Bab 11

Romance Completed 25593

BAB 11

Suara dering alarm di atas nakas membuatku terbangun. Semalam tidurku terasa hangat dan nyenyak. Kusingkap selimut tebal yang kini telah menenggelamkan tubuhku ini. Kulirik alarms di atas nakas ada aplikasi sholat lima waktu di dalam jam yang bertengger itu.

“Sudah bangun, Sayang?” Suara serak itu mengagetkanku dan kutolehkan ke samping tempat tidur dan melihat Vian telah bersimpuh di atas sajadah yang sudah rapi di lantai. Sosoknya kini memakai baju koko dan peci seperti saat malam pertama kulihat dia melakukan sholat subuh di rumah.

“Sudah waktunya sholat subuh, ambil air wudhu dan kita berjamaah,” ucapnya membuatku mengangguk.

Untuk satu ini aku memang selalu menurutinya. Aku bergegas beranjak dari kamar, kulihat kamar ini memang tak ada kamar mandi pribadinya, jadi kuseret langkahku keluar dari kamar untuk mengambil air wudhu.

Saat melangkah ke arah kamar mandi yang berada persis di sebelah dapur, aku tertegun melihat Ryan yang juga baru saja keluar dari kamar mandi.

“Line, mau wudhu?” sapanya hangat. Ryan kini menatapku dengan tulus.

Aku hanya mengangguk dan segera masuk ke dalam kamar mandi. Masih bimbang dengan perasaan yang berkecamuk di dalam hatiku, aku tahu ini salah aku sudah bersuami tapi kenapa masih ada getaran itu untuknya. Semoga nanti aku bisa membereskan semuanya. Kuhela napasku dan aku segera mengambil air wudhu.

Setelah sholat, Vian kini tampak bersiap, aku heran melihatnya yang lebih kalem tak ada ucapan yang keluar dari mulutnya sejak tadi.

“Ke mana Sonia?” tanyaku memulai pembicaraan.

Bagaimanapun juga dia suamiku aku akan mendapat dosa kalau aku pun mengacuhkannya. Kulihat dia melangkah ke arahku setelah menyisir rambutnya dan memakai sweaternya. Duduk di sebelahku yang kini telah bergelung kembali di balik selimut tebal, udara dini hari di sini sangatlah dingin.

Vian menarik tanganku dan menggenggam jemariku dan mengusap-usapnya. ”Dia kusuruh menginap di asrama kampus untuk malam tadi,” ucapnya

Aku hanya mendesah mendengarnya, kupikir dia mengusir Sonia karena tahu aku marah dengannya.

“Nanti aku jelaskan, Mbak, semuanya, bukan maksud untuk satu flat dengan wanita, tapi posisinya berbeda, dia hanya sementara di sini, kekasihnya baru saja meninggal seminggu yang lalu, dan dia mengambil beasiswa di sini juga karena terpaksa ingin melupakan kesedihannya. Dia hanya temanku, Mbak tak lebih, kalau mbak Mawar tak suka aku bisa mengusirnya sekarang juga,“ ucap Vian kali ini.

Entahlah semua ini terlalu rumit untuk kucerna, ternyata aku memang belum mengetahui apapun tentang suamiku ini.

“Terserah Yan, itu bukan urusanku lagipula siapa yang akan di sini, aku akan pulang setelah semuanya selesai,” jawabku, membuat raut muka Vian kembali pias.

“Mbak,” ucapnya dan menatapku lekat.

“Aku masih kecewa denganmu, Yan,” jawabku akhirnya membuat Vian kini menghembuskan napasnya berat.

“Jadi mbak Mawar ingin bagaimana?” tanyanya akhirnya.

Kuhela napasku dan kini menatapnya,

“Semuanya keputusanku tergantung nanti bagaimana dengan Ryan, entah aku akan tetap di sini, entah akan pulang atau entah aku akan menghilang dari kehidupan kalian semuanya, hilang dari keluarga ATMAWIJAYA, karena jujur ini menyiksaku Yan, aku tak bisa pura-pura aku sudah tak mencintai Ryan, sama sepertinya melihat dia kini hadir di depanku aku benar-benar merasa sakit.”

Ucapanku ini sukses membuat Vian dengan cepat merengkuhku ke dalam pelukannya. Tak ada kata terucap tapi kurasakan bahunya bergetar hebat,aku tahu dia menangis.Tuhan berilah petunjukMu ... Aku tak tahu mau dibawa ke mana hatiku ini.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience