Tidak!
Pintunya terkunci. Dan Karla sudah kehilangan akal. Nafasnya memburu, penuh dengan ketakutan. Dia berlari lagi, lalu masuk ke dalam satu satu ruangan tepat ketika ia melihat Darwin muncul di ujung koridor.
Lelaki itu bergerak lambat. Mencuba menemukan keberadaan ‘tikus’nya yang berjaya meloloskan diri. Di tangannya terdapat sebilah pisau, yang penuh dengan darah hasil dari penyeksaan brutal terhadap gadis berambut perang tadi. Tidak ada yang dapat Karla lakukan untuk menolong wanita itu. Kini dia harus fokus untuk menyelamatkan dirinya sendiri.
“Dimana kau?” geram Darwin . Suaranya terdengar membahana di koridor.
“Keluar, sayang! Kau tidak boleh lari!”
Karla menahan nafasnya ketika Darwin bergerak melewati ruangan dimana ia bersembunyi. Keadaan yang sedikit gelap membantu Karla menyembunyikan keberadaannya.
Ketika Darwin sudah berada di foyer rumah, inilah kesempatan bagi Karla untuk lari. Dengan cepat ia keluar dari ruangan dimana ia bersembunyi lalu berlari ke arah sebuah jendela.
Karla merasakan sebuah keberuntungan ketika ia dapat dengan mudah membuka kunci jendela, dan melompat keluar dari rumah itu. Hujan masih mengguyur begitu deras namun ia tak peduli lagi. Dengan meraba dalam kegelapan, ia berlari menembus semak-semak, mencuba menjauh dari rumah itu.
Karla menghentikan langkahnya ketika ia kira ia sudah begitu jauh dari rumah besar itu. Rumah besar tua, dengan cahaya jingga berada di tengah kepekatan hutan Bokoye itu memang terlihat begitu menyeramkan. Namun ia behasil kabur. Dan Karla tertawa lirih.
“Ada yang lucu?”
Jantung Karla melompat seketika. Satu gerakan reflek membuatnya berputar. Dan apa yang ia temukan menjadi mimpi buruk baginya. Wajah Darwin hadir di depan kedua matanya dengan seringai lebar. Dan detik berikutnya, bilah pisau itu menusuk tubuhnya.
Wajah menyeringai yang penuh dengan kelicikan dan daya pikat itu masih menghantui Wayward Mansion. Dan dengan akal busuknya, ia terus menjebloskan orang-orang tersesat untuk masuk ke dalam istana iblisnya. Untuk menjadi korban, dari kelicikan dan akal busuknya.
Dengan mobilnya, ia terus bergerak mengitari jalanan di sekitar Wayward mansion, dan menunggu mangsa selanjutnya. Dan beberapa hari setelah ia mendapatkan Karla Lawrance, ia mendapatkan penumpang lain. Seorang wanita muda yang tersesat.
“Ada yang boleh kubantu Nona?” tanyanya dengan penuh kelicikan namun tidak ia tunjukkan itu.
“Mobilku mogok. Aku perlu bantuan.”
“Tenang saja!” ucap Darwin Wayward. “Aku boleh membantu.”
Share this novel