin kita hanya mampu bertahan 2/3 bulan lagi agar bisa hidup", ucap ku lebih lancang lagi. Kesal sekali aku dengan nya.

" Kita jual aja aset yang kita beli dulu tuk nyambung kehidupan kita" ayah kembali menjelaskan. "Bukan kah dulu kita beli memang tuk hari tua kita " ucap suami ku kembali mengingat kan.
" Hanya sekapling ayah..... ", ucap ku mengingat kan.

"Tok...tok...tok.... assalamualaikum assalamualaikum" terdengar suara orang memberi salam.
" Walaalaikum salam" ,aku bergegas keluar, bersyukur ada yang bertamu, aku malas berdebat dengan suami ku, ntar aku berkata kasar, malah penyakit nya kambuh lagi, kan aku yang jadi repot, di tambah lagi harus ngeluarin uang lagi tuk beli obat nya, ini saja kepala ku sudah mumet mikirin uang sudah menipis. Aku bergegas membuka pintu.

" Oh kamu Wita, masuk lah...ada apa kamu ke sini", karena si menantu ku ini jarang sekali main ke rumah, kalau pun main pun pasti lah dengan suami nya Arman. Sebenarnya aku kurang suka dengan nya, karena ke uangan anakku dia yang kendalikan. Arman kalau mau memberi aku uang saja harus seizin nya. Kalau tuk saudara nya si Juwita ini royal sekali, tapi kalau tuk mertua nya, banyak sekali perhitungan nya.

" Ibu Rinto ada kan ? ", tanya menantu ini.
" Ya gak ada lah , ini kan bukan hari libur", ucap ku menimpali, tumben si Wita cari Rinto pikir ku dalam hati.
" Oh iya, saya lupa, dia kan kuli bangunan ya Bu ", ucap nya kembali sambil ketawa cekikikan.
" Beda dengan bang Arman sekali dapat proyek , setahun kami menikmati nya, sambil tersenyum", ucap nya kembali.
" Kamu ke sini ngapain cari Rinto ...Wita ", ucap ku bertanya lagi. bukan nya langsung menjawab malah bertanya keberadaan Rina lagi.
" Rina mana Bu..." , tanya kembali."
"Ada si Rina, memasak di dapur", ucap ku kembali. " Wah enak ibu , Rina tinggal di sini ,bisa ibu jadiin babu", bisik nya pada ku, mungkin khawatir Rina mendengar.
" Rina itu kan rajin , pasti ibu pecat kan Art ibu", tanya Wita kembali. Ini anak ke sini ternyata datang hanya untuk menyelidikinya, kesal juga aku di buat nya.

" Sebenarnya kamu ke sini mau ngapain ", tanya ku kembali.
"Tolong panggilkan Rina dulu Bu", ucap nya kembali. Lebih baik aku cepat panggil Rina , biar cepat pulang menantu ku ini, aku resek dengan nya, kalau datang ke rumah tingkah nya udah kayak ratu. Akhirnya aku ke dapur memanggil Rina, ternyata Rina lagi mengeksekusi masakan pesananku.
" Rin ...di cariin Wita tu, memang nya kamu punya urusan apa dengan nya", tanya ku pada Rina.
" saya gak pernah punya urusan apa apa dengan kak Wita Bu", jelas Rina.
" Ya sudah, cepat kamu temui si Wita dulu, jangan lupa gas nya di matiin" , ucap ku mengingat kan.

Akhirnya aku dan Rina menemui Wita di ruang tamu.
" Gini lho Rin, aku ada akan menyerahkan uang tuk Rinto, sebagai bayar gaji nya dulu" ,ucap Wita.
" Gaji apa kak Wita", jawab Rina, seperti nya tidak tau permasalahan nya.
"Kamu kasih kan saja dengan Rinto, biar Rinto aja yang menjelaskan padamu", sambil menyodorkan sejumlah uang." Ini nominal nya ada 3 juta ", ucap Wita kembali.

Uang uang uang... pikiran ku mulai kalap kalau sudah berurusan dengan uang, langsung ku sambar saja uang yang ingin di berikan Wita kepada Rina. " Uang nya biar ibu yang pegang, biar ibu saja yang memberikan pada Rinto ", ucapku. Lama kami terdiam bersama, mungkin dengan perasaan masing masing, baru sekitar 10 menit aku bertanya kembali pada Wita.

" Sebenarnya kenapa kamu memberi uang ini ke Rinto ? ?! apakah rumah nya sudah kena bayar Wita", kembali aku bertanya.
" Iya ibu rumah nya sudah kena bayar, tu aku beli mobil baru", ucap Wita sambil menunjuk kearah mobil baru nya.
" Wah kamu hebat Wita bisa beli mobil baru, kalau begitu mana bagian ibu, masa kamu dapat uang banyak ibu gak di kasih", ucapku.
" Ada dong Bu...hari ini kita ke mall, ibu bisa belanja dan makan sesuka ibu ", ucap Wita.
" Benar ni Wita ? " , aku balik bertanya, aku senang sekali, sudah lama sekali aku gak belanja baju yang mahal.
" Ya sudah ibu siap siap, sekarang kita berangkat", ucap Wita.
Jarang jarang lho Wita berbaik hati begini pada ku, akhirnya aku berjalan menuju arah kamar, tapi tiba tiba di panggil Wita kembali.
" Ibu uang untuk ibu ", sambil menyerahkan nya padaku. keliatan banyak juga ni, ku hitung langsung ternyata sejuta , wowo banyak banget ni," terimakasih lho menantu ku ", ucap ku lalu berlalu meninggalkan mereka, ku liat Rina hanya mematung saja.

20 menit kemudian aku selesai make up dan ganti baju, girang sekali hati ku akan pergi ke mall. Tiba tiba aku di kejutkan oleh suami ku.
" Mau kemana kamu Bu , keliatan senang sekali", ucap suami ku menegur ku.
"Menantu kita si Wita ,ngajak jalan jalan ke mall, mau belanjaan aku ayah", dengan girang aku menjawabnya.
" Tumben Wita ngajak mu jalan", kembali suami ku bertanya.
" Rumah yang di tempati Rinto kemaren udah orang bayar kata nya", jelas ku pada suami ku.

"Aku pergi dulu ayah ", ucap ku lalu berlalu meninggalkan nya. Tak perlu ku jelaskan pada nya kalau uang Rinto aku yang ngambil, ntar panjang urusan nya ,dan pasti tidak boleh sama ayah.
Saat aku keluar dari kamar ku lihat Rina mematung aja, seperti lupa dengan tugas nya di dapur. " Rina .... selesai kan tugas mu memasak, seandainya ibu telat pulang , kalian makan aja duluan", ucapku pada Rina.
" Ayo Wita kita berangkat", ucap ku pada Wita, duh senang nya jalan jalan pakai mobil baru. Serasa jadi orang kaya hehehehe. Mobil anak... ya mobil kita juga lah, ucap ku sendiri dalam hati.
Sekarang lebih mudah bepergian, karena semua tugas rumah tangga sudah di kerjakan oleh menantu ku Rina , akhirnya ketemu juga aku menantu yang bisa aku manfaat kan , bisikku dalam hati.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience