Janji Masa Lalu

Crime Series 21272

Banyak hal yang terlupakan oleh Salam tentang kehidupan yang menyenangkan atau memilukan di jaman perang. Ingatannya hanya tinggal sepotong-potong. Karena selama di alam gaib, dia sudah menjadi orang baru dan terrsembuhkan dari luka fisik dan luka batin yang di deritanya.

Basuki menceritakan kembali kisah hidup mereka. Dua anak negeri dan seorang prajurit dari negara penjajah, bermain menangkap belut di sebuah rawa di dalam hutan perawan. Hari hampir gelap, ketiga anak manusia itu menyusup diam-diam keluar dari barak, mereka keluar melalui saluran pembuangan air yang tembus ke sebuah anak sungai, dari anak sungai itu kemudian mereka menemukan banyak belut dan ikan lele. Mereka berlomba menangkap belut dengan menggunakan tangan kosong. Basuki yang paling banyak dapat, sementara Subandi hanya dapat dua ekor. Sedangkan Ya Lam tidak mendapat satu ekor pun. Mereka hanya bisa bermain selama satu jam, mereka kemudian kembali setelah gelap ketika pergantian penjaga. Lalu secara perlahan dan hati-hati, Basuki dan Subandi berhasil lolos, tanpa tertangkap para prajurit yang berjaga. Tetapi tidak dengan Ya Lam, dia tertangkap, lalu dia dibebaskan, karena Ya Lam membuat alasan mencari ikan spesial buat makan malam untuk prajurit yang bertugas malam itu. Ya Lam memperlihatkan belut yang di bawanya dan berjanji akan membuat masakan khas untuk para prajurit itu.

Malam itu juga Ya Lam membuat masakan yang nikmat. Belut goreng dengan bumbu pedas, resep dari nenek Basuki. Esok harinya para penjaga itu minta dibuatkan masakan yang sama. Ya Lam bersedia asal diijinkan membawa dua asistennya, Basuki dan Subandi, agar ia bisa menangkap belut lebih banyak lagi.

Tetapi, pada saat mereka pergi menangkap belut, mereka mendengar suara teriakan yang memilukan. Mereka mengintip dari lorong saluran pembuangan itu. Dan menyaksikan pembantaian oleh prajurit Jepang kepada pekerja paksa. Mereka tertegun tanpa suara, tak mampu bergerak dari tempat persembunyian yang gelap dan pengap. Tubuh mereka dingin dan kaku. Seluruh nurani serasa terkoyak dan hancur. Untuk anak di usia mereka, kekejaman yang terjadi di depan mata kepala mereka, adalah mimpi buruk yang akan terus terbayang hingga seumur hidup.

Tiba-tiba terdengar ledakan dasyat di sekitar mereka. Tentara sekutu menjatuhkan bom di segala penjuru. Ketiga anak muda itu melarikan diri sejauh-jauhnya dari tempat mengerikan itu. Melarikan diri ke tengah hutan rimba raya, yang di huni binatang buas. Tetapi hutan itu tidaklah lebih mengerikan dari pada bunker tempat pembantaian itu.
Di sebuah danau di dalam hutan mereka berhenti, karena kelelahan, mereka tertidur begitu saja hingga keesokan harinya.

Pagi harinya, hutan yang lebat itu , ketiga orang itu merayakan kemerdekaan negara Republik Indonesia. Ya Lam menyerahkan tongkat dari ranting kepada Basuki sebagai simbol negara pengganti bendera Merah Putih dan sebuah harmonika sebagai hadiah dan ucapan selamat atas kemerdekaan itu.

Mereka bertiga duduk di tepi danau. "Ya Lam san seandainya aku dewasa dan mempunyai anak gadis pasti dia ku nikahkan denganmu," kata Subandi, anak terkecil diantara mereka", Ya Lam tertawa. "Sungguh!" Subandi mengangguk polos, tetapi ia serius dengan kata-katanya.

Sore harinya hujan yang lebat mengguyur seluruh hutan sehingga menjadi gelap oleh kabut asap. Angin kencang dan petir menyambar beberapa pohon hingga tumbang. Ketiga orang itu berlarian menyelamatkan diri. Basuki menarik Subandi berlindung di bawah pohon besar. Sedangkan Ya Lam menghilang entah kemana. Hingga larut malam diantara suara burung hantu yang bersahut-sahutan Basuki dan Subandi berhenti mencari Ya Lam. Hingga berhari-hari mereka mencari. Ya Lam tak bisa di temukan. Kedua orang itu akhirnya bertemu dengan pasukan gerilyawan.

"Begitulah kita terpisah, hingga bertemu di dini!" Kakek Basuki menudahi ceritanya. Salam terdiam, kenangan itu terbuka kembali, seperti luka yang menganga dan meninggalkan kepahitan dan kepedihan hingga sekarang.

Berbeda dengan Subandi dan Basuki, mereka di penuhi rasa syukur yang luar biasa, mereka bisa menjadi sekarang, dan di karuniai banyak berkah dan kebahagiaan.

"Subandi, kamu punya hutang sama Ya Lam San", Kata Basuki tiba-tiba. "Hutang apa?' Subandi bingung. 'Hutang janji!"

"Janji apa?'
"Janji menikahkan anakmu dengan Salam!"
"Aku g punya anak perempuan?
"Tapi kamu punya cucu!"
"Itu hanya janji anak kecil", Wajah Salam memerah karena malu.
"Janji adalah hutang!" Basuki tak mau kalah.
Salam pamit ke kamar, ia tak sanggup memperlihatkan wajahnya yang terus memerah dan salah tingkah.

Subandi terdiam. Ia segera memanggil puteranya Rodin ayah Piya. Subandi menyampaikan maksudnya. Ayah Piya memanggil istrinya. Mereka membuat rencana serius, yakni menunaikan hajat orang tua itu. Orang tua Piya setuju. Tetapi bagaimana dengan Piya?
Piya susah di atur dan keras kepala. Di samping itu belum tentu mau dijodohkan.

Siang itu, Piya pulang saat makan siang. Dia tidak tahu, orang tuanya mempunyai skenario besar. untuk mendekatkan Ya Lam dan Piya.

Piya memanggil Salam makan siang bersama. Nanti sore pertandingan mereka panjat tebing di lapangan Pemuda. Pertandingan mereka berdua ini untuk membuktikan salah satu perkataan Salam tentang berbagai keahliannya, yakni panjat tebing dan adu tanding karate.

Sorenya mereka bersiap, sporter Piya, adalah Fatma dan Arman. Sedangkan Salam di dukung dua orang sahabatnya itu. Sementara itu orang tua Piya bertindak jadi juri di pertandingan itu.

Share this novel

Sinah S Dukarim
2020-05-16 13:50:58 

jadi tambah deh

Nandini Ardhini
2020-05-16 12:39:13 

up

Ismailiyah Sd
2020-05-16 05:42:20 

thanks


NovelPlus Premium

The best ads free experience