Rate

Rintihan Jiwa

Short Story Series 941

Aku mengerang kesakitan, sakit yangku tanggung seolah-olah seiring dengan hancurnya hati saat mengetahui hari ini, saat ini suami yang ku sayangi yang ku cintai sepenuh hati telah curang dengan menikahi wanita lain tanpa sebab dan alasan yang munasabah.
Ya Allah sakitnya, bagai nyawa dihujung tanduk. Melahirkanmu adalah anugerah yang terindah, tetapi tidak tahu mengapa hati ini tidak gembira , tidak terasa nikmat dari Mu Ya Allah..terasa sakit hati, terasa dendam , hati ini bagai dirobek-robek. berdosakah aku YaTuhan. Aku sedih, suami yang ku cinta telah mengkhianati aku tanpa sebab. Aku setia, aku sudah jadi yang terbaik sebagai seorang isteri untuk dia tapi ini balasannya. Mengapa! Mengapa! apa kurangnya aku ini! aku bermonolog sendiri. Banyak persoalan menghentam kepala otakku. Sampai aku lupa aku sedang sakit ingin melahirkan seorang khalifah di dunia.
Arrghhhhh! Allahhhhh! aku menahan sakit, segala tulangku terasa bagaikan dihentam dan dipukul sesuatu secara bertubi-tubi. Tiada teman disisi. Aku rela mengambil risiko bersalin seorang diri. Mungkin sebab patah hati, patah terus , rapuh tanpa boleh dicantum lagi. Aku mengambil segumpal kain, kugigit dengan kuat sekali. Tangan ku pegang erat di tiang katil. Dengan kudrat yang ada aku meneran berusaha melahirkan anak seorang diri.
Hujan renyai diluar, mendung berarak kelabu, seperti mengerti akan kesedihan hati.Dengan tiga kali usaha meneran sekuat hati berbekal pengalaman yang ketika aku melahirkan puteraku yang sulong 2 tahun lepas, kini keluar lah seorang puteri tepat ketika azan asar berkumandang.
Kasihan bayi ini , dia x bersalah, dia mangsa keadaan jantan gatal yang tidak tahuenilai erti setia. Lebih sedih lagi tiada suara seorang ayah untuk iqamatkan bayi tersebut. Tiada sambutan kegembiraan sepasang suami isteri yang dikurnikan seorang bayi comel.
Kehadiranmu hanya ditemani gemersik angin, hujan renyai dan azan yang berkumandang. Seolah menyambut kelahiranmu. Aku, sebagai seorang ibu hanya mampu menangis pilu sambil menggendongmu dengan lemah tidak bermaya. Menggigil tanganku memotong tali pusat bayiku. Segala peralatan telahku sediakan dari awal lagi. Aku memang merancang melahirkanmu sendiri sayang, maafkan ibumu. Kebencianku terhadap ayahmu mendorong untuk aku melakukannya. Syukur kau selamat dan sihat.
Selepas ini aku merancang.....

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience