Bab 4 ~You (Kau!) ~

Drama Series 1067

Suasana ujian di kampus membuat beberapa mahasiswa dan mahasiswi sedikit gelisa. Terutama bagi Hanna sendiri. Dia lupa bahwa hari ini ada ujian pak Kenny. Dengan cekatan Hanna mengeluarkan buku catatan dan seperti seorang profesional. Hanna membuat contekan di lengan kanan dan kirinya.

Aksi menyontek Hanna ketauan oleh Kelvin. Yang ternyata sedang memperhatikan gerak-gerik Hanna dari tadi. Entah sadar atau tidak Hanna terus menulis jawaban serta pertayaan yang kemungkinan akan di keluarkan oleh pak Kenny tanpa memperhatikan sekitarnya.

Kelvin terus memperhatikan Hanna, bagaimana cara Hanna mencontek dan rawut wajahnya yang berubah serius. Senyum tipis mulai menghiasi wajah tampan Kelvin. Sambil membetulkan letak kaca matanya. Kelvin terus tersenyum.

"Otaknya memang tidak pintar, tapi kelicikannya luar biasa pintar"

"Hanna, bagaimana ini....Aku lupa belajar "

Suara Siska terdegar cemas. Bagaimana tidak cemas ini adalah mata pelajaran yang menentukan apakan Mereka dapat mengambil mata kuliah atas atau tidak. Dengan senyum yang mengembang di wajah Hanna.

"Tada"

Spontan Siska membuka mulutnya, terkejut dengan apa yang di lakukan oleh temannya. Tapi tanpa berpikir panjang lagi Siska langsung mengikuti cara Hanna. Dia menggulung lengan kemejanya lalu menulis apapun yang di tulis oleh Hanna.

"sangat penting menggunakan baju kemaja lengan panjang, saat kau ujian apa lagi saat kau tidak belajar"

ucap Hanna bangga pada dirinya sendiri.

Ujian sedang berlangsung banyak dari mereka yang kesulitan mengerjakan ujian termasuk Hanna, meskipun dia sudah membuat contekan pada legannya. Hanna tetap saja sulit mengangkat legan bajunya karena posisi duduk yang diatur.

Berbeda halnya dengan Kelvin yang memiliki otak pintar. Setengah jam setelah di bagikan soal,Kelvin sudah selesai mengerjakannya. Dan bahkan sekarang Kelvin sedang menyenderkan kepalanya di dinding sambil sesekali menatap Hanna yang kesulitan.

'Lucu' itu lah kesan yang di terlitas di benak Kelvin saat melihat gerak - gerik mencurigakan dari Hanna.

Terkadang Hanna berusaha menjulurkan tanggannya ke udara untuk menggintip tulisan yang ada di legannya. Kadang juga Hanna merenggangkan tubuhnya, kemudian Hanna meletakan tanggannya di dahi. Menggaruk kepala dan wajah untuk dapat melihat contekan.

Tapi usaha itu tidak terlalu membuahkan hasil. Dibandingkan dengan Hanna, Siska dapat leluasa mencontek selain karena posisi duduknya yang berada di pojok dan paling belakang. Siska juga sangat pandai dalam hal mencontek meskipun metode mencontek itu berasal dari orang lain.

***
Hanna menghela nafas beratnya. Sambil merutuki kebodohannya karena tidak belajar dan tidak berhasil mencontek. Tatapan Hanna sekarang tertuju ke langit biru cerah.

"Haruskah aku mengikuti ujian lagi. Ah... Menyebalkan"

Gerutu Hanna sambil mengacak rambut hitam tebalnya. Sesekali tanggannya memukul kepalanya. Dan mengomel atas kebodohannya. Suara seorang pria membuat Hanna menoleh kebelakang.

"Otak bodoh dan kemampuan licik yang bodoh"

Mendengar ucapan 'itu' membuat Hanna, menjadi kesal. Ditatapnya sosok 'pria' yang sangat menyebalkan.'Kelvin'. Pria itu sekarang berjalan kearah Hanna.

"Apa yang kau maksud ?"

"Otok bodoh? "

ulang Hanna, yang kesal setelah menyadari ucapan Kelvin barusan. Ditatapnya mata Kelvin dengan sangat tajam.Bukannya takut, Kelvin malah kembali menatap Hanna. Tapi tidak dengan tatapan yang tajam. Malah terkesan tatapan yang di berikan untuk Hanna itu adalah tatapan mengejek.

"KAU!! "

"Apa? "

Entah sudah berapa kali Hanna mendegus kesal saat ini, tapi yang jelas Hanna tidak dapat membiarkan Kelvin kali ini. Hanna berjalan maju menghampiri Kelvin. Tapi Kelvin tidak bergeming sama sekali.

"Kau.... Sebenarnya apa yang kau tau dari ku, seenaknya saja mengataiku"

"Otak bodoh dan kemampuan licik yang bodoh"

Ulang Hanna dengan suara lebih keras dari sebelumnya. Jujur Hanna tidak mengenal Kelvin. Bahkan di waktu sebelumnnya Hanna belum pernah bertemu dengannya. Bahkan melihatnya saja Hanna belum pernah. Dan juga apa ini sebuah kebetulah bahwa Hanna dan Kelvin satu kelas.

Kelvin berjalan maju untuk lebih dekat dengan Hanna. Melihat Kelvin yang mendekat, Hanna perlahan berjalan mundur. Senyum licik terulas di wajah tampan Kelvin. Tanpa mempedulikan teriakan Hanna yang terus menyuruh Kelvin untuk berhenti. Kelvin malah mempercepat langkahnya menuju Hanna.

Dengan cepat Kelvin menggengam kedua tangan Hanna, saat tubuh Hanna hampir terjatuh akibat tersandung batu yang ada di belakang. Kedua mata mereka saling bertemu, sunyi tanpa ada siapapun di sini.

Kelvin perlahan menarik Hanna, sontak apa yang dilakukan oleh Kelvin membuat jarak antara dirinya dan juga Hanna menjadi sangat dekat. Sadar dengan situasi saat ini, Hanna dengan cepat mendorong tubuh Kelvin menjauh darinnya.

"Dasar modus"

"Hey.. Aku ini menolong mu, jika aku tidak menolongmu tadi. Pasti kau sudah terjatuh dengan luka - luka di tubuh mu"

Kata Kelvin sedikit kesal, karena dia tidak senang dengan tuduhan yang di lontarkan oleh Hanna. Jika memang Kelvin pria modus maka Kelvin akan menggoda Hanna setiap harinya, kenapa Kelvin harus lelah-lelah menahan tubuh Hanna yang menurutnya cukup berat untuk wanita selangsing Hanna.

"Tapikan Kau berjalan mendekat kearahku.. Jika bukan modus apa namanya?"

Ucap Hanna sambil membela dirinya dihadapan Kelvin.

Kelvin kembali menarik tangan Hanna. Sontak Hanna terkejut lalu secara otomatis memukul lengan Kelvin. Tanpa mempedulikan terikan dari Kelvin, Hanna terus memukulnya tanpa henti.

"Hey... Hentikan.. Hentikan"

Setelah puas memukul Kelvin. Hanna melengos pergi dari taman, tapi tidak semuda itu. Kelvin kembali menahan pergelangan tangan Hanan. Lalu dengan cepat menarik lengan baju Hanna. Sehingga contekan yang di buat Hanna tadi terlihat jelas.

"Ini maksudku"

"Hey.. Kau... Dasar tidak sopan"

"Kau mencontek saat pelanajaran Pak Kenny kan"

"Ditambah dengan pukulan yang kau berikan . Maka aku akan melaporkanmu. Setidaknya kau tidak akan mendapat hukuman setengah tapi hukuman sepenuhnya"

Unjal Kelvin dengan senyum puasnya. sambil berjalan pergi meninggalkan Hanna, Hanna yang baru menyadari arti dari ucapan Kelvin langsung lari terbirit-birit mengejar Kelvin.

