" Abang! " Alisa terus berlari mendapatkan Aryan. Tubuh sasa itu dipeluk erat. Betapa rindunya dia pada lelaki itu hanya Allah saja yang tahu.
Aryan teragak-agak untuk membalas pelukan Alisa apabila melihat pandangan tajam Puan Afifah. Akhirnya dia membalas jugak pelukan Alisa. Memandangkan dia juga merindui isterinya itu.
" Hai sayang " Aryan tersenyum kecil pada Alisa.
" Abang pergi mana? Lisa risau tau " soal Alisa. Pelukan sudah pun dilepaskan.
Aryan tidak menjawab.
" Sayang dah sihat? " soal Aryan. Soalan Alisa tadi dibiarkan sepi.
" Ada apa datang sini? " soal Puan Afifah.
" Ibu " tegur Alisa.
" Jom abang, duduk dulu " Alisa menarik tangan Aryan menuju ke ruang tamu.
" Saya datang nak lepaskan Alisa ibu. Saya sedar saya tak layak untuk perempuan sebaik Alisa. Mungkin dia akan lebih bahagia tanpa saya " .
Prang!!
Berderai cawan kaca dan jug. Air teh suam yang dibancuh oleh Alisa terus tumpah di lantai. Lemah lutut Alisa saat mendengar kata-kata Aryan. Dia yang baru keluar daripada dapur terdengar perbualan Aryan dan Puan Afifah.
Aryan dan Puan Afifah terus memandang ke arah Alisa.
" Ke..ke..kenapa abang? " soalnya. Air matanya sudah mengalir deras.
Aryan bangun daripada duduknya. Dia menghampiri Alisa.
" Sayang, sayang terlalu sempurna untuk abang. Dah banyak kali abang buat sayang terluka. Abang rasa abang tak layak untuk jadi suami Lisa. Terlampau banyak abang sakitkan Lisa sampai abang sendiri tak boleh maafkan diri abang. Lagi-lagi disebabkan abang, kita hilang anak kita. Mungkin betul, sayang akan lebih bahagia kalau abang lepaskan sayang " .
Alisa menggelengkan kepalanya. Pipinya sudah basah dengan air mata.
" Jangan abang...Lisa tak nak berpisah dengan abang. Lisa cintakan abang sangat-sangat. Lisa dah lama maafkan abang. Tolong jangan ceraikan Lisa.. " rayunya.
Aryan menahan sebak di dada apabila melihat Alisa menangis. Dia kalah pada air mata Alisa.
" Nur Alisa Binti Hamzah aku... " .
" Abang... " Alisa terus rebah.
Dua tahun kemudian...
Daripada jauh Alisa hanya memerhati anak-anaknya yang sedang bermain di taman permainan. Dia tersenyum sendiri melihat gelagat anak-anaknya itu. Sekejap saja mereka sudah membesar.
Alhamdulillah dia dan Aryan tidak jadi berpisah. Puan Afifah akhirnya boleh memaafkan Aryan. Ketika itu Alisa disahkan mengandung dua minggu dan sekarang anaknya sudah berusia dua tahun.
" Hai awek. Boleh mintak nombor? " .
Alisa terus menoleh ke sisinya. Aryan sudah tersengih-sengih memandangnya. Dia menghulurkan sebotol air mineral sejuk kepada Alisa.
" Mengada " kata Alisa.
" Sayang asyik termenung jer. Kenapa? " .
" Tak ada apa lah. Lisa macam tak percaya. Masa pantas berlalu. Sedar tak sedar, keluarga keluargaku kita makin bertambah " Alisa mengusap perutnya yang sudah memboyot itu. Kandungannya sudah masuk 6 bulan.
" Alhamdulillah rezeki Allah. Sayang, terima kasih sebab sudi maafkan abang dan masih terima abang walaupun banyak salah yang abang dah buat pada sayang. Terima kasih sangat-sangat. Terima kasih jugak sebab terima Adam dalam hidup sayang. Terima kasih lahirkan Ana dan bakal baby kita ni " Aryan mengusap perlahan perut Alisa.
Alisa ketawa kecil.
" Berapa banyak terima kasih ni? " .
" Berapa banyak terima kasih yang abang ucapkan pun takkan setanding dengan apa yang sayang dah buat. Sayang tahu tak, sayanglah perempuan yang paling hebat abang pernah jumpa. Abang beruntung sangat tau. I love you so much sayang" .
Alisa tersenyum kecil.
" I love you more " dia menyandarkan kepalanya di bahu Aryan.
Berkali disakiti, dia masih boleh memaafkan dan terus tersenyum. Dialah perempuan terhebat.
TAMAT
Share this novel