POV Rina
Setiap hari kami hanya jalan jalan mengelilingi kota ini, makan di restoran, di rumah makan, makan di pinggir jalan. Selain mengelilingi kota ini suami juga mengajak ke rumah orang tua dan saudara saudara nya, untuk memperkenalkan diriku katanya. Selama sebulan suami tidak bekerja , katanya memang untuk bulan madu aja sebulan ini ... hehehehe .. maklumlah penganten baru. Walaupun bulan madu nya hanya mengitari kota ini, ini sudah cukup membuat ku bahagia.
Aku bersyukur keluarga nya menerima ku dengan baik, mereka semua ramah kepada ku. Orang tua nya saudara nya dan birasku menyambut kehadiran dengan baik. Alhamdulillah, karena pernikahan kami memang sangat di dukung oleh keluarga nya.
Sebulan sudah kami menikah akhirnya suami memutuskan kembali tuk bekerja, suami ku hanya bekerja sebagai tukang bangunan, yang mungkin gaji nya tidak lah seberapa. Tapi aku harus tetap bersyukur, karena dari awal aku sudah tau semuanya. Yang penting bagi ku suami ku sayang anak dan istri nya kelak dan bertanggung jawab.
Beberapa hari suami ku mulai bekerja ,aku mulai kesepian sendirian di rumah, aku orang baru di sini tentu belum kenal dengan orang orang di sini. Ehm kenapa aku gak mulai bercocok tanam saja bukan kah masih banyak tanah kosong di sekitar rumah ini. "Tapi aku kan gak punya alat tuk bertanaman, mending aku minta izin bang Rinto besok beli peralatan tuk bertanaman, kan lumayan jika tidak membeli semua nya," ucap batin ku sendiri . Lebih baik aku mulai dengan tanaman rempah dapur, kunyit ,jahe ,lengkuas ,cabe ... selanjutnya baru menanam sayur sayuran, dengan begini aku tidak akan bosan menunggu pulang suami ku bekerja.
Sesampainya suamiku pulang kerja ku suguhkan minuman untuk nya, gak lupa juga cemilan nya. Setelah itu ku utarakan keinginan ku.
" Bang aku bosan sendirian di rumah", ucap ku pelan. " Mau gimana lagi sayang , Abang kan harus bekerja," ucap suami ku.
Akhirnya ku utarakan keinginan ku dengan semangat. " Bang mau bantu aku gak," ucap ku semangat. " Apa keinginan adek", ucap suami ku.
" Abang temani aku belanja alat alat tuk bercocok tanam," ucapku semangat.
" Memang nya adek pandai berkebun", timpal suami ku. " Bisa lah...anak petani", ucapku.
"Tapi Abang gak mau kamu capek sayang," ntar malam nya gak bisa bercinta", canda suami ku.
"Iiih Abang ini apa apaan sih, kenapa malah lari ke situ ", ucap ku malu. " Ya emang benar sayang, karena tugas pokok mu sekarang bercinta dengan Abang sayang" , ucap suami ku tambah genit. " Di ajak ngomong serius juga , kenapa malah lari kemana mana jabawabnnya ", ucap ku dengan muka manyun.
"Eh yang lagi merajuk, tapi merajuk kok muka tambah cantik", ucap suami ku menggoda.
"Udah ...mandi aja dulu bang... ", aku berlalu meninggalkan nya dan mengambilkan handuk nya, lalu menyodorkan ke suami.
" Mandi bersama yuk sayang," ucap suami ku menggoda. " Apaan sih... aku sudah mandi," ucapku menimpali. " Mandi sekali lagi", goda nya kembali. Akhirnya aku pergi meninggalkan nya.
" Sana sana mandi," ucapku.
Setelah sholat Maghrib kami makan malam bersama, suami ku makan begitu lahap, dan beberapa kali nambah.
" Sayang ternyata kamu enak ya masaknya, sangat cocok dengan lidah ku sayang," ucap suami ku dengan sumringah.
" Ya enak lah ,masaknya dengan cinta ", ucapku menggodanya nya. Dan kami pun tertawa bahagia.
Setelah makan kami berberes bersama, suami ku membantu tanpa di minta. Walaupun di larang suami tetap mau membantu, katanya kalau aku raja, tapi kau lah ratu ku, raja dan ratu harus bekerja sama ucap nya selalu.
Setelah beberes ku utarakan kembali keinginan ku untuk berkebun.
" Bang temani aku beli peralatan tuk bertanaman ya ," ucap ku kembali. " Memang nya sayang mau beli apa ", ucapnya menimpali.
" Parang, cangkul, polibek , benih sayuran ", ucap ku. " Oke lah kalau seperti itu, hari Minggu kita ke pasar", ucap suami ku. " Bang tanah kosong yang disamping milik siapa ", ucapku.
" Oh itu tanah bang Arman", jawabnya singkat, boleh gak ya aku numpang berkebun", ucap ku kembali. " Tentu boleh , kan juga terlantar ...emang nya mau nanam apa ", ucap suami ku. " Nanam ubi kayu aja ..... tapi tahap awal tanah di sekitar rumah ini aja, nanam bumbu dapur dulu, nanam sayur sayuran juga , kan lumayan juga gak perlu beli bang", ucapku semangat.
" Boleh sayang, hanya jangan terlalu capek ya", ucap nya kembali. " Gak lah , kan bukan kerja rodi ", ucapku menimpali sambil ketawa bahagia.
" Nanti hari Minggu kita ke rumah Bang Arman, minta izin mengolah tanah nya yang kosong, setelah itu baru lanjut belanja keperluan berkebun mu ya sayang...., setelah pulang baru kita bercocok tanam di ranjang ya sayang", ucap nya genit. "Apa apaan sih Abang ini...", ucap ku malu. " Tapi sayang mau kan ", ucap nya menggoda, sambil mulai mau memeluk ku.
" Eits eits jangan ya .... belum waktunya ", aku kembali mengingat kan.
" Memang kenapa sayang ", perut sudah kenyang , hanya dedek ini yang belum makan ( sambil memegang senjatanya)".
" Belum sholat isya ", ucapku mengingat kan.
" sudah sholat isya boleh kan sayang", ucapnya menggoda lagi. Aku hanya memberi syarat tanda setuju.
" Hore hore hore...", ucap suami ku melucu...
Aku terpingkal pingkal ketawa melihat tingkah nya yang kocak.
" Tok tok tok .... Assalamualaikum..... assalamualaikum... ",terdengar suara ada orang mengetuk pintu dan mengucapkan salam.
" Waalaikumsalam ", ucap suami ku sambil berjalan menuju kearah pintu." Kreooot", pintu di buka. " Oh pak Anwar ,ada perlu bang, silahkan masuk , mari duduk, tapi duduk di lantai ya, maklum lah belum punya sofa ", ucap suamiku.
" Iya gak apa Rinto, di lantai juga gak apa ", ucap tamu tersebut.
Aku bergegas menuju dapur, lalu ku jerangkan air, sudah menjadi kebiasaan ku kalau ada datang ke rumah pasti di buat kan kopi/ teh. Kali ini aku bikin kan kopi, tidak lupa bersama rotinya, roti memang selalu di siap kan , karena pagi pagi sebelum beraktivitas aku suka ngemil nya, sekalian jika ada tamu datang pasti di suguhkan juga.
Obralan pak Anwar dan suami terdengar jelas oleh ku, maklum lah rumah kami kecil, dapur nya juga nyatu sama ruang tamu nya, hanya di dekat sedikit aja. " Rinto terima kasih atas pinjaman uang nya kemaren, sekarang saya telah ada uang nya, nih uang nya ," ucap dengan nada bahagia. Berkat bantuan dari dek Rinto anak ku bisa melunasi biaya rumah sakit, maaf lama baru Nebus motor nya", ucap pak Anwar.
" Oh apa apa pak, kita saling menolong juga, saya pinjam kan bapak yang, Bapak pinjamkan saya motor ,timpal suami ku dengan tersenyum.
" Ngomong ngomong kapan bapak mau ngambil motor ini, apakah malam ini pak ", tanya suami ku. " Gak lah dek Rinto, pakai saja dulu saya tau dek Rinto kerja pakai motor itu, pakai saja dulu, nanti hari Minggu, baru saya ambil kembali ", ucap pak Anwar. " Oh terima kasih lah pak, mau minjam kan saya motor", sambil saya cari motor motor butut tuk pergi kerja pak", ucap suami ku menimpali.
Kopi nya telah selesai ku buat, akhirnya ku sajikan tuk suami dan tamu tersebut.
" Oh ini istri nya dek Rinto ya, ehm pandai juga cari istri", ucap pak Anwar. Suami ku hanya tertawa kecil saja menanggapi nya.
" Iya pak ini istri saya, nama nya Rina", ucap suami ku.
" Silahkan di minum pak ", ucap ku. "
" iya ...", ucap pak Anwar. Lalu aku berlalu meninggalkan mereka masuk ke kamar.
Oh ternyata motor itu hanya motor gadaian.... ku kira motor suami ku, kenapa suami ku gak bilang kalau itu bukan motor nya ya, pikir ku. Tapi bukankah aku juga tidak tidak pernah tanya itu motor siapa, tanya ku sendiri jawab sendiri.
Lalu terdengar lagi obrolan mereka. " Kalau begitu aku punya pulang dulu ya dek Rinto", ucap pak Anwar. " Lho kenapa buru buru sekali mau pulang", timpal suami ku. " Aaaah kalian kan masih penganten baru, gak enak lah aku bertamu lama lama ", ucap pak Anwar sambil tertawa cekikikan. " Ntar aku malah ganggu kalian, " ucap nya menggoda lagi dengan tawa yang pecah.
Terdengar tawa suami ku juga tertawa, mendengar godaan pak Anwar.
" Terimakasih lah pak", ucap suami ku.
" Sama sama kita terima kasih ", ucap pak Anwar.
Lalu mengucapkan salam pulang.
Suami ku mengantar kannya sampai ke teras rumah, lalu masuk kembali menemui ku di kamar.
Sebelum aku minta penjelasan, terlebih dahulu suami ku menceritakan kronologi motor itu.
" Maaf ya sayang aku lupa memberitahu mu kalau motor yang kita pakai bukan motor ku", ucap suami ku. " Iya gak apa bang," ucap ku menimpali.
Lagian aku juga pernah nanya itu motor siapa kan", ucapku kembali.
" Sebenarnya 3 bulan yang lalu, pak Anwar pergi ke rumah menemui ibu, berkabar ingin meminjam uang, ketika itu anak nya masuk rumah sakit. Oleh ibu di beri nya syarat, kalau ingin meminjam uang, maka harus ada gadaian, ibu hanya gak mau setelah kita minjam kan uang ke orang ,lalu kita yang minjam kan ke orang yang mengemis ngemis minta uang sendiri, itu menurut pendapat ibu. Karena jaman sekarang, dunia sudah kebalik, kadang yang memberi pinjaman malu nagih, yang di tagih tak tau malu ucap ibu ku. Kadang gara gara hutang , rusak kerukunan bertetangga, perusahaan, bahkan persaudaraan. Maka nya ibu meminta barang gadaian. Akhirnya pak Anwar menggadaikan motor nya. Batas waktu gak di tentukan, pak Anwar bisa mengambil kapan saja asal uang tebusan nya ada", ucap suami ku menjelaskan. " Memang berapa pak Anwar minjam uang ," timpal ku. " 3 juta ," ucap suami ku.
Besar juga ya bisik ku dalam hati, harga motor buka bungkus 12 jutaan, ya wajar juga lah harus ada gadaian nya.
" Lalu bagaimana selanjutnya Abang mau pergi kerja kalau gak punya motor", ucap ku menimpali kembali.
" Bagaimana kalau kita ambil motor kredit aja, uang ini bisa tuk uang muka", ucap nya.
" Tapi aku khawatir Abang nanti kerempongan membayar nya, takut nya gak ada kerjaan, gimana mau bayar nya ", timpal ku kembali.
"Gimana klu Abang beli yang bekas aja, harga 6 jutaan gitu, jadi kalau pun masih kredit , bayar nya gak lama juga", ucap suami ku.
" Nah kalau begitu aku setuju bang, karena aku kurang senang kalau berhutang", ucap ku.
" Iya maaf ya... Abang belum mampu harus beli kontan ", ucap suami ku pelan.
" Ya gak apa bang, ini kan kita baru mulai dari nol semua nya", ucap ku kembali.
Yang namanya menikah dengan bujangan kerjaan kuli ya d gini , ucap ku dalam hati, semua nya harus dari nol.
POV Rinto.
Setelah sebulan full kami berbulan madu rasa nya kurang lama hehehehe, walaupun hanya keliling keliling di dalam kota aja , makan di restoran, di rumah makan, sampai makan di pinggir jalan aku Lakoni, demi istri ku tersayang. Aku hanya gak ingin waktu nya habis di dapur hehehehe. orang bulan madu ke LN / ke pulau Bali, bagi kami cukup di dalam kota hehehehe. Bersyukur istri ku tidak memprotes dan mengikuti aja keinginan ku , seperti nya dia tau kalau suami nya kere.
Setelah beberapa hari aku mulai jadi kuli bangunan lagi , ternyata istri ku merasa kesepian, kasian juga melihat nya, karena rumah baru kami ini, memang jauh dari rumah orang tua ku dan sanak saudara ku. Tetangga yang dekat rumah sebenarnya aku sendiri juga belum terlalu kenal, maklumlah pendatang baru.
Ku kira karena kesepian istri akan mengajak pindah, ternyata hanya minta izin berkebun. Ya aku izinin lah, kebetulan tanah nya juga subuh daerah sini. Hitung hitung bisa membantu perekonomian hehehehe. Selagi kerjaan nya tidak berat ya boleh aja lah, kalau soal peralatan pertanian dan bibit gampang lah itu.
Saat kami ingin bercinta , tiba tiba ada tamu ... ehm ada rasa kesal juga , udah siap siap bertempur malah ada tamu hehehehe, ternyata pak Anwar orang yang dulu menggadaikan motor nya pada ku. Sekarang aku malah bingung, kalau gak punya motor gimana mau kerja. Untung lah istri ku setuju aku mengambil motor kredit, sebagai suami yang baik harus ada persetujuan istri dong kalau beli sesuatu.
POV Rina
Beberapa bulan sudah berlalu, tanaman ku mulai menampakkan hasil nya, karena yang ku tanam melebihi kuota kebutuhan kami, selain selalu di berikan kepada orang tua, keluarga/ tetangga, akhirnya bisa di jual juga. Lumayan tuk nambah nambah tabungan. Capek juga sih , pagi pagi harus nyiapin bekal suami , setelah itu langsung berkebun.....
Setelah 10 bulan kami menempati rumah ini, dan aku sudah betah tinggal disini , aku begitu kecewa ternyata rumah yang ku tempati bukan lah rumah suami ku, ternyata ini hanya rumah saudara nya yang bernama Arman, dan sekarang mereka ingin menjual nya.
Aku kecewa dengan suami ku , kenapa harus berbohong, kenapa tidak terus terang saja. Kalau aku tau ini bukan rumah nya, tidak lah perlu aku mati matian menanam berbagai macam tanaman, di kira gak capek ya.
POV Rinto
Kulihat istriku sangat semangat berkebun, dan hasil nya tanaman sangat subur, sehingga apabila sanak saudara main kerumah, kami bisa memberikan oleh oleh hasil kebun istri ku.
" Ting..Ting.... Ting....Ting... hp ku berdering,
Alex kenapa tiba-tiba menelpon ku,
" Hallo Lex , apa kabar...tumben nelpon ,ada apa bro", ucapku. " Hello bro, sudah lama kita gak kumpul bareng, semenjak pada maried", ucap Alex sambil tertawa kecil. " Gimana kalau kita reunian, geng kita aja bro", ucap nya kembali.
"Oke.... kita kumpul di mana bro".
"Tempat biasa aja lah", ucap Alex.
"Kapan ", ucap ku kembali.
"Hari Minggu ajalah , kan pada libur...jam 4 aja bro, yang lain sudah ku hubungi dan semuanya setuju", ucap Alex.
"Boleh bawa istri gak ni", ucap ku kembali.
" Jangan lah bro, ni acara kita aja, klu acara bawa keluarga, ya nanti ajalah", ucap Alex.
"Oke...", ucap ku.
"By....", ucap Alex mengakhiri telpon nya
"By....", ucap ku kembali.
Sebaik nya aku minta izin dengan istri ku kalau minggu ini, aku mau reunian dengan teman geng aku... karena sudah lama banget gak kumpul bareng, karena sudah pada menikah.
" Ku lihat istri ku sedang nonton TV , biasa orang perempuan pasti suka nonton sinetron. Ku dekati istri ku. " Dek Minggu ini aku mau reunian dengan teman teman ku.... boleh kan sayang", ucapku lembut. " Oh jam berapa pergi nya ", ucapnya kembali. " Habis ashar gitu dek, gak lama paling dari habis ashar , magrib sudah di rumah kembali", ucap ku. " Di mana reuni nya, di alun alun Kapuas aja dek", ucapku kembali.
" Ya udah pergi aja ", ucap istri ku. Aku bersyukur istri ku tidak melarang ku, jadi aku bisa bertemu teman teman kembali.
Minggu yang di tunggu telah tiba, aku pun pergi di tempat yang telah janji kan, sebenarnya ini bukan reunian sekolah, jadi gak ramai, ini hanya teman akrab ku aja pas sekolah SMA dulu.
" Pas aku datang ternyata baru 2 orang yang nyampai , yaitu Alex dan Furqon aja....
" Hello bro apa kabar, wah ternyata udah ada yang nyampai ya...ku kira aku pertama nyampai duluan ", goda ku sambil bergurau. " Kami ini juga baru nyampe bro", kata Alex menimpali.
"Kita tunggu Agung dulu ni", ucap Furqon menimpali.
Gak lama kemudian muncul lah Agung.
" Hai bro, wah sudah pada datang semua nya, benar benar pada tepat waktu ya", ucapnya sumringah.
Kita pesan minuman dulu ya , kali ini aku yang traktir",ucapnya. " Nah aku bagian traktir jagung bakar nya", ucap ku menimpali.
" Sekarang kamu kerja apa Rinto", ucap Alex bertanya. " Masih seperti dulu, masih kuli bangunan ", ucapku.aku gak pernah malu dengan propesi ku. " Oh kata mereka....", bersamaan. Udah punya anak kah kamu sekarang ", ucap Agung menimpali. " Belum ni", masih lagi usaha bikin setiap malam ucap ku bercanda, semua nya pada tertawa. Alex karyawan di daelar motor, Furqon kata nya buka sembako kecil kecilan, Agung sendiri kata punya bengkel, warisan mantan suami istri nya, jadi tinggal melanjutkan aja. Teman teman ku sederhana dari dulu nya, dan sampai sekarang tetap sederhana. Punya kehidupan juga sederhana, tampang juga pada sederhana....hahahaha.
Tiba tiba Agung curhat masalah rumah tangga nya. "Nasib kalian mungkin lebih baik dari aku, aku dapat istri memang sudah mapan, usaha peninggalan suami nya dulu. Tapi kehidupan serasa tertekan karena istri ku terlalu posesif. Semuanya dia yang atur, seperti nya aku gak punya kebebasan, mana anak tiri ku sampai sekarang belum menerima ku, kata anak anak nya, aku hanya numpang makan dan numpang hidup", ucap Agung sedih.
" Memang nya berapa anak tiri mu Agung", ucap Alex . "Ada 4 bro... yang tertua sudah SMP, ini yang tertua kalau ngomong nyindir melulu. Pengen cerai, tapi istri ku sedang hamil", ucap nya sedih. " Lagian kamu dulu kan sudah ku tegur jangan menikah dengan janda yang sudah banyak anak, kamu masih ngotot mau menikah dengan nya, alasan mu, gak masalah...kan janda kaya, cantik , dapat bonus anak 4 lho bilang. Ya mau gimana lagi bro, lho lah yang lebih tau kehidupan mu. " Iya ...apa daya sekarang nasi sudah menjadi bubur, "ucap nya sedih.
Alex sendiri dapat istri janda anak 1, kalau Furqon dapat istri masih gadis, tapi istri nya PNS, jadi memodalinya buka tokoh sembako. Biasa minjam ke bank....
Saat kami ngobrol ngawur ngidul tiba tiba hp ku berdering, " Ting ....Ting...Ting...", kulihat ternyata bang Arman yang menelpon.
" Assalamualaikum....", ucap ku.
Waalaikumsalam...", jawab bang Arman.
"Ada apa bang ", ucap ku.
" Gini lho Rin, rencana Abang mau jual rumah yang kau tempati", ucap bang Arman.
Ya Allah rasa nya jantung ku mau copot mendengar ini, bagaimana aku harus mengabari istri ku akan hal ini.
" Lho bang bukan nya kata Abang kemaren rumah itu untuk ku , kenapa sekarang malah mau Abang jual ", ucapku setengah marah.
" Tapi Abang sekarang benar benar butuh modal Rin", ucap nya kembali. " Ya gak boleh gitu dong bang, kemaren aku kerja 3 bulan dengan Abang tanpa di gaji, kemudian yang mengerjakan rumah itu juga aku, Abang kan hanya menyiapkan tanah dan bahan bangunan saja. Itu janji Abang lho,.... kalau aku tau seperti ini , mana mungkin aku mau kerja gak di gaji", ucapku marah yang di tahan, rasa nya aku benar benar marah. Mungkin karena mendengar aku marah akhirnya , telpon di matikan nya.
Aku benar benar sedih mendengar pernyataan bang Arman, mungkin karena melihat wajah ku yang gusar , lalu Furqon bertanya.
" Ada apa Rinto , kok mukamu kusut gitu", ucap nya Furqon. Aku lama terdiam, akhirnya yang lain hanya saling pandang melihat perubahan ku.
" Ada apa Rinto, ayo cerita kan pada kami, mungkin kami bisa membantu, kita sudah berteman sejak lama, kalau kami bisa bantu ,akan kami bantu", ucapnya kembali.
Ini sebenarnya persoalan keluarga ", ucap ku kembali.
"Oh kata mereka...", hampir bersamaan.
Akhirnya ku ceritakan kronologi nya dengan teman teman ku, aku tau mereka pasti tidak mungkin juga bisa membantu,tapi paling tidak bisa memberikan ku masukkan/ hanya sekedar menghibur ku.
" Oh begitu .... rumah tersebut atas nama siapa," ucap Furqon. " Ya ...atas nama bang Arman *, ucapku. " Kalau atas nama Arman, maka kamu gak bisa ngotot... karena sertifikat nya atas namanya, sebaiknya bicarakan lagi dengan Abang nya, paling tidak kamu minta gaji saat bekerja dengan nya, dan . minta gaji juga saat membuat rumah itu," jelas Furqon.
" Terimakasih Furqon ,atas nasehat mu", ucapku kembali. Sebenarnya aku lebih bingung mau nyampaikan berita ini ke istri ku. Pasti lah aku di cap pembohong, di mana harga diri ku. Aku sudah tidak menikmati reunian kami.
Akhirnya aku permisi mau pulang, dan ternyata semua nya juga mau pada pulang. Mungkin melihat aku sudah gak nyaman lagi. Ku gas motor ku menuju rumah. Tapi hati ku galau, bagaimana aku menyampaikan berita ini kepada istri ku, pasti lah istri ku sedih sekali mendengar berita ini, karena aku liat istri ku sudah bekerja keras membuat lingkungan ku asri dengan tanam tanaman nya. Aku tau bagaimana capek nya dia berkebun setiap hari, tiba tiba sekarang mau di ambil, mana lagi sedang panen panen nya lagi. Ya ampun kok tega sekali bang Arman pada ku.
Malam ini aku gak bisa tidur, memikirkan omongan bang Arman tadi siang, aku benar benar gelisah sekali. Jika benar rumah ini akan di jual aku dan istriku harus tinggal di mana ?
Apakah harus tinggal serumah dengan orang tua ku, emang sih rumah orang tua ku lumayan besar, tapi bukan kah kata orang seorang menantu itu kurang nyaman jika harus serumah dengan mertua dan ipar. Kalau harus ngontrak, aku gak kan kuat bayar nya tiap bulan, kapan bisa nabung nya kalau seperti itu pikir ku. Aku benar benar kesel dengan peristiwa ini. Bang Arman apa apaan sih mau pakai jual rumah ini segala, benar benar pembohong dia. Lebih baik besok pagi ke rumah nya , aku akan meminta agar dia membatalkan rencana nya tuk menjual rumah ini.
Malam ini aku gak bisa mengajak istrinya ku bercinta, karena aku sudah lelah memikirkan masalah rumah ini, ku lihat wajah istri ku, tak tega jika aku harus menyampaikan berita ini. Aaaah lebih baik aku segera tidur saja, besok pagi pagi sekali aku akan kerumah bang Arman.l, kalau siang takut nya dia sudah pergi.
Pagi pagi aku sudah berangkat ke rumah bang Arman, aku pamit kepada istri ku. " Dek pagi ini aku turun lebih awal dari biasanya", ucapku.
" Memang nya Abang mau ke mana ", tanya istri ku. " Mau ke rumah bang Arman, ada kepentingan sedikit", ucap ku menimpali.
" Kalau boleh tau kepentingan apa bang", tanya istri ku. " Ntar pulang dari sana Abang akan cerita kan", ucap ku kembali, dan istri ku seperti nya setuju aja atas pernyataan ku ini. Akhirnya aku pun pergi kerumah bang Arman, yang kebetulan rumah nya tidak begitu jauh dari rumah yang ku tempati sekarang, paling 10 menit sudah nyampai.
" Assalamualaikum.... Assalamualaikum.... Assalamualaikum.... Akhirnya ada juga yang membuka kan pintu, ternyata yang buka pinta kakak ipar ku kak Juwita, biasa di panggil kak Wita aja.
"Waalaikumsalam.... Oh kamu Rin, silahkan masuk, ada perlu apa pagi pagi ke rumah", ucap kak Wita. " Aku mau ketemu bang Arman kak ", ucap ku menjawab nya." Ada keperluan apa ya ", ucap kak Wita kembali.
" Tolong panggilkan saja lah kak, aku mau cepat ni , lepas ni aku harus pergi kerja lagi ", ucap ku menimpali.
" Oh iya lah ", kata kak Wita lalu pergi meninggalkan aku sendiri di ruang tamu dan memanggil bang Arman. Tak lama setelah di panggil Kak Wita akhirnya bang Arman pergi menemui ku.
"Oh kamu Rin, ada apa pagi pagi sudah ke sini ucap nya", seperti nya hanya basa basi, karena sejatinya dia tau apa tujuan ku menemuinya.
" Gini lho bang , masalah kemaren yang Abang nelpon aku, benar kah Abang mau menjual rumah itu ", ucap ku lemah.
" Iya Rin , rumah itu akan ku jual, sekarang kakak butuh modal untuk buka usaha lagi", ucap bang Arman.
" Tapi Bang bukan kah rumah itu kita sudah sepakat untuk aku tempati dan bang Arman sudah memberikan nya kepada ku" , ucap ku kembali. " Tapi sekarang pikiran ku sudah berubah ", timpal nya , dia kelihatan tentang sekali mengatakan nya, tanpa memikirkan perasaan ku.
" Aku mohon bang, jangan ambil dan jual rumah itu, apa yang harus kukatakan pada istri ku, selama ini aku mengatakan itu rumah ku, hasil jerih payahku", ucapku sangat sedih, "aku berharap bang Arman membatalkan niatnya untuk menjual rumah itu", ucap ku kembali.
" Tapi aku sudah terlanjur menawarkan nya, dan orang nya sudah setuju, malah aku sudah di kasih uang tanda jadi beli", jawab kak Arman.
" Tega sekali bang Arman pada ku ", ucapku kembali.
" Aku minta maaf Rin, karena aku perlu modal, dan kebetulan orang tersebut membeli dengan harga yang tinggi, kalau ku batal kan ini, aku bisa rugi besar, orang lain tak kan mau membeli harga tinggi seperti orang tersebut ", ucap bang Arman.
Kalau seperti itu , aku minta upah selama aku kerja dengan Abang selama 3 bulan yang tidak di bayar", ucapku sedih.
" Dan satu lagi aku membuat rumah itu selama 2 bulan juga tidak di bayar, karena Abang ingin menjual nya maka aku minta upah nya ", ucapku.
Ternyata kak Wita menguping obralan kami, dan langsung ikut mencampuri urusan ku dengan bang Arman.
" Oke kalau begitu, selama kamu menempati rumah itu aku juga minta uang sewa rumah", ucap nya dengan angkuh. "Berapa lama kamu menempati nya. Sebelum menikah kamu sudah menempatinya kan", ucap nya sambil mencibir.
" Tidak bisa seperti itu kak Wita, aku menempati nya itu karena rumah itu sudah di berikan pada saya " , ucapku dengan menahan emosi, aku sangat gemes mendengar kata kata nya dengan nada sombong nya.
" Ya udah gini aja, sewa rumah gak usah kamu bayar, tapi upah kamu membuat rumah itu kami juga gak bayar..... 3 bulan kamu kerja dengan Abang mu, di bayar separuh harga kuli aja ", katanya kak Wita, bang Arman hanya senyum senyum saja mendengar pernyataan istri nya, seperti nya dia sangat setuju dan sudah kompak dengan istri nya.
" Lho gak bisa gitu kak Wita, bang Arman ", ucapku emosi.
" Ya harus seperti itu lah, selama kamu kerja dengan kami, kamu kan kerja nya gak berat, hanya melihat lihat pekerja aja, satu kali pun kamu gak pernah ngaduk semen, malah makan kamu kami tanggung, kendaraan kami siapkan", ucap kak Wita kembali.
" Tapi kan kala itu aku di suruh jadi mandor kak, mana mungkin aku kerja kak, kerjaan ku bertanggung jawab atas pekerja lain nya ", ucapku emosi.
" Pokok nya rumah itu harus kamu kosong kan , sebelum pembeli nya datang", ucap kak Wita menegaskan. " Duitnya nanti aku kasih ke kamu apa bila, yang mau beli rumah tersebut bayar lunas ", ucap kak Wita kembali.
" Bang Arman jangan begitu lah, kita kan saudara ,masa Abang sekejam itu dengan saudara sendiri", ucapku memohon kepada bang Arman, aku masih berharap bang Arman mengubah keputusan nya.
" Uang itu gak kenal saudara Rin... dulu aku saat berkeluarga mulai dari nol semua nya, gak ada saudara yang membantu", ucapnya santai.
" Tapi bang, gimana aku harus nyampai kan ini pada istri ku, tentu aku malu sekali", ucapku lemah.
" Ya itu pintar pintar kamu lah nyampai kan nya, toh Rina sekarang sudah jadi istri mu, gak mungkin juga karena berita ini Rina meninggalkan mu kan ", ucap kak Arman santai, seperti tidak mau tau kesulitan ku.
" Aku dulu bekerja keras hingga bisa sukses seperti ini, masa kamu baru begitu saja sudah lembek ", ucap bang Arman menimpali.
" Tolong kosong kan rumah itu dengan segera, kami tidak tau pasti pembeli mau menempati nya", ucap kak Wita menegaskan.
Sombong sekali kak Wita dan bang Arman, mentang-mentang jadi orang kaya, aku kesel sekali pada mereka hari ini. Tapi aku juga tidak punya kekuatan untuk melawan, salah ku sendiri dulu nya, kenapa gak langsung buat sertifikat atas namaku saat mereka berbaik hati. Pantas banyak orang mengatakan , omongan itu gak bisa di pegang, hati orang bisa berubah rubah.
Lebih baik aku pulang ke rumah saja, aku gak mungkin bisa kerja kalau pikiran ku berkecamuk seperti ini. Aku minta izin saja dengan mandor di proyek kalau hari ini aku gak bisa kerja. Aku berhenti sebentar di pinggir jalan untuk minta izin tidak masuk kerja, dan sang mandor pun mengizinkan ku.
Setelah beberapa kurang lebih 10 menit perjalanan, nyampai lah aku di rumah, ku lihat istri ku sibuk dengan tanaman nya, hati ku tambah sedih melihat ini, aku gak tega mengatakan ini, tapi aku harus katakan", ucap ku menguatkan diri ku sendiri. Ku hampiri istri ku yang sedang membersihkan rumput rumput liar di tanaman nya cabek nya, kebetulan cabek nya sedang berbuah lebat sekali. Pantas saja malam tadi dia bilang hari ini mau panen cabek, ternyata lebat sekali buahnya. Biasanya cabek nya di titip ke bibi bibi penjual sayur, saat sudah pulang baru bibi menyerahkan uang nya ke istri.
Ku dekati istri ku.... ternyata gak sadar juga aku mendekati nya. " Sayang ... sayang ", ucap ku.
" Oh Abang, kenapa sudah pulang ", ucap nya heran. " Abang sakit kah ... sakit perut kah ..." ,ucap istri Ku , aku tetap diam.
" Ada apa bang ", ucap nya kembali ingin tau alasan ku.
" Sayang kita masuk ke dalam dulu yok... ada sesuatu yang harus Abang cerita kan dengan mu", ucap ku lemas. Akhirnya istri ku pun mengikuti ku masuk kedalam rumah, sebelum masuk , istri ku bersih bersih dulu di parit di depan rumah ku.
Aku menuju istriku di dalam, rumah ini belum mempunyai kursi, jadi aku duduk di lantai aja.
Istri ku masuk langsung mendekati ku. Tanpa basa basi langsung bertanya padaku, apa yang akan ku sampai kan, kelihatan dia tegang juga ingin tau berita yang ingin ku sampaikan.
"Berita apa yang ingin Abang sampai kan kepada ku", tanya istri. " Gini lho dek , rumah ini mau di jual ", ucapku tertahan, aku gak sanggup melanjutkan kalau yang mau jual bang Arman.
" Lho kenapa mau di jual bang, aku sudah betah di sini, Abang jangan bercanda lah", ucap istri ku. Aku terdiam lama setelah mendengar pernyataan istri ku, aku bingung mau mulai cerita dari mana. " Abang kenapa diam aja, tolong di jelaskan kenapa mau di jual aku perlu penjelasan", ucap istri ku kembali mendesakku. Lama aku terdiam kemudian aku melanjutkan percakapan ku.
" Dek sekali lebih baik bikin kopi dulu, Abang pengen ngopi ni", timpal ku... aku masih berpikir keras dari mana mau menyampaikan nya.
"Ini kopi nya bang", ucap istriku, tapi ku lihat raut wajah nya masih menunggu penjelasan ku. Akhirnya ku mulai pembicaraan tentang rumah ini.
" Dek rumah ini mau di jual bang Arman", ucapku pelan. " Lho kenapa bang Arman mau menjual nya, bukan kah ini rumah Abang....", kata istriku , seperti masih berharap penjelasan ku.
" Gini lho dek, dulu Abang pernah ikut kerja proyek dengan nya selama 3 bulan, selama 3 bulan aku tidak di gaji, kata bang Arman dia mau membantu ku membuat rumah, karena aku kan mau menikah. Akhirnya bang Arman membeli bahan nya, dan aku sendiri yang mengerjakan rumah ini. Aku tidak menyangka sekarang pikiran nya malah berubah dan ingin menjual rumah ini", ucapku lemas.
Istri ku hanya berdiam saja, seperti nya sangat kecewa mendengar berita ini.
" Kata nya kak Wita kita harus secepatnya mengosongkan rumah ini, karena orang yang membeli mau menempati ", timpal ku kembali.
Istri ku hanya diam saja mendengar berita ini, kulihat ada bulir bening keluar dari mata nya.
Akhirnya beberapa jam kami berdua diam membisu dengan pikiran masing-masing. Istri ku hanya baring baring di atas tempat tidur, aku lesehan di depan TV. Aku sengaja membiarkan nya sendiri.
" Ting.... Ting .... Ting...." , suara hp ku berbunyi.
Ku lihat ini nomer nya ibu, ada apa ibu menelpon, biasanya sangat jarang ibu menelpon ku pikir ku.
" Hallo... Assalamu'alaikum..." ucap ku .
"Walaalaikum salam....", ucap ibu ku menjawab.
" Ada Bu ..."ucapku kembali.
" Rinto...kata Arman rumah yang kau tempati mau di jual ya", ucap ibu ku, ternyata ibu sudah di beritahu oleh bang Arman.
" Iya Bu ", ucapku menimpali.
" Gini lho Rinto... sebaiknya kamu dan istri mu pindah ke rumah saja, toh di rumah ini masih ada kamar kosong kan, kan bekas kamar mu juga dulu nya", ucap ibu ku.
" Iya Bu ", ucapku kembali.
" Kamu bawa aja perabot di rumah mu, sewa pick up aja ya", kata ibuku menasehati ku.
" Iya Bu...", ucapku kembali.
" Ya udah ...ibu tunggu ya ", ucap ibu mengakhiri telpon nya.
Share this novel