Ipah POV
Malam itu, merupakan malam yang lumayan terasa dingin bagiku.
Di kebun yang terlihat lumayan gelap ini, aku sedang bersama dengan seorang pria berusia dua puluh satu tahun. Pria itu adalah kekasihku.
"Sayang, lakukanlah hal itu kepadaku?" Aku mengendalikan tangan kanannya keatas payu-daraku.
"Apa kamu yakin sayang?" Ia terlihat sangat kurang yakin dengan perkataanku.
"Aku sangat menginginkannya, aku sangat ingin merasakannya bersama dengan kamu. Lakukan itu lalu nikahilah aku?"
Aku mengendalikan tangannya meremas kembali di payu-daraku. Aku sangat berharap hal ini dapat aku rasakan bersama dengannya, sehingga Ayahku mengijinkan agar aku menikah dengannya. Dengan harapan agar aku dapat terbebas dari permintaan gila ayahku.
"Apa kamu ingin melihatku di renggut oleh orang lain? Lakukan hal itu malam ini juga sayang?" Aku mengendalikan tangannya meremas lebih keras di atas payu-daraku.
"Baik, aku akan melakukannya. Namun sebaiknya kita mencari tempat yang aman dulu."
Ia mendirikan badannya, meraih tanganku membantuku berdiri. Dengan segera Ia menaiki motor dan menyedal penukit motornya. Aku pun mendaratkan bokong di jok motornya.
Di sepanjang perjalanan aku membonceng di motornya ini, aku memeluk tubuhnya dengan erat, dengan telapak tanganku yang berada diatas pentolan batang hitamnya yang sedang mengeras. Di iringi dengan angin malam yang lumayan terasa sangat dingin.
Ia mengarahkan tujuannya ke salah satu Gubug tua yang berada di tengah-tengah empang, terlihat sangat sepi dan lumayan gelap, hanya cahaya rumbulan malam dan cahaya lilin yang Ia nyalakan yang menjadi penerang di dalam gubug tua ini.
BRAK!!
Ia mengulum bibir, mendesak, menindih tubuh mungilku diatas papan gubuk tua ini.
Tangannya menggerayang mengarah ke bawah, masuk ke dalam rok mini, menarik segitigaku ke bawah. Jari telunjuknya bermain-main di liang sempit bawah sambil terus menciumi bibir tipisku.
"Ouuuh sayang.." Ini pertama kalinya aku merasakan sentuhan bawah, terasa menggelikan membuat bulu kuduk di sekujur tubuhku ini merinding.
Nafasnya sangat menggebu-gebu, belut hitam panjangnya terlihat berdiri tegak hingga menarik boxernya ke depan.
"Ouuuh sayang.." Aku merasa geli menggeliat merasakan jari telunjuknya yang terus bermain di liang bawah ini.
Secara perlahan aku menarik Boxer dan CD-nya ke bawah. Tangan kananku memegang batang belut hitamnya yang berdiri tegak. Terasa sangat keras batang belut hitamnya. Semakin penasaran untuk aku ingin segera cepat-cepat merasakannya.
"Oouh.. sayang.. " Desahan bisikanku sambil memaju mundurkan batang belut hitamnya secara pelan.
"Aaah.. enak sayang sentuhan tanganmu."
Ia berhenti menciumi bibir tipisku. Ia beralih pandangannya ke arah pucuk hitam gunung kembarku.
SLURP! Ia mengenyot dan memutarkan lidahnya di pucuk hitam gunung kembar kecilku. Satu tangannya meremas-remas gunung kembarku yang satunya.
"Ouuh.. gilaa.." Aku mendesah menggeliat dengan tanganku yang masih memaju mundurkan batang belut hitamnya secara pelan.
"Oouh sayang.." Aku beberapa kali menggeliat sambil sesekali menggeliatkan gunung kembarku keatas.
Ia terus menghisap dan memutarkan lidahnya di pucuk hitam gunung kembarku, kemanapun pucuk hitamku pergi, satu tangannya yang tetap meremas.
Terasa sangat nikmat sedotan bibir sama permainan lidah ularnya ini.
"Sekarang sayang?" Pintaku padanya karena waktu sudah lumayan malam.
"Iya sayang.."
Aku melepaskan batang hitamnya. Aku sangat pasrah untuk melakukannya.
Aku mengangkangkan kedua kakiku diatas papan di dalam gubug tua ini. Belut hitam panjangnya menempel mendidih di liang sempit bawah, Lidahnya menjulur lalu berputar-putar di pucuk hitam gunung kembarku.
"Owhh terus sayang.." Suaraku terbata-bata manja menggeliat merasakan permainan lidahnya yang lumayan hebat bersama dengan gesekkan pelan batang belut hitam panjangnya di atas liang sempit bawah.
"Owhh.. Gila.." Aku mendesis kembali sambil memegang kepalanya yang sedang memutarkan lidahnya di pucuk gunung kembar kecilku, satu tangannya terus meremas pucuk hitam gunung kembar yang satunya.
"Ouuh sayang.."
Aku menggeliat kembali merasakan remasan demi remasan, permainan lidahnya, bersama dengan gesekkan belut hitam panjangnya diatas liang sempit bawah ini. Seluruh bulu kudukku tengah merinding, tanganku sesekali meremas kepalanya.
Belut hitam panjangnya terasa sangat keras, sangat terasa.
"Ouuh.. Enak sayang.." Aku menggeliat kembali dan secara berulang ketika aku melihat lidahnya tengah mengecap dan berputar-putar di pucuk hitam gunung kembarku dibarengi dengan ujung kepala belut hitam panjangnya itu yang sesekali menempel di tengah-tengah bibir liang bawah.
"Ouuuh.. Sayang.." Ucapku terbata-bata manja sambil meremas merasakan sedotan bibir bersama kepala belut hitam panjangnya yang secara perlahan ingin dimasukkan.
"Ouuh.. Enak sayang.." Ia memutarkan lidaahnya kembali sambil sesekali menggesek dan sesekali menempelkan kepala batang hitam itu di bibir liang sempit bawah.
"Mmmm ooouh.." Aku mendesah merasakan sebuah gigitan dan jilatannya yang lumayan hebat bersama dengan satu tangannya yang memainkan pucuk hitam gunung kembar yang satunya.
Benda hitam panjangnya terus menempel sambil sesekali ditekan, di gerakkan-gerakkan naik turun menggesek di atas bibir liang sempit bawah.
"Ouuuh sayang.." Aku kembali menggeliat sambil meremas kepalanya merasakan begitu nikmatnya.
BLESS.. "Arg! Shh, Ahh, Sakiit sayang.."
Aku merintih, mendesis sambil meremas kepalanya sangat keras. Terasa perih liang sempit bawah ini merasakan benda hitam panjangnya mulai menerobos memasuki liang sempit ini.
Cairan merah pun menetes dari bibir liang sempit bawah ini.
"Relax sayang.." Ucapnya.
Ia kembali mengenyot, menjilati, meremas sambil secara perlahan memaju mundurkan kepala batang hitam panjangnya di liang sempit bawah sana.
"Shhh ooouh.." Desisnya merasakan batang belut hitamnya yang secara perlahan maju mundur di liang sempit dibarengi dengan memutarkan lidahnya di pucuk hitam gunung kembar kecilku ini.
"Sshhh, ahh, Shhh, ahhh.." Desisnya sambil terus memutarkan lidah dibarengi memaju mundurkan batang belut hitamnya di liang sempit ini sambil terus mengecap dan mengilin pucuk hitam gunung kembar ku yang satunya.
"Ooouh sayang.."Aku menahan rasa perih itu sambil meremas kepalanya.
Keringat deras tengah mengucur dan selalu mengiringinya yang sedang memaju mundurkan kepala belut hitam panjangnya di liang bawah sempit ini.
Suara rintihan dan desahan kita berdua pun selalu terdengar di gubuk tua ini.
PLOK!PLOK!PLOK!
"Ahh, ahh,.. Enak sayang.." Ia memaju mundurkan belut hitam panjanganya sedikit lebih cepat sambil terus memutarkan lidah pucuk hitam gunung kembar kecilku.
Sesekali aku merintih, mendesah, menggeliat, merasakan apa yang sedang di kerjakan olehnya.
PLOK! PLOK! PLOK! Kepala batang belut hitam panjangnya terus maju mundur lebih cepat di dalam liang sempit ini.
"Sssshh.. Ahh.. shh ahh.." Aku mulai merasa menikmatinya. Sebuah desa*an dan rinti*an pun selalu terdengar di dalam gubuk tua ini.
"Ouuuh.. gila.. " Lid*hnya mulai menjilati garis leher ini sambil tetap memaju mundurkan batang hitamnya. Kedua tanganku memeluk erat tubuhnya. Sesekali aku mengerang dan merem*s pungggungnya.
"Ouuuh sayang.. Enak sayang.." Bisikku di telinganya yang sedang memutarkan lidah di garis leher ini sambil memaju mundurkan batang hitamnya dengan santai di liang sempit bawah.
"Shh,, ahh,, shh ahh.. Terus sayang.." Aku memperkuat pelukanku.
PLOK!PLOK!PLOK! Ia terus memutarkan lid*hnya di leher ini sambil menghentakan keluar masuk belut hitam panjangnya dengan santai.
"Ahh.. Enak sekali sayang.. " Benda hitam panjang nya mulai terasa berkedut, sangat terasa di dalam liang sempit ini.
PLOK!PLOK!PLOK!Benda hitam panjang itu maju mundur lebih cepat.
"Argh! Ah, ah, ah.. Enak banget sayang.. Punyaku udah keluar sayang.. " Cairan kental panasnya beberapa kali menyembur ke dalam liang sempit ini.
Aku bersamanya terlihat kelelahan. Dagunya terjatuh diatas pundakku.
"Makasih ya sayang.." Bisiknya di telingaku.
Aku hanya memeluknya dengan erat.
Secara perlahan-lahan belut hitam panjangnya itu mulai terasa bergerak mundur.
"Argh!" Aku mendesis menggeliatkan tubuh ketika kepala belut hitam panjangnya keluar dari liang sempit ku ini. Batang hitamnya menempel di atas liang sempit ini.
"Enak banget sayang? Nanti kita main lagi ya?" Bisiknya di telingaku.
Aku hanya menganggukkan kapalaku sambil tetap memeluknya dengan erat.
"Kamu tunggu sebenar dulu ya sayang?" Ucapnya sambil bangkit berdiri.
Ia memakai celana dalam, boxer. Ia berjalan keluar dari gubug tua ini, hanya menggunakan boxer ketatnya saja. Ia mengambil air dari sumur yang ada di pinggir empang, lalu berjalan masuk kembali ke dalam gubuk tua ini.
Sementara aku, masih terlentang diatas papan, dengan posisi kedua dengkulku yang menekuk berdiri membuka liang sempit yang masih terasa perih, serasa belut hitamnya masih menempel di liang sempit bawah ini.
Ia duduk menghadap liang sempit yang memerah ini, melihat-lihat liang sempit ini dengan jari-jemarinya sambil menyirami dengan air hingga terlihat bersih.
Ia menaikkan segitiga putihku ini. Tanganku ditarik olehnya untuk bangkit duduk. Aku membenahi rok rumbaiku. Lalu menarik kaos oblongku.
Ia duduk diatas papan, di sebelahku. Aku langsung memeluk tubuhnya. Aku sangat menyayanginya dan sangat tidak ingin berpisah.
"Tenang sayang. Aku akan bertanggung jawab. Aku sangat mencintai kamu."
"Ini adalah sebuah awal. Nanti ke depannya kita pun benar-benar akan satu ranjang."
"Aku yakin kalau pun orang tuamu tahu, pasti akan minta untuk segera dinikahi olehku. Dengan begitu, niatan ayah kamu untuk menuruti perintahnya akan berhenti."
"Tapi aku takut a.."
"Percayalah denganku sayang. Aku pasti akan bertanggung jawab, jika nanti kedua orang tuamu menuntut akan kejadian ini."
"Janji ya a, aa akan bertanggung jawab?"
"Iya sayang, aku berjanji aku akan bertanggung jawab atas semua hal yang telah aku lakukan bersamamu ini."
Sejenak Ia memakai kaos dan celana jeans pendeknya. Kita berdua berdiri, lalu segera berjalan keluar dari gubug tua ini. Terasa sangat perih bawah ini saat beranjak bangun maupun saat berjalan.
happy readings.. Terima kasih kepada kamu yang mampir membaca dan mendukung. Untuk para plagiarisme, alias tukang ngejiplak, harap menjauh. Okey
Share this novel