Bab 63

Romance Completed 25593

BAB 63

VIAN POV

Sudah satu jam lebih kulihat Fey bolak balik ke kamar mandi. Keluar minum air putih sebotol lalu masuk lagi ke dalam kamar mandi dan keluar lagi lalu masuk lagi begitu terus membuatku pusing.

“Fey, kenapa sih? Itu minuman satu galon nanti habis kalau diminum terus!” Kutatap Fey yang kini tampak kelelahan dan duduk di tepi kasur. Aku dan Fey memang tadi langsung mandi besar lagi, dan hari masih sangat pagi sedangkan Kavi juga belum diantarkan ke kamar.

“Biar pipis terus, biar spermanya bisa keluar.” Ucapan Fey membuatku melongo. Tapi kemudian tersenyum lalu segera beranjak, kudekati Fey dan kurengkuh tubuhnya itu.

“Hey, memang kenapa kalau spermanya masuk?” Kuselipkan beberapa helai rambut ke balik telinganya yang menutupi wajahnya itu. Dan kulihat Fey memberengut lucu.

“Aku belum siap hamil lagi,” jawabnya lugas dan tegas. Aku pun tersenyum lagi membuat dia makin mengerucutkan bibirnya itu.

“Soal hamil dan tidak itu kan kita tak tahu, Fey. Lagipula nih ya kalau hamil lagi juga rezeki, tambah rezeki, Fey,” ucapku membuat satu cubitan melayang di perutku.

“Pokoknya kau harus tanggung jawab kalau hamil lagi,” ucapnya galak lalu segera beranjak dan keluar kamar.

Loh, tanggungjawab apa toh? Lha aku ini kayak habis bercinta dengan anak sekolahan aja deh, lucu istriku itu.

*****

“Diiiiiihhhh, yang mandi basah-basahan. Berdua di pagi hari yang dingin ini,” celetukan Evan membuatku seketika menoleh ke arah Evan yang sudah duduk manis di depan meja makan. Dan seketika juga irisan mentimun mendarat di wajahnya membuatku tergelak.

“Evaaaaannn, awas, ya, Mbak belum maafin kamu, lho,” pekik Fey dari arah dapur yang berada persis di depan meja makan, membuat Evan menggaruk-garuk rambutnya.

“Sukurin lu ... jangan goda Fey dulu. Dia lagi sensi.” Kuhempaskan tubuhku di sisi Evan.

“Lu apain coba mbakku semalem? Hayo ngaku!” Evan menatapku dengan penuh penasaran, dan langsung kujitak kepalanya.

“Mauuuuu tau ajaaaaaa,” jawabku yang sukses membuat Evan mencibir.

“Iya, iya deh percaya yang sudah halal,” jawabnya membuatku tergelak.

“Makanya tuh cepetan cari sangkarnya, kasian

kedinginan,” celetukku membuat Evan menjitak kepalaku.

“Lu kira burung kutilang, butuh sangkar, dasar lu kakak ipar mesum!”

Belum sempat kujawab, mbak Sisca dan mas Ryan muncul dari kamar dengan Kavi di gendongannya.

Dan kulihat Kavi antusias ketika melihatku dengan menghentak-hentakkan kakinya.

“Kavi pinter lho, ya, boboknya ga rewel,” ucap mbak Sisca sambil duduk di depanku. Sedangkan masku Ryan kini mendekati Fey yang sedang memasak dan langsung Fey menciumi Kavi yang masih digendong masku.

“Iyalah, anak siapa dulu,” ucapku membanggakan diri dan jitakan mampir lagi di kepalaku.

“Ehhhh, adik ipar kurang ajar. Kerjaan lu main jitak melulu!”

Evan mencibir lagi. “Salah sendiri mau jadi kakak iparku,” ucapnya membuatku kini kembali menjitak kepalanya. Begitulah kalau bertemu si tengil Evan ini.

“Sudah-sudah, sekarang sarapan dulu, ya.” Fey sudah muncul dengan membawa pasta lada hitamnya membuat mbak Sisca langsung menoleh ke arah Fey.

“Kamu pintar masak ya, Line, aku diajarin, ya,” ucapnya membuat Fey tersenyum dan mengangguk.

“Beres deh, Sis, nanti aku ajarin dan buat Ryan klepek-klepek dengan masakanmu, itu kunci untuk membuat suami makin cinta,” ucapnya membuat pipi mbak Sisca memerah.

“Ehem, Line, kau jangan beri ilmu yang membahayakan, loh.“ Kini masku yang sudah duduk di sebelah mbak Sisca membuat Fey terkekeh.

“Lah ilmuku ini manjur dan mujarab, loh, tuh buktinya adikmu itu ga bisa berpaling, kan, dariku,” ucapnya dan menunjukku lalu mengerling genit ke arahku.

“Eh eh, Fey, jangan merayu lagi, ya, mau itu beneran hamil lagi? Mau ditambahin gitu?” Celetukanku membuat Fey langsung menatapku horor.

“Hamiiiiilll???” teriak semuanya membuatku makin dipelototin Fey lagi.

Duh duh duh, alamat tak dapat jatah ini seminggu.

*****

Setelah acara sarapan yang dihadiahi cubitan dari Fey dan ledekan dari mbak Sisca, masku dan juga Evan— untung si Rasya rese itu masih terlelap di kamarnya, dia semalam mengerjakan tugas kampus hingga larut jadi tak ikut sarapan, masku tiba-tiba memberikan ide mumpung lagi berkumpul semuanya dan aku masih cuti dari kampusku, dia mengajak kami semua wisata ke Tangkuban Perahu. Yang langsung disambut sorak sorai mbak Sisca dan juga Evan antusias, sedangkan Fey sendiri hanya mengangguk mengiyakan.

Dan di sinilah akhirnya aku berada, di balik kemudi, Fey dan Kavi yang duduk di sebelahku. Sedangkan Mbak Sisca dan Masku di bangku tengah, dan Evan serta Rasya yang masih mengantuk itu duduk di bangku belakang.

“Ini tak apa, ya, perjalanan agak jauh loh, ke Lembang, buat Kavi.” Masku kini melongokkan kepalanya ke arah Kavi yang bobok manis di pangkuan Fey.

“Mending ke Sapu Lidi aja, yuk, bisa mancing dan hawanya ga terlalu dingin,” usul Rasya dari jok belakang.

“Terserah deh, tapi ini aku tak tahu jalannya lho, Sya,” kutolehkan wajahku ke belakang dan Rasya memberi isyarat untuk menepikan mobil dan berganti dia yang menyetir.

*****

“Hmmmmm, sejuuuukk.” “Indaaahhhh.”

“Kita naik perahu, yuuukk.”

Celetukan-celetukan dari Fey, Evan, bahkan masku, Ryan dan juga mbak Sisca memenuhi sekelilingku saat kami baru saja menginjakkan kaki di Sapu Lidi ini.

Suasana pedesaan yang asri dikelilingi dengan luasnya padi terhampar dengan hijau, dan ada danau dengan berbagai perahu-perahu kecilnya.

Kavi menggeliat di dalam gendonganku, sedangkan Fey sendiri tampak merapatkan selimut dan jaket Kavi.

“Kita makan dulu saja, baru nanti berkelilingm gimana?” usul masku yang langsung diangguki semuanya.

Kami melangkah beriringan, Rasya sendiri sudah memimpin di depan sebagai pemandu wisata, mengingat dia sudah sering ke sini. Sedangkan kami semua mengekorinya dari belakang.

Tapi tiba-tiba belum mencapai pintu resto Sapu Lidi, langkah kami terhenti karena di depan kami seseorang yang tak asing berjalan menuju ke arah kami.

Fey langsung melepaskan pelukannya di sampingku, Evan bahkan sudah maju ke arah rombongan orang-orang yang sedang melangkah ke arah kami. Rasya menoleh ke arahku meminta penjelasan sedangkan mas Ryan nampak terkejut juga siapa yang kini berada di depan kami.

“Tian???” pekik Fey sesaat setelah rombongan orang di depan kami mendekat.

“Cipuuuuuttt?” Evan memekik lebih keras karena di samping si bule yang notabene sahabat Fey itu tampak Putri yang menunduk ketakutan melihat kami.

Tapi kemudian kedua orang tua Putri langsung menarik Putri dan menyembunyikan di belakangnya.

Christian nampak terkejut saat melihat Fey, tapi sesaat kemudian dia melangkah mendekat dan merengkuh Fey ke dalam pelukannya.

Wah apa-apaan ini, kulangkahkan kaki menuju Fey dan langsung membuat si bule itu melepaskan pelukannya.

“Hey ... long time no see,” ucapnya sambil menepuk Fey dan Fey tampak berbinar bahagia. Lalu dia beralih ke arahku dan menepukku lalu mengusap Kavi yang ada di gendonganku.

“Ini baby kalian, ya...,” ucapnya tampak mengamati Kavi.

“Tian, kenapa tak menjengukku dengan Nadia ke sini? Sombong,” ucap Fey membuat Christian tersenyum.

“Kenapa? Kangen, ya? Sudah bosan dengan bocah ini?” ucapnya tengil sambil menunjuk ke arahku. Eh ini orang minta dihajar deh.

“Tian, dia suamiku sekarang bukan bocah lagi,” bela Fey yang langsung menggelendot manja di lenganku.

“Chris, ini siapa, ya? Kenapa kenal mereka?“ Tiba-tiba seorang wanita paruh baya yang sepertinya mamanya Putri kini menyeruak di samping Christian. Dia menatap Evan dengan sinis.

“Ini semua saudaraku,“ ucap Tian membuat wanita itu menatap kami dengan tak percaya.

“Tak mungkin, Evan saudaramu? Sudahlah jangan bercanda, ya ... dan kau, Evan, jangan dekati Putri lagi karena dia sudah bertunangan dengan Christian,” ucap wanita itu ke arah Evan membuat Evan mengepalkan tangannya. Kulihat Putri tampak menatap Evan dengan tatapan penuh kerinduan, tapi dia tak bisa berkutik karena diapit dua orang perempuan mungkin saudaranya.

“Tian, benarkah?” pekik Fey dan seketika menatap Christian dengan tajam.

“Aku bisa jelasin, Line,” ucapnya lirih. Tapi tiba-tiba Evan sudah merangsek maju dan melayangkan tinjunya ke arah Christian membuat semuanya menjerit. Christian langsung tersungkur ke tanah, masku maju dan Rasya pun ikut menarik Evan sebelum dia membuat huru-hara di sini.

“Heh, dasar preman ... kau ini melukai menantuku akan kutuntut kau,” ucap wanita yang merupakan mama Putri itu.

Fey merengkuh tubuhku dan menenggelamkan wajahnya di dadaku. Dia paling anti melihat adegan perkelahian begini.

Tiba-tiba Putri sudah berlari maju dan memeluk Evan yang masih tampak emosi.

“Putri sayang kak Evan, bawa Putri pergi,” teriaknya histeris, tapi kemudian beberapa orang yang tadi memegangi Putri tampak maju dan menarik Putri.

Evan merengkuh Putri dalam dekapannya, mencoba mempertahankan Putri. Aku pun trenyuh melihatnya, kuberikan Kavi ke dalam gendongan Fey. Aku melangkah ke arah Evan yang masih dibujuk masku dan Rasya.

Dan sebelum langkahku sampai di sana, tiba-tiba Evan sudah ditarik paksa oleh dua orang laki-laki lalu Putri sudah ditarik paksa.

“Putri tak mau, Putri tak mau!” teriak Putri histeris. Evan masih berusaha berontak dan Rasya serta masku menghajar dua orang yang memegangi Evan. Aku belum bisa bertindak saat kutolehkan badanku ke arah Fey, dia nampak berdebat hebat dengan Tian. Ada apa lagi ini?

Aku langsung berlari ke arah Fey, lalu tiba-tiba istriku itu mengangkat tangan dan ...

Plaaaaakkk!!!

Sebuah tamparan mendarat di pipi Tian. Aku hanya bisa terdiam melihat semuanya. Apa yang sebenarnya terjadi saat ini?

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience