Dua puluh Tiga

Romance Completed 140186

??????????

Di Restoran hotel, Darko tersenyum saat sambungan teleponnya dimatikan sepihak oleh Amanda.

"Marahmu semakin menggemaskan. Lihat saja, kau pasti akan kemari dengan amarah yang lebih dahsyat lagi," gumam Darko sambil mengelus-elus foto Amanda yang menjadi wallpaper ponselnya.

Sesuatu yang dilakukannya demi mendapatkan maaf dan mungkin amukan dari Amanda. Hal yang mungkin tidak terpikirkan oleh semua orang, apalagi mengingat jika Darko adalah pria dewasa yang sibuk akan bisnisnya. Ia mendapatkan ide ini, saat perjalanan menuju Seoul. Rentang waktu yang begitu lama dan masukkan yang diberikan salah satu asistennya membuatnya begitu tertarik untuk mencoba.

Flashback:

"Bisa kau membantuku?" tanya Darko pada asisten pribadinya.

"Pasti, sir!"

"Apa yang biasa kau lakukan untuk meminta maaf pada kekasihmu?" tanya Darko. Asistennya tampak terkejut dan salah tingkah lalu sebisa mungkin ia mengendalikan ekspresi wajahnya di depan bos besarnya ini.

"Hmm... Itu... Aku... Aku tidak tahu, sir. Aku belum pernah berkencan sampai detik ini," jawab asistennya yang bernama Willy malu-malu.

Darko terkejut mendengarnya.

"What? Seriously? Kau tidak pernah berkencan? Seumur hidupmu?" tanya Darko penasaran.

Willy mengangguk canggung.

"Oh, GOD!! Setelah ini, ambillah cuti panjang. Pergilah berkencan, terserah kau mau berkencan dengan pria atau wanita. Kau menyedihkan sekali," ucap Darko.

Willy gemetar mendengar ucapan Darko.

"Maaf, sir, apa itu artinya kau memecatku?" tanya Willy hati-hati.

Darko menaikan sebelah alisnya menatap Willy dengan tajam.

"Aku menyuruhmu cuti. Bukan berhenti. Kau tidak perlu khawatir. Kau bisa kembali padaku saat kau sudah punya kekasih. Aku tidak mau punya pegawai yang menyedihkan sepertimu. Aku merasa bersalah, sudah membuatmu menjadi orang yang menyedihkan seperti ini." kata Darko.

Willy terkejut mendengar ucapan bos besarnya itu. Untuk pertama kalinya, selama empat tahun ia bekerja menjadi salah satu asisten pribadi, Darko berbicara cukup panjang dengannya di luar permasalahan pekerjaaan. Kejadian yang amat langka.

Tidak sampai di sana saja, Willy juga merasa terharu karena Darko membiarkannya mengambil cuti demi untuk berkencan. Memang selama ini Willy tidak memiliki waktu untuk sekedar duduk santai sambil mendekati seorang wanita. Dalam empat tahun terakhir ini, dirinya selalu disibukkan dengan mengurus segala pekerjaan yang diberikan Darko secara bertubi-tubi. Namun, ia menyukainya.

"Terima kasih, sir. Aku akan menyelesaikan pekerjaanku terlebih dahulu sebelum aku mengambil cutiku," ucap Willy dengan wajah bahagia.

Darko mengibaskan telapak tangannya.

"Ya. Selesaikan pekerjaanmu, lalu pergilah berkencan." ucap Darko.

Willy tak berhenti tersenyum mendengar ucapan Darko.

Darko mengaktifkan layanan video call di macbook miliknya. Ia menghubungi salah satu asisten atau tangan kanannya yang kini sedang menghandle perusahaannya di New York. Sepertinya pria itu bisa memberikan solusi yang Darko inginkan.

"Ada apa kau mengajakku video call seperti ini? Sangat bukan seorang Darko Dio Rajasa," ucap Brian dari layar video.

Darko berdecih lalu menyandarkan tubuhnya.

"Apa yang harus aku lakukan untuk meminta maaf pada Amanda?" tanya Darko.

"Kau sangat to the point. Belajarlah berbasa basi terlebih dahulu, bos," ejek Brian.

"Kau bertele-tele sekali. Jawab saja pertanyaanku." ketus Darko.

Brian tertawa di seberang sana saat melihat wajah frustasi boss besarnya yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri.

"Berikan saja apa yang ia sukai," ucap Brian.

"Aku tidak mau hal yang biasa seperti itu, ia tidak akan terkesan," jawab Darko.

"Hmm... coba tunggu sebentar. Aku akan bertanya pada seseorang yang gila Korea. Ku rasa wanita ini bisa memberimu pencerahan," Brian tampak menghubungi seseorang lewat ponselnya dan Darko menunggunya dengan tenang.

"Kau sedang apa dan di mana?" tanya Brian.
"Korea tentu saja. Aku sedang mengurusi persiapan launching album terbaru Oppa-ku. Aaaaaah... Kang Daniel!!" ucap wanita itu antusias.
"Ck! Kau berisik sekali. Dasar wanita kurang kerjaan," ejek Brian.
"Jika kau meneleponku hanya untuk mengejekku, lebih baik matikan sambungan ini," ucap Bella, adik Brian.
"Ck, kau ini. Oh, iya. Kau tahu, Darko saat ini sedang bingung untuk meminta maaf pada wanitanya. Kau tahu, cara apa yang membuat wanita itu segera memaafkannya?" tanya Brian.
"Hmm... Di mana wanita Kak Darko sekarang berada?" tanya Bella.
"Tempat kau memuja oppa-oppamu itu. Korea Selatan. Ia wanita keturunan Seoul," jelas Brian.
"Wah, kebetulan sekali. Bagaimana jika Kak Darko membuatkan iklan permintaan maafnya seperti halnya yang sedang aku lakukan saat ini. Memasang wajah Kang Daniel di setiap sudut kota,"
"Oh, kau membuatnya seperti buronan?" tanya Brian.
"Ck! Bodoh. Di sini, hal seperti itu adalah lumrah dan cukup mewah. Bahkan ada yang mengelontorkan uang hanya untuk memberikan ucapan dengan menempelkan stiker pada bus-bus dan setiap layar di gedung agar semua orang bisa melihatnya. Kau harus banyak-banyak melihat perkembangan Kpop," jelas Bella.
"Tidak penting sekali."

Brian memberikan kode pad Darko mengenai ide yang diutarakan oleh adiknya barusan. Darko menaikkan sebelah alisnya menanggapinya. Brian mematikan sambungan teleponnya pada Bella.

"Bagaimana? Kau akan menyetujui ide tak masuk akal Bella tadi? Atau kau perlu mendengar saran dari wanita lainnya?" tanya Brian pada Darko.

"Ide Bella cukup luar biasa. Aku belum pernah mencobanya dan terdengar sangat menarik. Lakukan saja semua yang Bella ucapkan tadi. Aku ingin semua sudah selesai ketika aku sampai di Seoul nanti," kata Darko.

Brian menggeleng tidak habis pikir. "Oke baiklah. Kirimkan saja apa yang harus di tulis dalam iklan tersebut padaku, aku akan menyelesaikannya,"

"Baiklah, kerjakan serapi mungkin. Pastikan semuanya berada di setiap sudut kota," perintah Darko.

Flashback End.

??????????

Amanda berdiri di halte bus dengan raut wajah datar.  Ketika bus yang ia inginkan datang, ia segera naik dan duduk di salah satu kursinya. Hal yang menyenangkan yang selalu ia lakukan saat berada di Seoul, naik kendaraan umum dengan nyaman.

Amanda tampak mengamati penampilannya dari bawah sampai ke atas. Ia pikir, ia tidak memakai pakaian yang mencolok hari ini, tapi mengapa rasanya setiap orang memandanginya dengan berbisik-bisik. Amanda memgambil ponselnya dan mencoba melihat wajahnya, mungkin saja make up nya sedikit berantakan akibat kejadian di lobi hotel tadi, tapi ternyata tidak. Wajahnya tetap terlihat cantik dan make up-nya tidak ada perubahan sedikitpun.

Wanita itu mencoba mengabaikan lirikan serta bisikan-bisikan orang-orang di dalam bus. Ia sibuk mengotak atik ponselnya, memantau pekerjaan yang dilaporkan oleh para asistennya di Indonesia.

Jika sudah asyik dengan pekerjaannya, Amanda akan dengan mudah melupakan segala sesuatu yang bahkan beberapa waktu lalu baru saja terjadi. Pertemuannya dengan Antonio dan anaknya serta kedatangan secara tiba-tiba Darko di hadapannya.

Amanda memilih turun dari bus dan meneruskan perjalanannya menuju Garosu-gil. Ia memilih untuk naik subway. Ketika wanita itu menginjakkan kakinya ke stasiun tersebut, semakin banyak orang-orang yang memandanginya dan berdesas desus.

Bukan Amanda jika hanya akan diam saja membiarkan orang lain membicarakannya. Wanita itu menghampiri dua wanita yang sedang berdiri menyandar di dinding sambil mengarahkan ponsel mereka pada Amanda.

"Apa yang kau lakukan? Kau merekamku? Aku bukan artis jadi turunkan ponselmu," tegur Amanda tanpa rasa takut.

Kedua wanita itu terkejut dan dengan cepat menurunkan ponselnya.

"Kenapa kalian merekamku? Kau lihat wajahku, aku bukan artis atau anggota girl grup jadi kenapa aku kalian rekam?" tanya Amanda penasaran.

Salah satu dari wanita itu menjawab pertanyaan Amanda dengan santai.

"Wajahmu berada di setiap sudut stasiun ini. Apa kau tidak sadar ketika kau masuk kemari?" jawabnya.

"Ah- Bukan hanya di setiap sudut stasiun, tapi stiker wajahmu juga ditempel di berbagai badan bus, aku melihatnya. Wajahmu juga ada di big screen daerah pusat keramaian. Kau tidak menyadarinya? Kekasihmu sungguh romantis," jelas wanita yang tidak dikenal Amanda itu.

Amanda segera menolehkan kepalanya ke arah dinding stasiun dan tiang-tiang yang berada di sana. Benar saja, foto wajahnya dipajang di sana dengan tambahan tulisan.

- Amanda Altakendra, wanitaku. Aku minta maaf. Mari bicarakan semuanya dengan kepala dingin, aku akan menjelaskan semuanya. Aku menunggumu di Resto hotel -
Tertanda - Pria paling tampan ( Darko Dio Rajasa ).

- Amanda, wanitaku. Aku minta maaf. Aku menunggumu di Resto Hotel. Kemarilah, aku butuh pelukanmu -
Pria yang tidak bisa hidup tanpamu (Darko )

- Wanita pemarahku, Amanda. Aku menunggumu di Resto Hotel -
Pria tampanmu ( Darko )

- Kemarilah. Ayo kita berkencan lagi -
Darko, sang pemilik hatimu

Amanda melotot  serta menganga melihat semua banner, flyer termasuk tulisan informasi yang berjalan di layar subway.

Kelakuan Darko memang selalu di luar nalar pikirannya sebagai manusia. Ada saja ide unik yang kelewat unik sehingga membuat Amanda geram.

Wajar saja jika sepanjang jalan tadi, semua orang menatapnya dengan begitu intens. Ternyata hal gila ini yang terjadi. Amanda memejamkan matanya dan menghela napas beratnya.

"Kau wanita yang di poster itu kan?" tanya seorang ibu paruh baya yang baru keluar dari salah satu pintu subway.

Amanda hanya diam sambil memperhatikan ibu itu.

"Pria-mu begitu berani melakukan semua ini. Jangan lepaskan dia, jika kau tidak ingin menyesal," ucap ibu itu sambil tersenyum lalu pergi meninggalkan Amanda yang hanya berdiri diam.

"Arrrghh!! Aku sudah sangat menyesal mengenal dia!" gumam Amanda sembari melihat sekelilingnya yang dipenuhi wajahnya.

"Ini mengerikan sekali. Darko gila!" umpat Amanda.

Wanita itu mengurungkan niatnya untuk pergi ke cafe favoritnya dengan subway, sepertinya ia harus memberi pelajaran dulu pada pria sialan yang sudah membuatnya begitu terkenal mengalahkan girl grup Twice di Korea karena wajahnya berada di setiap sudut tempat.

Amanda memilih naik taksi untuk kembali ke Hotel dibanding menjadi pusat perhatian orang-orang di luar sana.

Sepanjang perjalanan menuju hotel, ia memandang berkali-kali bus yang lewat ditempel spanduk permintamaaf-an Darko padanya. Benar-benar Darko sialan!

"Maaf nona, apa nona salah satu anggota girl grup? Jika iya, apa saya boleh meminta tanda tangan nona dan berfoto bersama, untuk saya berikan pada anak saya di rumah," ucap sopir taksi memecah lamunan Amanda.

Sebesar itu efek yang ditimbulkan oleh keusilan Darko sehingga dirinya mungkin menjadi trending topic di Korea Selatan menggeser berita mengenai poni Momo Twice yang menghilang pada saat teaser untuk lagu barunya nanti.

Benar-benar Darko, pria sinting yang punya isi otak seluas dunia di luar nalar pikirnya. Tidak hanya mesum tapi juga pintar membuat kesal orang lain.

"Aku bukan selebriti atau anggota girlgrup, pak," ucap Amanda singkat.

"Oh, begitu. Sebab, saya lihat wajah nona menghiasi setiap sudut iklan hari ini. Kekasih nona sangat kaya pastinya bisa melakukan semua ini hanya untuk meminta maaf pada nona," Amanda tersenyum miris menanggapi ucapan sopir taksi tersebut.

Pria yang dengan kurang ajarnya pergi tanpa alasan lalu kembali lagi tanpa diundang.

'Haruskah nanti selain aku memakinya, aku juga berterima kasih padanya karena sudah membuat Antonio menderita dengan kehilangan sebagian hesar perusahaannya? Tidak! Untuk apa berterima kasih pada pria yang meninggalkanmu begitu saja! Tapi, bukankah kau harus mendengar penjelasannya terlebih dahulu mengapa dia pergi begitu saja? Ah- Tidak! Dia pria brengsek tentu saja akan punya ratusan alasan agar kau percaya dan luluh Amanda. Jangan bodoh! Jangan jatuh dilubang yang sama untuk kesekian kalinya,' Terjadi perperangan batin Amanda.

'Hell! Kenapa bayangan wajahnya sekarang memenuhi otak ini. Mengerikan sekali. Oh, meskipun wajahnya terlihat sedikit lusuh tapi kenapa aura keseksiannya tidak berkurang sedikitpun, bahkan dada bidangnya seakan minta untuk disandari. Ya Tuhan, Amanda, apa yang kau pikirkan sekarang. Kenapa jadi mesum, oh ayolah kau harus mempersiapkan diri untuk memakinya bukan malah sibuk memikirkan menyadar di dadanya yang dipenuhi oleh otot-otot kencang itu,' Lagi-lagi Amanda sibuk pada pikirannya.

Taksi sudah berhenti tepat di depan lobi hotel. Amanda segera keluar dari taksi dan melangkahkan kaki jenjangnya menuju keberadaan pria tampan miskin ekspresi yang sudah mempermalukannya itu. 

Restoran menjadi tempat pertama yang ia datangi, karena Darko menuliskan pesan jika dia berada di sana.
Jika di dalam film animasi kartun, saat ini tubuh Amanda sudah menguar api saat berjalan. Mata kucingnya memicing menatap tajam mangsanya.

Pria itu duduk membelakangi Amanda.

"Dasar kau pria bedebah--- Oh Shit!! What the hell...!!" Amanda menghentikan ucapannya ketika melihat penampilan Darko ketika membalikkan tubuh dan sekelilingnya.

"Kenapa tampan sekali! Sial!" gumam Amanda.

??????????

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience