Memenuhi Takdir

Crime Series 21272

Piya membuka pintu kamar bersamaan saat Fatma dan Arman keluar dari kamarnya. Sudah berpakaian rapi siap bekerja. " Aha! Kalian berdua sudah sembuh?" sapa Fatma menggoda. "Maksudmu?" Piya bingung. Dia tersinggung. Dia tidak sakit, sehat wal affiat. Tak kurang suatu apa. Fatma tertawa gelak. Piya masuk jebakannya "Bukankah tadi malam kalian nampak tidak normal, Salam seperti orang sakau, dan kamu seperti wanita tiiiiit", Fatma tertawa gelak."Tadi malam kalian ngapain aja", bisik Fatma di telinga Piya. "Apa an sih!" Wajah Piya memerah, dia mendorong Fatma bibir cemberut. Fatma sudah kelewatan. "Kalian pasangan serasi dan terlihat normal!" Fatma kembali menggoda, matanya mengerling nakal pada Piya. Piya tidak mempedulikan godaan Fatma. Dia malah menggandeng tangan Ryozo dengan mesra. Ryozo melakukan hal yang sama. Dia memeluk pinggang Piya dan memberinya ciuman di pipi mesra. Fatma dan Arman jadi salah tingkah. "Oi sadar...ini rumahku...mau mesra di rumahmu sendiri sana!" Fatma kewalahan atas sikap mesra mereka berdua. Piya dan Ryozo tertawa. Mereka berhasil membalas Fatma. "Makanya...jangan menggoda kami!" jawab Piya sambil tertawa. Pasangan ini tidak melepaskan pelukan mesra mereka. Fatma memeluk Arman. Dia panas rupanya.

Salam menghentikan langkahnya di ruang keluarga. Matanya menatap sebuah guci keramik besar antik milik Fatma. Piya memegang tangan Ryozo kuat-kuat. Menarik mundur Ryozo beberapa langkah ke belakang. Piya takut Ryozo mengulang tindakannya seperti beberapa waktu lalu. Fatma tersadar. Dia maju melangkah memeluk guci kesayangannya warisan ayahnya, menjaganya dari amukan Ryozo. Arman bersiap siaga, takut Ryozo menghancurkannya.

Ryozo tertawa terbahak-bahak. Wajah Fatma memerah. Dia tadi seperti anak kecil yang takut mainannya di ambil. Piya menatap Ryozo, "kamu tidak memecahkannya kan?" tanyanya ke Ryozo. "Ya tidaklah, mana mungkin aku membunuh ibuku!" Ryozo tertawa. Dia mendekati guci tersebut dan membelainya dengan lembut. Piya menarik nafas lega. Piya menemukan Ya Lam alias Ryozo sedang tertidur di sebuah guci besar yang tergelatak di tanah hutan di dalam sebuah goa. Ryozo lahir dari sebuah guci. Jadi wajar kalau tadi dia bilang kalau guci itu ibu kandungnya.

Piya meraba Guci milik Fatma. "Kamu dapat dari mana benda ini?" Tanya Piya heran. Guci ini mirip dengan guci yang berada di goa. Guci ini seperti kembar dengan guci 'ibu' Ryozo. "Hei kenapa kamu baru tanya sekarang bukankah kamu sudah tahu guci itu sejak lama di rumah ini", Kata Fatma, dia mendorong badan Piya dan Ryozo dari guci wasiat warisan moyangnya itu. "Benda ini sangat mirip dengan guci di goa itu. Malah seperti kembar!" kata Piya, Ryozo mengangguk mengiyakan. "Ini warisan kakek buyut dari bapakku!" Jelas Fatma. "Di mana guci yang kamu maksud?" Fatma penasaran. "Sudah pecah. Ketika Ya Lam lahir"Jawab Piya Fatma bingung. Piya menjelaskan kronologis pertemuannya dengan Ryozo di gua tengkorak. Fatma kecewa. "Sudah pecah ya....?! Padahal kalau guci kembar itu kalau disatukan akan jadi lebih baik!" Wajah Fatma terlihat sedih. Fatma maniak barang-barang antik.

Mereka duduk berkumpul di ruang tamu. Fatma penasaran dengan guci kembar miliknya. Ryozo duduk tangan kanannya memeluk bahu Piya. Pasangan tidak malu menunjukkan kemesraan mereka. Ruang tamu itu serasa hangat dengan cinta mereka yang mulai tumbuh dengan cepat.

"Kakek buyutku dulu seorang pedagang antar negara. Dia berdagang rotan, damar, pala, merica hingga ke negeri China. Pulangngya dia membawa keramik yang pesanan para bangsawan dan orang kaya di Kalimantan dan Sumatera. Menurut cerita kakekku dulu. Guci keramik tadi sebenarnya sepasang. Tetapi di kirim secara terpisah dengan kapal yang berbeda. Salah satu kapal yang membawa pasangan guci keramik itu tenggelam karena kapal mereka di rampok oleh bajak laut Philipina, mungkin jadi guci keramik yang menjadi tempat tidur Ryozo adalah pasangannya.... Wallahu alam". Cerita Fatma.

Piya dan Ryozo pulang, mereja bertemu dengan Delima di halaman rumah. Delima datang menjemput ibunya. Piya menyambut Delima dengan senyum. Tetapi Delima menyambut senyuman Piya dengan wajah masam. Memandang cemburu. Ryozo tidak melepaskan tangannya memeluk pinggang Piya. Mereka berdua langsung naik ke lantai dua dengan buru-buru.
Delima melihat dengan hati sakit Sebelumnya, ibu Piya akhirnya mengakui telah menikahkan Salam Ryizo dan Piya ketika di Jepang. Delima terpukul mendengarnya. Andai dia tau, Piya dan Ryozo adalah pasangan, dia tidak akan jatuh cinta dengan Ryozo.
Hatinya sungguh sakit. Rasti memegang tangan Delima yang dingin di bawah meja. Dia mengerti perasaan Delima.

Di rumahnya Rasti menenangkan putrinya yang tak kuasa menahan kesedihannya. Ayahnya memberikan motivasi agar Delima fokus dengan kuliahnya yang tak kunjung selesai itu

Di dalam kamar, pasangan pengantin baru ini tidak bisa menahan diri. Lima hari terpisah membuat mereka saling merindukan. Ryozo tak sabar, dia merobek gaun yang di kenakan Piya. Menarik Piya ke tempat tidur. Pakaian mereka sudah terlepas. Piya menyembunyikan tubuhnya dalam pelukan Ryozo. Tangan Ryozo membelai punggung Piya, seraya memberikan ciuman di bibir Piya dengan hasrat membara. Piya membalas ciuman Ryozo. Dalam sekejap tubuh mereka menyatu hingga dalam. Mereka bernafas dalam kenikmatan dalam penyatuan hati, jiwa, dua raga dalam cinta dan kepemilikan.

Pasangan yang saling mencintai ini, sudah mabuk kepayang. Mereka berasal dari zaman yang berbeda telah memenuhi takdir mereka atas sebuah janji tulus tiga sahabat dari negara yang berbeda.

Share this novel

Zariah Xu
2020-06-02 14:47:23 

yes


NovelPlus Premium

The best ads free experience