4. The Funeral

Horror & Thriller Completed 8081

Suasana haru dan kelam menyelimuti pemakaman anak saya. Begitu banyak kenangan kami yang tak bisa ku lupakan begitu saja. Seandainya sejak itu aku tidak meninggalkan nya berjalan sendiri ke mobil dan menunggu kedatangan ku.

Terlintas di benakku, mungkin perkataan Johnny tujuh tahun yang lalu itu benar. Ini semua kesalahanku, dan selalu akan menjadi kesalahanku.

"Stev, anakku. Ibu sangat berduka atas kematian anakmu Luis" ucap ibuku Mariah memelukku.

"Aku tidak tahu lagi ibu" jelasku.

"Aku tahu kesedihan mu anakku"

"Ini kesalahan ku ibu, kematian Sarah adalah salahku. Dan kematian anakku juga karena aku, ibu" tegasku sambil menahan air mataku yang tak kuasa ku bendung lagi.

"Lihat ibu sayang" balas ibuku sambil memegang lembut kedua pipiku.

"Tidak ibu, ini semua kesalahanku"

"Sayang, kau tidak bisa menyalahkan dirimu atas semua ini"

"Aku tidak bisa melanjutkan hidupku lagi ibu, tidak ada siapa-siapa lagi di hidupku"

"Steveeen!!" ucap ibuku dan melayangkan tamparan keras di pipiku.

Semua orang yang turut melayat ke pemakaman anakku seketika terdiam dan melihat kearah ku dan ibuku. Wajah kesal dan sedih pada ibuku dapat terlihat jelas olehku, aku tahu perkataan ku sangat menyakiti perasaannya. Namun, hatiku saat ini sangat hancur, aku tidak bisa memaafkan diriku atas apa yang terjadi pada anakku Luis.

"I'm so sorry mom", ucapku sambil memeluk ibu.

"Saat ini aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Aku merasa kosong ibu, hatiku ibu. Ibu pasti mengerti itu"

"Kau masih memiliki ibu, kalau kau butuh sesuatu ibu akan selalu mendampingi mu sayang" balas ibuku berusaha menenangkan.

"Iya bu"

"Baiklah sayang, kita selesaikan acara pemakaman Luis"

"Baik bu"

Dua puluh menit acara pemakaman Luis berlangsung. Langit terlihat begitu gelap dan suasana terasa dingin. Hujan akan turun menyelimuti acara pemakaman anakku.

Hujan pun mulai turun.

Acara pemakaman anakku tetap akan berlanjut sampai akhir. Semua pelayat membuka payung hitam mereka masing-masing. Hingga kudapati dari kejauhan seseorang memakai baju berkerah hitam dengan celana jeans berwarna hitam, yang kelihatan sangat rapi sedang berjalan bersama seorang wanita kearah pemakaman anakku yang sedang berlangsung.

"John?" tanyaku ragu.

"Ya Stev, ini aku tetangga mu. Dan ini istriku, aku harap kau masih mengingat kami berdua" ucap John meyakinkan ku.

"Johnny itu benar-benar kau" balasku sambil memeluk erat tubuh Johnny dan menangis di pelukannya.

"Hey kawan, sudahlah Stev. Aku tahu kejadian ini sangat menyakitkan bagimu. Tapi kau harus bisa menerima semuanya"

"Aku tidak bisa"

"Hey, kenapa kau berkata seperti itu?" balasnya sambil melepaskan pelukanku.

"Kau benar John, ini semua memang salahku. Kematian Sarah adalah salahku, dan anakku, anakku John, anakku Luis juga dikubur disini karena aku John" ucapku membenarkan perkataannya.

"Hey sudahlah Steve, maafkan akan perkataanku kepadamu tujuh tahun yang lalu"

"Perkataan mu itu benar John, sangatlah benar" balasku tak kuasa membendung air mataku.

"Aku sedang emosi saat itu, dan kau tahu pasti Stev bahwa aku menganggap Sarah itu sebagai bagian keluarga ku juga"

"Ya aku tahu itu"

"Itulah sebabnya semua kata-kata itu terlontar begitu saja. Aku tidak seharusnya mengatakan seperti itu padamu" ucap Johnny menyesal.

"Kau tidak harus menyesali nya"

"Sudahlah, kau masih memiliki orang- orang yang menyayangi mu. Kami semua sangat menyayangi mu" ucap Johnny sambil memeluk berusaha menenangkan ku.

Hujan semakin deras nya turun membasahi kuburan anakku Luis. Bahkan aku tidak ingin melangkah kan kaki ku sedikit pun pergi meninggalkan makam nya. Acara pemakaman anakku sudah selesai, semua pelayat satu persatu pergi meninggalkan pemakaman. Hanyalah aku, ibuku, Johnny dan istrinya lah yang tinggal menemani ku disini.

"Kalian sebaiknya pulang saja, aku masih harus tinggal disini menemani anakku di tempat peristirahatan nya" tegasku mengajak.

"Anakku, sudahlah kita harus pulang"

"Tidak ibu"

"Berikan dia waktu bu" ucap Johnny memohon sambil memegang pundak ibuku.

"Sayang, anakku Stev. Ibu tidak bisa melihat kau berlarut-larut dalam kesedihan mu."

"Ibumu benar Stev, kau masih punya kehidupan yang tak bisa kau hindari. Kau harus tetap menjalani nya" balas istri Johnny meyakinkan ku kembali.

"Ayolah anakku, kita pulang" bujuk ibuku.

Dalam perjalanan pulang, ku tak bisa melupakan kejadian yang menimpaku saat ini. Aku tidak akan bisa melupakan semua kejadian ini ditambah setiap kali dalam perjalanan ku pulang dari kantor. Aku akan selalu melewati restoran favoritnya, seakan aku masih bisa merasakan ketika Luis tergeletak lemah dan berlumuran darah di jalan raya depan restoran favoritnya.

Sesampainya di rumah.

"Kamu yakin akan baik-baik saja?" tanya ibuku.

"Iya Bu, ibu bisa pulang sekarang"

"Jika kau butuh sesuatu, ibu akan selalu terjaga 24 jam untukmu"

"Iya Bu, tidak usah khawatir akan aku. Aku sayang ibu" ucapku menenangkannya sambil memeluk tubuhnya.

"Jhonny, bisakah kau mengantar ibuku kembali?" Pintaku.

"Tentu saja, mari Bu. Kita pulang sekarang" ajak Jhonny.

"Baiklah, tapi ingat satu hal Steven anakku. Jangan pernah melakukan hal bodoh" tegasnya.

"Aku tidak akan sebodoh itu Bu"

"Baiklah bu, mari kita pulang" ajak Jhonny sekali lagi.

Bunyi mesin dari kejauhan.

"Sekarang tinggal aku dirumah Sarah"

"Aku kehilangan anak kita sayang"

"Maafkan aku, aku gagal" ucapku seorang diri menyesal.

Aku pun berjalan ke kamar ku, ku ambil foto yang sudah terbingkai rapi di dinding kamarku. Kutatapi foto aku dan Luis ketika merayakan ulangtahun nya yang ke 5 tahun. Aku tak kuasa menahan rasa rinduku padanya. Seakan hati ini bergejolak tidak bisa sembuh lagi.

"Luis, maafkan ayah sayang"

"Ayah gagal menjadi seorang ayah, dimana ayah seharusnya menjaga mu" ucapku menangis sambil memegang wajah Luis yang tertawa lepas di foto tersebut.

"Ayah tak sanggup kehilanganmu anakku"

"Luis, anakku."

"Maafkan ayah Luis"

"I'm so sorry"

Kudekap fotonya di pelukan ku, sambil ku mulai membaringkan diriku di tempat tidur, dan berniat untuk tidur sambil memeluk fotonya. Sehingga aku bisa merasakannya dia masih ada bersamaku dirumah ini. Aku pun memejamkan mata ku.

Lantunan lagu Here We Go Found The Mulberry Bush terdengar dari kejauhan. Aku pun terbangun dari tempat tidur. Ku menatap jam digital yang berada di meja samping tempat tidur ku.

Jam sudah menunjukkan jam 10 malam.

"Aku tertidur pulas dan tidak sadar sudah malam" ucapku.

Lantunannya Here We Go  Found The Mulberry Bush masih saja terdengar entah darimana asalnya.

"Darimana asal lagu itu?, apakah ibu datang ke sini saat aku tertidur?" Tanyaku sejenak.

Lantunan lagu nya masih bermain.

Aku pun pergi keluar dari kamar. Kubuka pintu kamarku, dan suasana rumah terlihat gelap sekali. Tidak ada lampu menyala kecuali lampu kamarku dan kamar Luis.

"Lantunan lagu itu, itu kan lagu favoritnya Luis sewaktu dia berumur 5 tahun yang sering ku nyanyikan untuknya" pikirku aneh.

"Tapi, kenapa pintu kamar Luis terbuka sedikit?"

"Ibuuu, apakah ibu disini?" Ucapku dari pintu kamarku.

Lantunan lagu Here We Go  Found The Mulberry Bush masih terdengar jelas. Dan lantunan lagu itu berasal dari kamarnya Luis. Perasaan aneh dan bingung pun mulai bercampur aduk dalam pikiran ku.

"Ibuuu, aku tidak ingin sedang bercanda. Apakah ibu disini? " Ucapku bertanya sekali lagi.

Tetap tidak ada sahutan sama sekali.

Ku mulai melangkahkan kaki dan tubuh ku kearah kamarnya Luis, dimana asal lagu itu berasal.

"Ada orang disitu?" ucapku ragu.

Kamar Luis dari kamarku sangatlah berdekatan. Hanya di pisahkan dua kamar lainnya. Lantas ku bertanya-tanya, kenapa lagu favoritnya Luis bisa terputar.

"Haloo ada orang disini. Ibu??" Ucapku sambil membuka pintu kamar Luis yang hanya terbuka sedikit.

"Haah??"

Kudapati tv dan cd player Luis yang sedang hidup dari kamarnya. Lantunan lagu Here We Go  Found The Mulberry Bush juga berasal dari sini.

"Siapa yang menghidupkan tv dan memainkan video lagu Here We Go  Found The Mulberry Bush nya?" tanyaku bingung.

Segera ku matikan tv dan cd player nya, dan kucabut cd lagu kesukaan Luis dari cd player nya.

"Apa-apaan ini?, siapa juga malam-malam gini memainkan lagu ini, tidak masuk akal" ucap ku resah dan merasa aneh.

Kumatikan lampu kamarnya Luis, dan ku terdiam sejenak. Kudapati bayangan anak kecil berdiri di dinding kamarnya Luis.

Ku menoleh kearah jendela luar kamar Luis yang terbuka, pantulan cahaya lampu jalan lah yang menerangi kamar Luis saat kumatikan lampunya.

"Tapi, jika itu bayangan dari luar. Kenapa aku tidak ada melihat seorang anak kecil berdiri dari kejauhan" ucapku dalam hati.

Ku tatap bayangan itu masih terlihat jelas akibat pantulan lampu jalan dari luar rumah.

"Kllleeekk" bunyi sekring lampu di tekan.

Kuhidupkan lampu kamar Luis kembali, dan tidak kudapati lagi bayangannya. Kucoba melihat barang-barang Luis yang serupa dengan bayangan anak kecil yang sedang berdiri, namun tidak ada bayangan barang Luis yang mirip seperti bayangan yang kulihat tadi.

"Kllleeekk" bunyi sekring lampu di tekan.

Kumatikan lampu kamarnya dan kudapati kembali bayangan anak kecil yang sedang berdiri mengarahku di dinding kamarnya Luis.

"Kllleeekk" bunyi sekring lampu di tekan.

Aku tak percaya akan ini, aku seperti sudah gila. Aku melakukannya beberapa kali, aku menghidupkan lalu mematikan sekring lampu kamarnya Luis, namun tetap kudapati bayangan nya.

Kucoba melakukan hal itu sampai 10 kali, dan untuk yang ke 11 kali ku matikan sekring lampu kamar Luis. Bayangan itu menghilang, dan tidak ada lagi di dinding.

"Aku sudah gila, ada apa dengan ku. Kenapa aku mempercayai hal bodoh ini" jawabku.

"Hahahaha, bayangan bodoh. Kau tak bisa menakut-nakuti ku, mungkin saja itu bayangan ranting atau apalah" ucapku sambil tertawa lepas.

"Plaaaaakk" bunyi pintu kamar tertutup keras.

"Heeey, siapa disana?"

Tiba-tiba kudapati pintu kamarku tertutup begitu keras, seakan ada orang yang melakukan hal ini.

"Sialan, siapapun itu. Jangan pernah bermain dirumah ku" ucapku emosi sambil berlari kearah kamarku.

" Hey, siapa didalam?"

" Siapapun itu, buka pintunya"

"Aku akan dobrak"

"Tolonglah aku tidak ingin sedang bercanda Johnny"

1...2......3 aku menghitung dan akan mendobrak pintu kamarku. Dimana aku tidak bisa membuka pintunya, seakan kamarku dikunci dari dalam.

"Ketika aku masuk nanti, aku akan menghajar mu Johnny" ucapku kesal.

"Praaaaaak" bunyi pintu di dobrak.

"Apa-apaan??"

                                 ~~
Hallo...  Halloo Hai pembaca Dad Who Is He??? ??. Waiitt, siapa nih yang udah menunggu kelanjutan dari cerita ini. Wah, part IV dari cerita ini sudah "Already Published" Yeeeeaaay.
Pasti sudah menunggu cukup lama ya hehehe hanya untuk menunggu kelanjutan ceritanya.

Maafin mimin hehe, mimin terkadang sering lupa buat nulis cerita nya, karena sibuk akan kuliah dibarengi tugas tugas kampus yang memumetkan hehehe.  Mimin bakalan segera akan publish part V ceritanya. Tungguin aja ya. Jangan pernah bosaaaan... byeeee ??

support Mimin selalu?? tumpahkan di kolom komentar ya. *Comment Down Bellow*??.  So, jika banyak yang suka ceritanya, mimin janji akan teruskan kelanjutan ceritanya??.

Dukungan kalian sangat berarti buat Mimin??

Stay tune guyss
Love y All ??

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience