POV Rinto
Aku harus mengabari istri ku untuk pindah kerumah orang tua ku, lalu aku berjalan masuk ke kamar mendekati istri ku. Ku sampai kan pesan ibu, agar kami pindah ke rumah ibu.
" Dek besok kita pindah kerumah ibu ya", ucapku pelan. " Istri ku masih diam aja, mungkin masih kesal. Setelah beberapa menit dia buka suara.
" Bang sekarang yang ku tanam sedang lagi panen, bisa kah bang Arman menunggu hingga seminggu aja, biar aku bisa menjual hasil panen ku, ucap istri ku. Lumayan juga hasil nya kalau di jual istri ku. Tanaman tanaman seperti daun sof, jahe, kunyit, kencur, cabe yang belum siap panen mungkin bisa ku tawarkan ke tetangga dekat dekat sini, walaupun harga nya murah , lumayan lah tuk nambah nambah uang kita", ucap istri ku, yang udah siap panen kita bisa nitip ke bibi untuk di jualkan ", kata istriku.
" Baiklah akan Abang telpon bang Arman tuk meminta tempo waktu ", ucap ku menimpali.
Tapi sebelum nya kita masak dulu sayang..... aku lapar ini sayang, ucapku ku menggodanya sambil memegang perutku.
" Hari ini aku belum belanja bang, kita makan apa ada nya di dapur aja ya ",ucap istri ku.
* Apa yang ada di dapur sayang", ucapku bertanya. " Hanya telur... sayang ", ucap istri ku.
"Menu siang ini, telur goreng, sambal terasi di kasih tomat, sayur cangkok manis, lalap daun ubi...", ucap istri ku.
"Wow pavorit aku banget sayang ", ucapku.
" yuk kita petik di kebun ucap istri ku",
Akhirnya kami sama sama turun ke tanah memetik tomat, cabe , cangkok manis dan daun ubi. Duh ternyata tanaman istri ku subur subur semua nya, pantas saja tabungan istri ku banyak, mungkin karena banyak yang tidak di beli. Kok aku jadi tambah sedih melihat kebun ini, besok lusa sudah kami tinggal kan.
" Sudah bang.... ayok kita masak bersama ", ucap istri ku. Akhirnya kami masak bersama. Saat seperti ini rasa cinta ku para istri ku semakin menjadi, wanita yang sederhana, tanpa banyak meminta apalagi menuntut yang berlebihan, dia sangat mengerti kalau aku hanya kuli bangunan.
Akhirnya kami masak dan makan bersama, walaupun hanya menu sederhana, tapi rasa selalu nikmat jika istri ku yang memasak nya
" Sayang ..... kenapa setiap masakan mu selalu enak..", ucap ku menggoda nya.
" Iya lah enak, kan bumbu nya di kasih resep cinta", ucap istri ku membalas godaan ku.
Kami pun tertawa bahagia seakan akan melupakan kalau sebentar lagi rumah ini akan kami tinggal kan.
Sekarang waktunya aku menelpon bang Arman,
ku pencet nomer hp Bang Arman, Alhamdulillah hp nya aktif, tidak lama kemudian bang Arman mengangkat hp nya.
"Hello ... Assalamualaikum", ucapku.
" Waalaikumsalam ada apa Rinto", ucap bang Arman.
" Bang aku harap di beri kelonggaran waktu untuk kami mengosongkan rumah ini.
" Memang nya kenapa Rinto", ucap bang Arman.
" Gini lho bang, sebelum kami pindah, kami ingin menjual semua tanaman istri ku ini", ucap ku menjelaskan.
" Kenapa tidak di bawa saja ke rumah ibu", ucap bang Arman menimpali.
" Rumah ibu kan gak punya halaman... ada pun hanya sedikit itu pun sudah penuh dengan tanaman hias ibu, di bawa juga tapi mungkin hanya sedikit", ucapku menjelaskan.
" Oh oke lah kalau begitu" , ucap bang Arman.
Kuberi waktu seminggu lah, setelah itu kosong kan ya", ucap bang Arman.
" Iya terima kasih bang Arman, ucap ku mengakhiri telpon dg bang Arman.
Hati ku sedikit lega mendengar penjelasan bang Arman, setidaknya istri ku bisa menjual tanaman nya. Kami mulai ngobrol tanaman harus di tawarkan kepada siapa saja ,dan di mana saja.
Setelah sholat Zuhur kami pun tidur siang, karena setelah ini menawarkan kepada tetangga tanaman istri ku.
" Tok tok tok tok tok, Assalamualaikum".
"Tok tok tok tok tok, Assalamualaikum".
Siapa sih yang menggangu tidur siang begini, ternyata istri ku juga tersadar. Akhirnya kami berdua keluar melihat siapa tamu yang datang.
Setelah ku intip dari kaca ternyata kak Wita.
"Kreooot....", pintu ku buka.
" Ada kak Wita , ada perlu apa kak ",ucap ku lagi.
" Ayo silahkan masuk", ucap ku kembali.
Akhirnya kak Wita masuk tanpa basa basi langsung menyuruh kami suami istri segera mengosongkan rumah ini.
" Gini lho Rinto, aku harap hari ini juga kamu kemas kan barang mu, dan kosongkan rumah ini ", ucap kak Wita dengan angkuhnya.
" Tapi kak Wita, tadi aku sudah menelepon bang Arman aku di beri tempo seminggu untuk mengosongkan rumah ini", ucapku menimpali.
"Itu kan kata suami ku, yang mengurus jual beli rumah ini aku, jadi aku yang tau kapan kamu harus mengosongkan rumah ini", ucap nya dengan nada angkuhnya.
" Tapi kak Wita gak semudah itu lah, kalau mau pindah aku harus menyewa pickup, paling tidak besok baru bisa ucapku memohon.
" Kamu jangan pikirin itu, pickup sudah ku sewakan, kamu tinggal berkemas", ucap nya dengan nada angkuh. Lalu di tepuk kannya tangannya, tiba tiba ada yang masuk.
"Pak tolong bantu orang mengosongkan rumah ini", perintah kak Wita kepada orang suruhan nya.
Melihat situasi seperti ini, istri ku hanya mematung, mungkin karena kaget.
" Hey kamu !!! ....kenapa diam saja !!!.. apa gak kau dengar ucapan ku dari tadi dengan suamimu !!! Cepat kemasi barang kalian !!!", ucap kak Wita sambil menunjuk ke arah istri ku. Melihat tingkah laku kak Wita yang kasar kepada istri ku, ingin rasa nya ku sobek mulut nya, ku patah kan tangannya.
" Kak Wita !!!!..... jangan kurang ajar pada pada istri ku, kalau kak Wita kasar lagi bicara nya, aku tidak akan segan segan mematahkan tangan kak Wita", ucapku dengan emosi, tangan ku ku tahan ingin meninju mulut nya yang luar biasa jahat nya. Akhirnya hanya ku kepalkan saja.
" Jangan bang !?!? jangan !?!", istri ku memohon kepada ku, tidak baik memukul orang lain, apalagi perempuan" , ucap istri ku mengingat kan.
" Jangan drama kalian di depan ku !!!?!?...
Aku mau kalian segera mengosongkan rumah ini", ucap kak Wita dengan angkuhnya. Dengan tergagap gagap istri ku menjawab nya.
"Iya kak Wita ,akan segera ku beresi barang kami", jawab istri ku, dengan sigap istri ku mengemas semua baju baju, peralatan dapur, dan lain sebagainya. Tempat tidur aku di bantu oleh orang suruhan kak Wita tuk mengangkat nya. Semuanya telah masuk pickup, gak butuh lama, karena memang perabot kami belum banyak. Sekarang tinggal bawa beberapa pot tanaman aja. Mungkin kalau mau di bawa semua nya gak mungkin muat.
" Bang aku bawa beberapa tanaman hias dan tanaman cabek saja yang di dalam pot bunga ya", ucap istri ku.
" Ya udah, bawa aja ", ucapku mengatakan pada istri ku. " Bantu ya bang", pinta istri ku.
" Oke ...", ucap ku sambil tersenyum.
Saat istri ku mau membawa pot tanaman hias nya, tiba tiba Kak Wita berteriak.
" Hei... tanaman nya tidak boleh di bawa, kalian hanya boleh membawa perabot kalian saja", ucap Kak Wita memekik.
" Tapi kenapa kak", ucap istri penuh tanda tanya.
" Iya ....kenapa tidak boleh kak Wita, ini tanaman istri ku, dan milik istri ku", ucapku menegaskan.
" Tapi ingat tanah yang berada di dalam pot itu adalah tanah ku", ucap kak Wita dengan amarahnya." Jadi kalian tidak boleh membawa nya.... anggap saja sisa peninggalan tanaman ini, sewa saat kalian menggarap tanah ini ", ucap Kak Wita angkuh.
"Kak Wita jangan keterlaluan kak", pekik ku mulai tersalut emosi. " Masa ada sistem sewa tanah lagi, apa apaan kamu ini kak", darah kemarahanku sudah naik ke ubun ubun. Bukan nya takut melihat aku marah, kak Wita malah melanjutkan Omelan nya.
" Hello...!!!!!??!. di dunia ini tidak ada yang gratis !!!?! sudah enyah saja kalian dari rumah ku ini!!?!?.
Istri ku segera menghampiri ku.
"Sudah bang, biar kan saja, mari kita tinggalkan rumah ini, aku gak apa apa gak bawa tanaman ini , Abang jangan tersalut emosi, kita ikhlas kan saja", ucap istri ku menasehati ku.
" Nah gitu dong jadi bini, tu...!!!? dengar apa kata istrimu .... sana pergi !!!?!", kembali kak Wita mengusir kami. Akhirnya kami pun berdua naik mobil menuju rumah orang tua ku.
POV Rina
Sedih sekali hati ku saat mendengar penjelasan bang Rinto kalau rumah ini akan di jual, apalagi waktu mengambil nya juga mendadak. Aku baru tau kalau kak Wita sifat aslinya angkuh banget.
Sebelum nya kok baik baik saja dengan ku. Memang sih kak Wita sudah beberapa kali ke rumah ini, dan beberapa kali membawa teman teman nya. Mereka suka Selfi Selfi di kebun ku, tapi aku tidak di perkenalkan dengan teman teman nya. Aku di suruh nya tetap berkebun aja, katanya teman nya hanya ingin Selfi saja. Setelah pulang mereka semua ku beri oleh oleh hasil kebun ku. Aku tidak menyangka kalau sekarang, aku ingin mengambil tanaman ku saja di larang nya.
POV Juwita
Saat Rinto menelpon suami ku, aku mendengar pembicaraan mereka, Rinto meminta jeda waktu seminggu agar bisa menjual semua tanaman istri nya. Mana mungkin ku biarkan hal itu terjadi, tanah dan rumah itu bisa laku dengan harga berkali kali lipat karena tanaman si Rina itu. Ku akui di Rina sangat pandai menghias rumah dengan banyak bunga, banyak tanaman herbal , tanaman bumbu dapur, dia menata nya juga sangat apik, belum lagi tanaman sayur mayur nya, tanaman ubi kayu, ubi jalar. Kalau tanaman nya hilang jelas pembeli ku kecewa dan bisa jadi membatalkan nya.
Sebenarnya yang mau membeli rumah Rinto teman ku, dulu pernah ku ajak ke rumah Rinto, dia sangat tertarik dengan lingkungan nya yang asri dan segar. Katanya orang tua nya perlu tempat yang segar, orang tua nya mau menghabiskan waktu bercocok tanam, bercocok tanam apa kadarnya aja.... hehehehe.
Namanya juga hobi, bedalah dengan Rina, bercocok tanam pasti karena ekonomi. Ya mumpung yang mau beli orang kaya, harga tinggi pula, lalu ku bujuk bang Arman untuk menjual rumah tersebut. Aku gak nyangka aja ternyata suamiku setuju padahal sudah jelas rumah itu sudah di hadiahkan untuk adiknya. Katanya hadiah pernikahan adik nya... hehehehe.
Salah sendiri di Rinto , kenapa dulu tidak di buat sertifikat atas namanya, namanya otak orang kan bisa berubah rubah, apalagi liat uang Rp.150juta. Mending nanti si Rinto kasih uang 3 juta aja, sebagai ganti gaji nya dulu yang tidak di bayar. Wah uang sebanyak ini aku bisa beli mobil baru. Aku gak nyangka ide suami ku dulu memberikan hadiah rumah pada Rinto malah menjadi ke untungan besar bagi ku. Namanya orang kaya , keberuntungan pasti selalu berpihak , ini namanya rezeki yang tak di sangka sangka hahahaha.
Padahal dulu suami ku beli tanah tersebut dengan harga yang murah, lanjut bangun rumah nya dengan tenaga yang gratis pula, ditambah tukang taman yang gratis lagi... hahahaha.
Rinto .... Rina.... terimakasih kalian telah memberi ku untung banyak Hahahaha ( tertawa kecil )
Tak kan ku biar kan mereka membawa satu pot tanaman pun dari rumah itu. Mending sekalian juga aku cari pick up untuk mereka, biar hari ini mereka pindah. Ternyata mudah juga ngusir mereka, tanpa ada perlawanan.
POV Arman
Sebenarnya aku kasian juga dengan adikku Rinto.
Dulu ku berikan rumah itu untuk nya karena dia lama bekerja dengan ku, berkat kerja nya membantu ku aku tidak terlalu capek, dan tentu saja karena dia jujur juga, sebelum nya aku menggaji nya normal, tapi semenjak dia menyatakan ingin menikah, jadi ku tawarkan tanah kosong agar di buat rumah di sini, aku memberi nya tanah sekapling. Tanah pinggir kota harganya masih murah banget waktu itu. Aku gak nyangka aja tiba tiba ada yang membeli nya dengan harga yang jauh dari harga pasaran. Ku kira ini berkat dari tangan istrinya , yang apik mengolah tanah tersebut. Semua yang di tanamnya tumbuh subur dan tertata dengan rapi, sehingga tanah ku dulu yang hanya semak belukar jadi sebuah taman yang indah.
POV Rinto
Setelah kurang lebih 1 jam perjalanan nyampai lah Rinto dan Rina ke rumah orang tua Rinto. Kebetulan Ayah dan ibu sedang duduk duduk santai di teras. Mereka menyambut kami dengan baik, semua barang sudah masuk ke dalam rumah semua nya.
" Terimakasih pak.... ini sudah di bayar kak Wita kan ", aku bertanya pada pak supir.
" Belum pak", jawab pak supir. Lalu aku pun menanyakan ongkas nya, langsung membayarnya. Aku kira sudah kak Wita bayar kan, aaah mana mungkin di bayarkan, kak Wita kan memang pelit selama ini. Teringat kata kata kasar nya, dada ini kembali panas.
Tiba tiba adik ku si lastri keluar dari kamar nya, mungkin baru bangun tidur, melihat kedatangan kami dengan membawa barang banyak seperti tidak suka.
" Baru juga nyaman penghuni di rumah ini gak ramai, eh ini malah tambah ramai lagi ", ucap nya dengan nada sinis. Langsung ku pandang wajah istri ku, ku lihat wajah nya langsung berubah, mungkin ada perasaan tidak nyaman.
" Apaan sih kamu Lastri, bukan nya membantu membawa barang barang malah ngomel tak jelas, sana bantu aku bawa barang", ucap ku menimpali , sembari mata ku melotot padanya.
Ini anak mulutnya seperti gak punya pendidikan aja.
" Lastri ...?!!!....apa apaan sih kamu kok ngomong seperti itu, mending kamu bantu bawa barang/ bikin air es di dapur", ucap ayah menasehi Lastri.
" Malas banget", ucap Lastri langsung keluar rumah.
POV Lastri
Malas banget di rumah ramai orang, apalagi orang asing lagi, akan ku buat mereka pindah dari rumah.
POV Rina
Rasanya pindah kerumah bang Rinto bakalan gak enak deh, apalagi ku liat Lastri tidak menyukai kehadiran kami, semoga ini hanya sementara. Biar lah kelak ku ajak ngontrak aja. Capek juga rasa nya hari ini berangkut dan berkemas barang barang.
Hari pertama di rumah mertua, aku masih merasa canggung, ya walaupun sebelum tinggal di rumah ini aku sudah beberapa kali main ke sini, tapi itu kan beda, saat itu hanya main sebentar, setelah itu pulang, ketika itu ibu mertua ku sangat baik pada ku, apalagi saat banyak ku bawa hasil kebun ku. Tapi sekarang kenapa rasa nya beda seperti nya mereka kurang suka dengan kehadiran ku di sini.
" Rina .... Rina...", ibu mertua ku memanggil ku.
" Iya Bu ....", aku bergegas mendekati ibu.
" Tolong bantu ibu menyiapkan makan malam", ucap ibu. " Baiklah Bu...", ucapku.
" Kata Rinto kamu pandai masak, semua yang kamu masak enak , jangan kan masak ayam , bikin sambal terasi aja enak kata ", kata ibu menggoda ku. " Ndak lah Bu, bang Rinto itu berlebihan muji nya ", sambil ku tersenyum, ternyata ibu baik juga , pandai juga bercanda dengan ku.
" Rina.... mulai besok ibu minta kamu memasak ya, kalau tidak tau bisa ibu ajar, ibu sudah lama ingin pensiun di dapur, rasanya sudah capek ,ngarapkan Lastri mana mungkin bisa, dia itu goreng telur saja gosong Rin ", celetuk ibu sambil ketawa kecil.
" Iya Bu , insyaallah .... ", jawab ku singkat.
Aku memang sudah terbiasa masak, karena dari kecil sudah di ajar ibu di rumah, jadi wanita harus bisa masak itu yang selalu di ucapkan ibu kandung ku. Alhamdulillah berkat didikan nya aku bisa masak, walaupun gak semua jenis masakan lah hehehehe.
Malam ini adalah malam pertama tidur di rumah mertua ku, ini adalah kamar bang Rinto waktu masih bujangan, kamarnya kecil dari kamar yang lainnya, letaknya pun bagian belakang. Besok akan ku tata kamar ini , biar aku betah tinggal di kamar ini. Saat mau tidur kami saling berpandangan.
" Semoga sayang betah di sini ya , maafkan Abang atas peristiwa ini. Abang hanya tidak menyangka akan seperti ini", ucap Suamiku seperti sedih, walaupun sebenarnya aku juga sedih. " Sudah lah bang , jangan di pikirkan, insyaallah kita bisa bangun lagi, asal kita niatkan, kita mulai dari nol lagi juga tidak masalah", ucapku.
Share this novel