Bab 16

Romance Completed 25593

BAB 16

Kalau boleh aku bertindak mungkin waktu itu aku sudah menampar Sonia, atau menendang Vian. Saat melihat adegan itu, yah adegan ciuman di mana Vian berada di sofa dengan Sonia berada di atas Vian dan bibir mereka saling menempel. Ingin rasanya aku berteriak sekencang-kencangnya ke arah mereka. Itu kalau usiaku masih 17 tahun mungkin aku akan bertindak tanpa harus mengetahui alasannya terlebih dahulu. Aku bukan remaja 17 tahun untung saja, baru kali ini aku bersyukur karena usiaku sudah 29 tahun hampir menginjak kepala 3. Di mana otakku sudah bisa berkompromi dengan hati dan juga emosiku. Di mana aku sudah bisa menelaah setiap kejadian yang ada. Dan di mana aku sudah bisa memanajemen otakku untuk lebih berpikir jernih.Untuk sesaat aku hanya membeku sampai Vian menyadarkanku.

“Sayang, ini tak seperti yang kau lihat.”

Tiba-tiba saja dia menghempaskan tubuh Sonia dan langsung berlari ke arahku dan memelukku erat. Dan saat itulah aku mempercayainya, kalau dia tak melakukan itu dengan sengaja. Tubuhnya bergetar hebat dalam pelukanku dan dekapannya erat sangat takut. Aku sadar bocah ini sangat mencintaiku.

Dan di sinilah aku saat ini, kalian pasti akan geli jika melihatnya. Sejak ciumanku tadi yang entah aku juga tak menyangka kenapa bisa langsung menciumnya, semua itu di luar nalarku.

Tapi aku benar-benar sudah ingin mengecup bibirnya yang menggoda itu, keposesifanku muncul saat Sonia dengan enaknya merebut bibir itu untuk dicium. Gila bukan aku? Sekarang Vian tak mau beranjak dari duduknya sejak ciumanku tadi.

“Yan, kau tak ada kuliah pagi ini?” ulangku lagi saat dia sejak tadi masih duduk di posisinya semula. Tersenyum senyum sendiri dan wajahnya memerah. Efek dari kecupan itu membuat Vian tak berkutik. Dasar bocah, aku jadi geli sendiri melihatnya.

“Yan, kau masih puasa atau tidak? Kalau tidak aku masakan sesuatu ya untuk sarapan?” ucapku mencoba mengalihkan posisinya saat ini.

Tiba-tiba Vian beringsut dari duduknya, lalu mengambil duduk di sebelahku di sisi kasur. Kemudian jemarinya mengambil jemariku dan dikecupinya satu-satu. Aiiiiihhh, Vian, kau membuatku meleleh.

“Vian sukaaaaaa, Vian senang, Vian cintaaaaaa sama mbak Mawar. Hari ini Vian bolos, satu hari ini khusus untuk cintaku,” ucapnya lalu mengecup satu-satu jemariku lagi.

Bocah ini benar-benar membuat duniaku terbalik. Dan kalian tahu aku hanya bisa menganggukkan kepalaku dengan patuh.

******

‘”Ini serius, Yan?” Ulangku sekali lagi saat Vian sudah berdiri di depanku dengan rapi dan kini sudah membenarkan jaket mantel yang kugunakan. Setelah sholat tadi kami akhirnya tidur sejenak, dan Vian tibatiba membangunkanku untuk mandi dan bersiap. Katanya hari ini dia akan mengajakku berkeliling Edinburgh, mengajakku ke tempat syuting Harry Potter katanya. Tahu saja dia merayuku, karena dia tahu aku sangat menyukai Harry Potter karya J.K. Rowling itu.

Vian tersenyum dan segera menggandeng tanganku dan mengajak keluar dari kamar. Pemandangan yang mengagetkanku terhampar di depanku. Ada Sonia yang kini masih duduk di sofanya semula masih dengan wajahnya yang berlinangan air mata itu. Kalau boleh dibilang ini anak benar-benar sudah kehilangan akal sehatnya.

“Vian,” rengek Sonia lagi saat kami melangkah ke arah pintu.

“Sonia, aku beri waktu kau sampai aku pulang nanti, kau harus sudah angkat kaki dari flat ini,” ucap Vian dingin dan segera menarikku untuk keluar dari flat.

Entah apa yang dilakukan Sonia kemudian karena aku juga tak peduli. Yang ada satu fakta ini membuktikan kalau Vian memang serius mengusir Sonia. Ahhh, berondongku ini kenapa sangat manis saat ini?

Vian mengenggam jemariku erat saat mengajakku ke stasiun kereta. Dia benar-benar tak melepaskan genggamannya sedikit pun. Dari masuk, duduk, bahkan selama 1 jam perjalanan pun dia tetap menggenggam tanganku erat. Katanya itu menambah pahala kalau dilakukan pasangan suami istri. Kami sampai di Edinburgh masih sangat pagi, udara juga sangat dingin. Aku menggigil kedinginan. Vian tersadar dan mengajakku memasuki sebuah café.

“Elephant House Café, ini adalah tempat JK Rowling memperoleh inspirasi dan menulis karya Harry Potter selama bertahun-tahun,” ucapnya saat aku mengedarkan pandanganku ke segala penjuru café yang sangat mewah ini.

“Benarkah, Yan? Ini seperti mimpi buatku?” ucapku tanpa harus menutupi keterpanaanku.

Vian mengusap rambutku dengan lembut.

“Akan kuwujudkan semua mimpi mbak Mawar,” ucapnya.

“Rayuan gombal,” jawabku dan mencibir ke arahnya

tapi kali ini Vian malah menatapku tajam.

Duh kalau terus ditatap begitu kesehatan jantungku akan terganggu, Yan.

“Mbak, lupakan Ryan, lupakan dia, aku akan membuat mbak Mawar tak akan lagi mengingatnya,” ucapnya tiba-tiba membuatku kini mengerutkan kening.

Kuhela napasku, mencoba mencari udara di sekitarku.

”Aku selalu berusaha untuk mengenyahkannya dari hatiku, Yan, memangnya selama ini kau pikir aku tak berusaha? Selama 10 tahun ini aku juga sudah berusaha, Yan, tapi aku juga tak tahu karena hati ini selalu kembali kepadanya, tapi ...” Aku menatap matanya dan mencoba meraih jemarinya.

“Bantu aku kalau begitu, Yan, bantu aku untuk melupakan Ryan, kalau bisa hamili aku secepatnya, sentuh aku secepatnya,“ ucapku tanpa sadar tapi aku memang sudah lelah dengan hatiku sendiri. Lelah untuk terus merasakan perasaan ini.

Vian menghela napasnya membuang wajahya ke arah jendela.

”Aku tak mau dijadikan pelarian perasaan Mbak Mawar untuk melupakan Ryan tapi aku ingin mbak Mawar sendiri yang datang kepadaku untuk bilang kalau kau cinta kepadaku,” ucapnya dengan penuh penekanan.

Aku terdiam, kecanggungan itu akhirnya berakhir
saat pesanan kami datang.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience