Game of Life

Crime Series 21272

Delima baru saja menyelesaikan studinya. dia hampir saja di DO.
"Mah. Aku mau cari kerjaan aja di Jakarta. Barangkali Piya bisa bantuin aku carikan kerjaan, mah". Rasti kesal. "Apa-apaan sih kamu, kamu tahu apa pekerjaan Piya di Jakarta. Dia beneran kerja atau tidak. Kamu mau dijualnya dengan cukong langganan dia!".
'Iih... Mama.nggak boleh gitu... ustadzah bilang...itu perasangka buruk namanya...gibah!" Ibunya tambah kesal. Delima berani menceramahinya.
"Hei...kamu enggak lihat apa penampilan Piya sekarang. Model nya tuh seperti istri simpanan. . Kamu nggak tahu itu anak siapa yang di bawanya tadi. Emang dia bisa bayar pajak mobil yang begitu mahal dengan gaji dia sebagai karyawan biasa. Udah dapat kerjaan yang bagus sebagai polwan malah dilepas. Begaya banget tuh dia", Rasti terus mengomel.
"Mah, Mamah nggak boleh lho punya perasangka gitu. Jangan-jangan Piya bukan jadi istri simpanan tapi dia jadi babysitter!" Rasti geleng-geleng kepala. Delima emang baik hati tapi dia o on. Resti pusing, punya anak nggak pinter pinter juga. Sudah di sekolahin mahal mana pula. Hasilnya tidak memuaskan.
"Mah...kok kita tadi nggak minta nomor Piya, ya?" Delima menepuk jidatnya. Dia tidak punya nomor kontak Piya.

*****

Nona Mercia memandang Piya dengan sinis. Piya kesiangan masuk kantor
Setiap pagi dia kerepotan mengurus Ryana yang cerewet tidak mau ditinggal. Dia ingin ikut serta ke kantor. Piya harus membujuknya supaya mau ditinggal. Sebenarnya Ryana
di rumah tidak sendirian, ada ibu dan ayah Piya serta kakeknya yang menemaninya. Ryozo mengambil Alih Ryana dari gedongan Piya. Mereka bergantian pergi ke kantor. Kalau hari ini dia yang pergi ke kantor maka besok Ryozo yang datang.
"Aku perhatikan kamu selalu kesiangan dan kamu jarang di kantor. Apa kamu tahu peraturan di kantor ini?" tanya nona Mercia sinis. Piya tersenyum. "Terima kasih kamu perhatian sekali, aku menyelesaikan pekerjaan di rumah, tidak semua pekerjaan harus diselesaikan di kantor, aku melakukan tugas luar yang memang diberikan oleh Mr Ryozo, masalah bagimu!" sahut Piya cuek. Mereka berdiri berhadapan meskipun nona Mercia menggunakan high heel 17cm, masih tinggi tubuh Piya. Dia berjalan meninggalkan nona Mercia. tetapi ketika dia melewati nya nona Mercia berkata, "Suatu saat kamu akan tahu siapa CEO yang sebenarnya!" Dia menuduh secara tidak langsung, kalau Piya punya hubungan khusus dengan CEO.
Dia berhenti berjalan dan terkekeh, "Kamu pikir aku takut apa?" nona Mercia jadi kesal. Piya berani melawannya.
Mahesa muncul di hadapan mereka berdua, ldia berkata sambil bertepuk tangan. "Wow... ada dua orang wanita cantik.
Apa yang kalian ributkan pagi-pagi begini?"
"Heh kamu datang pagi banget juga rupanya!" Nona Mercia menegur Mahesa. Pria itu tertawa. Dia tidak peduli dengan sindiran nona Mercia
"Siapa di antara kalian yang bisa membuatkan aku kopi?!" Nona Mercia menjauh pergi, "Kamu bisa menyuruhnya!" katanya dengan kesal. Mahesa menatap Piya. "Kopi buatanmu enak sekali loh!" Piya berjalan menuju pantry, dia tidak keberatan membuatkan Mahesa kopi karena dia juga ingin membuat minuman yang sama. Mahesa tersenyum senang. Dia menyusul Piya ke pantry. Mereka minum berdua di tempat itu. Zay datang mencari Piya. "Ada telepon untukku dari CEO!" Piya mengambil ponsel dari tangan Zay. Ryozo menyuruhnya pulang dengan segera, Ryana badannya panas."20 menit lagi!" sahut Piya.
Piya pergi meninggalkan Mahesa yang penasaran. Nona Mercia menatap kepergian Piya dengan pandangan cemburu
'Seenaknya saja dia pergi, sepertinya perusahaan ini adalah miliknya. keluh nona Mercia dalam hati. Andai saja Nona Mercia tahu yang kebenarannya.

*****

Piya membawa Ryana ke villa Fatma dan Arman. Dua orang itu bersorak gembira menyambut kedatangannya.
Mereka berdua sudah tahu kebenarannya.
"Piya! kamu berhasil ya merebut kuncinya?"
"Kunci apaan !"
"Kunci Pandora...yang membuat kita sampai hilang ingatan!"
"Jangan hiraukan dia Piya!" Arman muncul di belakang Fatma. Fatma menepis tangannya ke Arman. Bagi Fatma kehidupan mereka sekarang ini seperti permainan game.
"Piya...aku yakin kamu memenangkan permainan ini setahap demi setahap sampai bisa maju ke akhir permainan!" Fatma menyampaikan argumentasinya. "Kamu kebanyakan main game!" kata Piya. "ih beneran Piya... kamu nggak ngerasa gitu! padahal jelas-jelas hidup kita seperti permainan. Kamu tahu siapa yang mempermainkan kita, Suamimu Ryozo!"
"Analisis salah. Bukan Ryozo...tapi seseorang yang punya kekuatan yang hebat!" Arman beda pendapat dengan istrinya. "Lalu menurutmu siapa?"
"Rajanya Ya Lam!"
"Emangny Ryozo punya raja?"
"Tanya tuh Piya!"
Piya menepiskan tangan. "Lebih baik kalian obati anakku sekarang, dia panas tinggi!" Arman segera meraih Ryana di gedongan Piya dan meletakkannya di kasur.
Arman memeriksa keadaan anak itu. "Dia hanya kelelahan!" kata Arman.

Sepulang dari rumah Fatma dan Arman, Piya merenung. Kata-kata Fatma ada benarnya. Sekarang kunci permasalahan yang sebenarnya belum ditemukan. Musuh yang sebenarnya belum mereka ketahui. Keadaan mereka masih belum aman.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience