Muadz yang sedang nyenyak lena dibuai mimpi yang mengerikan. Dia terkejut bangun hingga menyebabkan dia terduduk diatas katilnya.
" Pa. Ma. " Hanya dua patah perkataan keluar dari mulutnya. Dia melihat Dhaniyah yang nyenyak tidur disisinya tak terusik langsung.
Dia bangun dari katil dan pergi ke kamar mandi membersihkan dirinya. Memandang wajahnya ke cermin didepan nya. Jelas terbayang wajah kedua adiknya. April dan Ash.
" Apa khabar kamu berdua dik? Abang teringin nak jumpa kamu berdua tapi Abang tak sanggup. Hidup Abang penuh dengan dosa dan noda. " Bisiknya yag hanya didengari olehnya.
Dalam mimpinya tadi jelas terlihat wajah sedih kedua orang tuanya yang datang dan ingin memimpin tangan kedua adiknya. Namun belum sampai huluran tangan digapai oleh kedua adiknya, dia terbangun dan hingga saat ini dia berfikir nak menemui adiknya atau tidak.
" Aku taknak beban kan kamu berdua. Aku taknak bahaya kan nyawa kamu berdua. Dan aku salah kerana memilih jalan yang salah untuk mendapatkan kekayaan yang aku ada sekarang. " Kata Muadz.
" Ash, abang harap dengan duit yang sentiasa abang bagi pada Atok dapat meringankan sakit yang kau hadapi sekarang. Dan April kau satu-satunya adik perempuan aku yang kuat menempuh jalan hidup yang sangat penuh dengan cabaran dan dugaan. " Kata Muadz lagi.
Namun di sisi lain, April dan Ash duduk dekat stesen bas yang tak jauh dari kawasan flat mereka tinggal. Ash mulai batuk hingga menyebabkan darah keluar disaat dia sedang batuk kuat.
" Ya Allah!!! Ash!! " Teriak April lalu memeluk tubuh adiknya ke dalam dakapannya.
" Sejuk kak. " Kata Ash.
April membuka hoodie yang tersarung di tubuhnya dan menyarungkan pada tubuh adiknya yang menggigil.
Grab yang dipesan datang. April membuka pintu kereta dan menyuruh Ash untuk masuk dahulu. Kereta yang dipesan membawa mereka ke hospital dengan kelajuan yang tinggi.
" Sabar yer Ash. Tak jauh lagi. " Kata April.
Setelah sampai April membayar lelaki itu.
" Dik. Lebih ni. " Kata pemandu grab itu.
" Takpe Bang. Rezeki Abang subuh ni. " Kata April.
April berlari mengejar dimana adiknya dibawa. Dia dihentikan oleh jururawat agar menanti di ruang yang disediakan di sisi kanannya.
April duduk di atas kerusi yang terletak di sana. Airmata yang tadi ditahan, akhirnya mengalir jua kepipi mulusnya.
" Ya Allah jangan Engkau ambil dia dulu Allah. Aku masih tak puas menjaganya, memberikannya kasih sayang dan melihat dia membesar dan berjaya dalam hidup. Ya Allah, andai waktu dapat ku putar balik, Aku rela menanggung sakit yang dideritai oleh Ash. " Katanya dalam tangisan.
Dalam waktu yang sama, Eshaal melewati tempat dimana April sedang duduk sambil merintih.
" Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar. " Ucap April.
Eshaal menapak ke arah gadis itu dan duduk disisi gadis itu yang masih tidak Eshaal perasan gadis yang ditemui dalam ruang menunggu dekat ruang kecemasan tadi.
April yang menutup separuh wajahnya dengan lengan yang penuh dengan kesan calar dan berbirat merah dan kebiruan, tidak perasan akan ada seseorang duduk disisi nya.
Eshaal melihat kesan birat dikedua lengan gadis itu. Timbul rasa simpati dihati. Melihat kebahagiaan kaki, Ada kesan tompokan darah yang keluar dari paha gadis itu.
" Dik? " Sapanya.
April menurunkan lengan yang terletak di wajahnya dan menoleh ke sisi. Alangkah terkejutnya masa tu Eshaal melihat gadis itu adalah gadis yang duduk di sisinya tadi dan gadis itu jugalah yang telah menyelamatkan anak tunggalnya.
Mata yang sembab memerhatikan wajah seseorang yang seperti dikenalinya. Namun dia tak mampu berfikir baik sekarang.
" Kenapa dengan adik ni? " Tanya Eshaal.
" Takde apa. " Kata April menutup segala masalah yang dihadapi oleh dirinya.
Dia mengesat lembut airmata yang masih mengalir di pipinya.
" Kongsilah. Mana tahu Aunty dapat bantu. " Kata Eshaal.
" Takde yang dapat bantu saya Aunty. " Kata April.
" Tak semua masalah harus ditanggung sendiri. Luahkan. Aunty sanggup jadi pendengar kalau itu dapat menenangkan hatimu. " Kata Eshaal.
April mulai teresak semula. Tak mampu nak menahan pedih kehidupan yang ditanggungnya kini. April menunduk menangis semahunya.
" Sabar Allah duga Allah uji sebab Allah tahu awak mampu tanggung ujian dari-Nya. " Kata Eshaal.
April hanya menganggukkan kepalanya lemah.
Eshaal berdiri dan menapak kedepan beberapa tapak dan menghubungi suaminya Adham.
Adham yang berada dalam wad Ziyad menerima panggilan dari isterinya yang baru beberapa minit keluar dari ruangan Ziyad
“ Yes Mom? " Tanya Adham.
" Mom ada dekat mana tu? Lamanya pergi cafeteria tu? "Tanya Adham lagi.
" Mom ada dekat ruangan menunggu zon merah. " Kata Eshaal pula.
" Hah? Zon Merah? Buat apa kat sana? " Tanya Adham dan Ziyad juga menoleh melihat Daddynya apabila mendengar Mommy nya berada di ruangan berbahaya.
" Jangan bagitahu Ziyad. Gadis tu ada kat sini. " Kata Eshaal.
" Really? " Tanya Adham.
" Hermm. Kesian Mom tengok dia yang lemah ni. " Kata Eshaal.
" Why? " Tanya Adham.
" I don't know Dad. " Balas Eshaal.
" Okey tunggu Daddy datang sana. " Kata Adham.
" Okey Dad. "Balas Eshaal lalu memutuskan panggilan dan menapak semula ke arah April.
Doktor keluar dari ruangan zon merah. Dengan keadaan tergesa-gesa mencari keluarga pesakit.
" Family Muadz Ashar. " Panggil Doktor.
" Ye saya kakak dia. " Kata April.
" Maaf Cik. Pihak kami dah lakukan sebaik mungkin. Namun Sel-sel kanser telah merebak ke seluruh badannya. Dan kini Adik Muadz hanya mampu bertahan selama beberapa bulan sahaja. " KatabDoktor itu menerangkan pada April.
April yang mendengar kata-kata Doktor tadi terjelepuk di atas lantai. Tak mampu menampung berat badan. Apa yang didengar olehnya umpama petir menyambar hatinya yang memang telah hancur dan kini menjadi lebur dek kata-kata Doktor itu.
" Ya Allahhhh!!! Aku mohon Kau ambillah separuh dari usiaku dan berikan padanya. Aku tak sanggup hilang Ash. " Tangisnya memeluk kedua lututnya.
Adham datang melihat isterinya sedang kaku berdiri disisi gadis yang sedang merintih di atas lantai hospital.
Adham menapak menghampiri Eshaal dan Doktor itu. Mereka merasa sakit yang ditanggung April kini.
Dalam masa yang sama Ziyad melihat dari satu sudut yang tak mampu dilihat oleh sesiapa. Bersama dengan Aaron dan Alfred. Dan Aaron perasan wajah gadis itu.
Melihat rintihan gadis itu membuatkan hati Ziyad merasa sakitnya bersama. Tapi dia tidak mengenali siapa gadis itu. Jantungnya berdetak tanpa irama. Dia menyentuh dadanya dan merasai degupan itu sama sewaktu gadis yang menyelamatkan dirinya tadi.
" Tengku. D... Dialah yang selamatkan kita tadi. Gadis tu. " Kata Aaron.
" Betul ke? " Tanya Ziyad.
" Saya kenal dia. Jelas wajahnya pada pandangan saya tadi Tengku. " Kata Aaron.
" Cari tahu siapa dia dan siapa keluarganya. " Kata Ziyad berlalu dari sana sambil menyentuh lembut bibirnya.
" Cik boleh masuk kedalam melihat dia. Sebelum kami pindahkan nya kedalam ICU. " Kata Doktor itu lagi.
April menguatkan hatinya dan berdiri lalu melangkah menuju ke ruangan di mana Ash sedang terbaring lemah. Dia mengesat airmata yang mengalir di pipi nya.
" Kak. " Panggil Ash.
" Ye Ash. " Sapa April mula sebak semula.
" Boleh tak Akak penuhkan hajat Ash sebelum Ash menutup mata Ash. " Kata Ashar.
" Kenapa Ash cakap macam tu? Ash nak tinggalkan akak ke? " Sebaknya menguasai dirinya kini.
" Ash taknak Akak sedih menangis. Ash nak Akak kuat. " Kata Ash menggenggam jemari Kakaknya lemah.
" Akak takkan mampu hidup tanpa Ash. Cukuplah Abang Ar pergi. Jangan Ash tinggalkan Akak sendiri. " Rintih April.
" Sebelum Ash pejam mata Ash selamanya. Ash nak melihat Abang Ar. Boleh tak? " Tanya Ashar.
" Akak janji akan cari Abang Ar. Yang penting Ash janji untuk terus bertahan lawan sakit tu. " Kata April.
Adham dan Eshaal memerhatikan dari pintu ruangan dan keluar semula dan bertemu dengan Doktor tadi.
" Kenapa dngan budak lelaki tu? " Tanya Adham.
" Muadz Ashar maksud Tengku? " Tanya Doktor itu dan dibalas anggukan dari Adham.
" Budak tu pesakit Kanser hati tahap 3 dan kini masuk tahap terakhir. Sel-sel kanser telah merosakkan sistem pernafasan dan buah pinggangnya turut rosak. " Kata Doktor itu.
" Ya Allahhhh Dad!! " Tangis Eshaal pecah dalam pelukan suaminya.
" Sabar Mom. " Kata Adham.
" Tak boleh nak buat apa-apa ke Dok? Kemoterapi ke apa? " Tanya Adham.
" Akak dia tak mampu Tengku. " Kata Doktor itu.
" Kami akan tanggung semua perbelanjaan yang diperlukan oleh budak tu. " Kata Adham.
" Percuma je Tengku. Sistem sarafnya memang dah rosak. Hanya menanti waktu pulang ke negeri abadi. " Kata Doktor itu.
Adham mengelus lembut belakang isterinya yang teresak. Dia membawa isterinya duduk di kerusi yang ada disisi ruangan Zon merah.
" Dad kenapa kita tak mampu bantu anak tu, Sedangkan dia pertaruhkan nyawanya menyelamatkan Ziyad anak kita. " Kata Eshaal.
" Sabar Mom. Sebaiknya Daddy akan hubungi teman Daddy di London. " Kata Adham.
" Yes Daddy. Minta tolong pada Doktor Allan. " Kata Eshaal.
" Ye but Now kita mesti balik ruangan Ziyad. Nanti dia perasan. " Kata Adham.
Mereka bangun dan berlalu meninggalkan kawasan itu.
Sedangkan Ziyad di ruangannya terbayang wajah si gadis yang merintih hiba. Terasa hinga ke lubuk hatinya yang paling dalam.
" Kenapa kau menangis? " Tanya Ziyad pada dirinya sendiri.
" Sedih yang kau rasakan, Aku turut merasa. But why? " Pelik Ziyad yang masih menyentuh bibirnya yang seperti masih terasa manis bibir si gadis.
Ziyad terfikir kenapa perasaannya pada gadis itu lain dari semua gadis yang pernah ditemuinya. Sedangkan gadis itu biasa dari segi pakaian, Seksi pun tidak. Wajah tak terlihat seperti mengenakan makeup apalagi bibirnya yang hanya dicalit mungkin dengan Lipbalm.
Tapi kenapa Ziyad merasa seperti ada Aura yang menarik untuk dia mendekati perempuan itu.
" Ziyad. " Panggil Adham dan menyentuh lembut bahu anaknya hingga membuat Ziyad terkejut.
" Heyy. Jauh menung anak Mommy ni. " Tanya Eshaal.
" Are you cry Mom?? " Tanya Ziyad.
" Eh haah. Mommy jumpa kawan lama tadi. " Tipu Eshaal.
" Ni anak Daddy menung kenapa? " Tanya Adham pula.
" Ziyad tengah fikir siapa gadis yang mampu selamatkan 3 nyawa kami tu. " Kata Ziyad berpura-pura tidak mengetahui.
Eshaal dan Adham berpandangan. Tak percaya dengan apa yang mereka dengar keluar dari mulut Ziyad.
" Ziyad nak buat apa tanya soal perempuan tu? " Tanya Adham.
" Ziyad nak kenal dia. Ziyad nak jadikan dia suri dalam hati Ziyad. Takde perempuan yang sanggup selamatkan nyawa orang lain sedangkan nyawanya juga hampir hilang masa letupan tu. " Kata Ziyad.
" Bukan Ziyad nak apa-apakan dia kan? " Tanya Eshaal.
Ziyad memandang hairan dengan maksud Mommy nya.
" Why? " Tanya Ziyad.
" Sebab Mommy tahu se playboy apa anak Mommy ni. Mommy taknak Ziyad sakiti dia. Dia budak baik. " Kata Eshaal.
" Apalah Mommy ni. Takkan Ziyad nak apa-apakan dia. Sedangkan Ziyad berhutang nyawa dengannya. " Kata Ziyad.
" Mom, Dad, Korang ada sorok something dari pengetahuan Ziyad? " Tanya Ziyad.
Aaron masuk bersama Alfred dan menemui Ziyad. Alfred mendekati Ziyad dan membisikkan sesuatu pada telinga Ziyad.
" Really? " Tanya Ziyad.
" Ye Tengku. Siang dia kerja dekat Syarikat Tengku sebagai Jurutera manakala petang dia bekerja sebagai cashier dekat kedai runcit 7E kat hujung bangunan depan Syarikat. " Kata Aaron pula.
" Good. Siapa nama dia? Asal? Family? " Tanya Ziyad.
" Nama dia Mawar April Binti Ahmad lulusan SPM dalam bidang Lukisan Grafik dan seni. Asal dia dari flat murah dekat jalan Mohammad dan tinggal bersama Atomnya dan adiknya. Ada seorang Abang namun hilang tanpa khabar. " Kata Alfred menjelaskan.
“ Kenapa Ziyad nak tahu tentang gadis tu? " Tanya Eshaal.
" Ziyad akan angkat darjatnya Mommy. Ziyad akan jadikan dia permaisuri dihati Ziyad. Ini janji Ziyad. " Kata Ziyad mendabik dada.
" Jangan sakiti dia Ziyad. Mom taknak Ziyad buat dia kecewa. " Kata Eshaal.
" Mommy macam kenal je siapa gadis tu. " Kata Ziyad.
" Ye Mommy dan Daddy kenal gadis tu. " Kata Adham.
" Bila? Dimana? " Tanya Ziyad.
" Dekat kawasan Zon merah kecemasan. " Kata Adham.
" Kenapa dengan dia? " Tanya Ziyad ingin mengetahui mengapa gadis itu menangis tadi.
" Adiknya pengidap Kanser Hati tahap Akhir dan hanya mampu bertahan dalam beberapa bulan sahaja. " Kata Adham.
" Seriously Daddy? " Tanya Ziyad.
" Yes. I'm serious. Tapi Doktor dah bagitahu memang takkan ada harapan sembuh. Sebab tu Daddy akan call Uncle Allen tanya tentang ubat dari London. " Kata Adham.
" Sebab tu Mommy nak pesan. Jangan sakiti dia. Cukup dia sakit atas penyakit yang dihidapi adiknya. " Kata Eshaal.
" Dia tu pekerja dekat Syarikat kita Dad. Sebagai jurutera. "Kata Ziyad.
" Betulke? Why Daddy tak perasan pasal dia. "Kata Adham.
" Dia teman kepada Cik Balkis, Secretary Tengku Ziyad. " Kata Aaron.
" Saya tak tahu tentang kewujudannya dekat ofis tu. " Kaa Ziyad dan di iyakan oleh Adham.
Ziyad terfikir akan sesuatu. Dan akhirnya dia ada idea untuk merapatkan dirinya dengan gadis itu.
Share this novel