***
Ini gila, tidak mungkin Hanna menuruti perminataan Kelvin yang tidak masuk akal itu. Dengan wajah cemberut. Hanna masih memandangi wajah Kelvin, berusaha menyelidiki maksud dari semua ini.

"Apa kau gila, aku tidak mau"

"Jika tidak mau, maka aku akan melaporkan mu"

"Kau tidak bisa melaporkanku begitu saja. Kau yang menariku, apa aku sebagai wanita tidak boleh membela diriku"

"Wanita? "

"Memangnya ada wanita sesadis dirimu. Dimana- mana wanita itu lemah lembut. Tidak ada yang seperti dirimu"

Ucapan Kelvin membuat emosi Hanna meningkat. Terdengar nafas berat keluar dari mulutnya. Satu ucapan lagi dari Kelvin akan membuat tangan kanan Hanna melanyang pada wajah mulus dan tampan Kelvin.

"Aku tidak mau. Pokoknya aku tidak mau. Titik"
Hanna berjalan pergi meninggalakan Kelvin sendirian
yang masih duduk tenang.

'Tock'

"F"

Langkah kaki Hanna terhenti, saat Kelvin dengan lantang mengatakan satu huruf yang paling ditakuti oleh semua pelajar di kampus. Emosi Hanna kini memuncak, menyadari situasi bahwa Kelvin kini mengancamnya. Dengan pukulan keras yang mendarat di kepala Kelvin. Membuat Kelvin bersiru sambil berteriak keras di depan wajah Hanna. Bukannya tercengang tapi Hanna malah tersenyum sinis di depan Kelvin.

"Kau...berani sekali memukul kepalaku. Otak ku ini tidak sama seperti otak mu"

"Memang tidak sama.. Apa aku penah mengatakan bahwa otak ku dan otakmu itu sama?".
Kelvin mengerutu kesal, tatapannya menjadi sinis.

"kurasa jika temanmu juga mendapat nilai F karena mencotek. Sepertinya itu akan adil untuk mu"
Kelvin berjalan pergi meninggalkan Hanna. Sambil tersenyum bangga Kelvin mulai menghitung 1-3 di dalam hatinya. Dan tepat pada hitungan ke 3. Ucapan Hanna membuat Kelvin mengembangkan senyumnya.

"Baiklah..... Aku akan menerima permintaanmu"

****
Hanna terus-menerus mengaduk makanannya. Membuat Ny. Carolin, Pak Sanjaya dan Kak Ray menoleh padanya.

"Apa makannya tidak enak non?"

Ucapan bi tuti yang sedang menuangkan air minum ke semua gelas di meja makan. membuat Hanna menoleh padanya. Dengan senyum tulus Hanna mengelengkan kepalanya perlahan. Lalu menyantap makannan yang ada di hadapannya.

"Hanna... Kau kenapa?"

"Tidak apa- apa Kak Ray"

Ny. Carolin, Pak Sanjaya dan Kak Ray saling menatap. Kebingungan karena melihat tingakah Hanan yang berubah-ubah dari waktu ke waktu. Tanpa mempertanyakan hal - hal yang sudah pasti hanya akan di jawab 'tidak ada' oleh Hanna. Mereka lebih memilih menunggu sampai Hanna menceritakan masalahnya pada mereka. Karena Hanna tidak akan mengatakan apapun jika masalah itu tidak terlalu menggangu pikirannya.

"Apa perkerjaanmu yang kemarin sangat banyak"
Pak Sanjaya tersedak saat mendengar ucapan Ny. Carolin. Dengan cepat Ny. Carolin memberikan air minum kepada Pak Sanjaya.

"Maaf... Apa kau baik- baik saja."

"Iya... Aku baik-baik saja"

"Sekarang urusan kantor sangat banyak, jadi mungkin aku akan pulang terlambat setiap harinya. Tapi setelah Ray lulus, aku yakin urusan kantor tidak akan terbengkalai seperti saat ini"

Ray menatap Pak Sanjaya dengan binggung. Karena sejujurnya Ray tidak ingin meneruskan perusahaan SJ Grup,dia lebih memilih untuk membuka perusahaan sendiri dengan usaha dan kerja kerasnya sendiri.
Ray hanya mengganguk tanpa membanta ucapan Pak Sanjaya. Karena takut menyakiti atau mengecewakan Pak Sanjaya. Hanna memperhatikan Ray. Lalu seulas senyum terukir di wajahnya.

"Wahh... Itu artinya kak Ray akan menjadi seperti papa"
Ray hanya terdiam tanpa merespon ucapan Hanna.
Sekarang pikiran Ray melayang entah kemana. Pikiran dan tubuhnya seperti terpisah saat ini.

***
Hanna risi saat melihat tatapan dari semua mahasiswa yang ada di kampusnya. Sebisa mungkin Hanna menahan emosinya berusaha untuk tidak mengubris ucapan kasar dan pedas dari mereka saat dirinya melintas melewati mereka.

Hanna lelah, sesampainya di kelas. Hanna langsung merebahkan wajahnya keatas meja. Menutup matanya. Untuk menghilangkan emosi yang ada di dalam hatinya.

"Hanna"

Suara Siska memaksa Hanna untuk membuka matanya, namun Hanna tidak mau. Karena Hanna tau apa yang akan di tanyakan dan pertayaan seperti apa yang akan di lontarkan oleh mulut Siska sekaligus ekspresi apa yang akan di tunjukan oleh Siska saat dirinya mejawab pertayaa demi pertayaan.

Siska berusaha keras membangunkan Hanna, tapi hasilnya tetap nihil. Tidak peduli apapun yang dilakukan Siska. Hanna tidak ingin bangun. Namun ucapan Kelvin berhasil membangunkan Hanna, dengan berat hati , Hanna menogakan wajahnya untuk melihat sosok pria yang 'dibencinya'.

"Aku ingin bicara denganmu"

Tanpa seizin pemiliknya. Kelvin menarik paksa tangan Hanna untuk keluar dari kelas. Seluruh isi kampus yang melihat Hanna dan Kelvin berjalan berdua memasang wajah geram dan kesal.

Sebelum Hanna memerintahkan Kelvin melepas gengaman dari tangannya. Kelvin dengan cepat menghempaskan tangan Hanna ke udara. Dengan wajah cemberut dan tatapan sinis, Hanna berusaha mengeluarkan semua emosinya.

"Apa yang kau lakukan. Apa kau tidak tau, semua mahasiswa tadi melihatku dengan sangat geram"

"Memang apa peduli ku"

"Apa! "

"Sekarang, jadilah pacarku. Tidak peduli seperti apa dan bagaimana. Kau harus tetap berada di sisiku. Apa kau mengerti"

"Tidak adakah pilihan lain ?. Biasanya seseorang menawarkan dua pilihan. Tapi kenapa kau hanya menawarkan satu pilihan dan pilihan itu sangatlah berat untuk ku"

Kelvin menarik nafas. Berusaha untuk menahan emosinya. Pikiran pria itu sekarang sedang berkerja. Memikirkan pilihan apa yang tidak dapat ditolak oleh Hanna.

"Baiklah. Pilihan pertama jadi pacarku sampai batas waktu yang ku tentukan, kita putus atau tidak itu tergantung padaku dan kapan waktunya juga tergantung padaku.

Pilihan kedua kau, selalu berada disisiku, tidak peduli ada atau tidak pria yang menyukaimu kau tidak boleh bersama mereka karena secara tidak langsung kau adalah milik ku"

'Gila'

Kedua pilihan yang sama sekali tidak dapat dipilih bahkan meskipun terpaska memilihnya. Hanna yakin bahwa dia tidak dapat melakukan salah satu pilihan itu.
Terutama 'Aldo' Hanna masih menunggu Aldo karena Aldo adalah cinta dalam hidupnya. Meskipun Hanna hidup di tahun sekarang tapi hatinya tetap hanya untuk Aldo.

"Bagaimana. Pilihan apa yang kau pilih? "

"Yang pertama atau yang kedua"

Kelvin terus menatap Hanna. Menunggu jawaban apa yang akan di berikan oleh Hanna padanya.

****

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience