Vania mendesah kecewa ketika melihat dosen yang masuk kedalam kelasnya bukanlah Gilang,melainkan dosen lain.sebenarnya kemana laki-laki itu.sudah dua hari ini Gilang tidak mengajar.apakah dirinya masih sakit???
Vania membuka aplikasi WhatsApp di hpnya,dilihatnya kembali chatnya kepada gilang yang dia Kirim dua hari lalu.ceklist nya masih berwarna abu-abu,itu tandanya Gilang belum membaca chat darinya.
"Ini orang kemana yah??kok dihubungi gak bisa sih??apa dia masih sakit??" Batin Vania.perasaan gelisah mulai menyelimuti dirinya lagi.
"Apa gue kerumahnya lagi aja ya??" Tanya gadis itu pada dirinya sendiri.
"Eh,jangan deh.nanti kejadian kemarin keulang lagi?" Pikirnya.
"Iiihh...ngapain juga sih gue khawatirin dosen dingin itu.dia kan bukan siapa-siapa gue??" Merasa kesal Vania pun memasukkan kembali hpnya kedalam tas dengan kasar.lalu mulai memfokuskan diri pada materi yang tengah dijelaskan oleh dosen pengganti Gilang.
==============
Gilang memijit pelipisnya berkali-kali.baru saja dirinya menyelesaikan beberapa berkas,kini sekertarisnya sudah kembali menyerahkan proposal yang harus dia tanda tangani.
Sial,baru dua hari lalu dirinya sembuh dari sakit.sekarang Gilang harus dihadapkan dengan pekerjaan kantor yang menumpuk.belum lagi dengan tugasnya sebagai dosen.aarrgghh!!!serasa mau pecah kepalanya.
"Pak Gilang??bapak baik-baik aja?" Tanya Dewi saat melihat wajah Gilang yang kelelahan.
"Saya baik-baik aja?" Jawab Gilang lalu menyerahkan proposal yang baru saja dia tanda tangani.
"Ada lagi yang harus saya tanda tangani?" Dengan cepat Dewi menggelengkan kepalanya.
"Bapak mau saya buatkan teh?" Tawar wanita itu.
"Tidak.terima kasih?" Ucapnya.
"Apa hari ini ada meeting dengan klien?" Gilang kembali melempar pertanyaan kepada sekretarisnya itu.
Sejenak Dewi membuka tabnya guna melihat list agenda bosnya pada hari ini.
"Untuk hari ini tidak ada pak?" Jawab Dewi cepat
Gilang mengangguk paham kemudian melihat jam ditangannya.ternyata sudah pukul sebelas siang.
"Saya harus kekampus.udah waktunya saya ngajar.tolong handle pekerjaan saya selama saya mengajar?" Titahnya.
"Baik pak?" Dewi mengangguk setelah itu keluar dari ruangan Gilang.
Melihat Dewi sudah keluar Gilang pun segera beranjak dari kursinya dan mengambil jas yang terlampir dikursi.sebelum pergi Gilang terlebih dahulu mengecek hpnya.sudah lama sekali dirinya tidak mengecek benda pipih tersebut karena sibuk bekerja.
Gilang terbelalak ketika melihat begitu banyak panggilan serta chat dari vania.tanpa berlama-lama lagi dia pun menelepon balik mahasiswi nya itu.
Sekali
Dua kali
Tiga kali
Tidak ada satupun panggilan yang diangkat oleh Vania.
==============
Vania berlari cepat menuju parkiran,ada sesuatu yang harus dia ambil di mobilnya.tanpa gadis itu sadari dibelakang ada seseorang yang mengikutinya sambil tersenyum penuh maksud.
"Aduhhh...mana sih dompet gue?" Vania mengecek bagian dashboard mobilnya tapi dompet tersebut tidak ada disana.kemudian gadis itu beralih ke bagian kursi dan bawahnya,namun lagi-lagi benda itu tidak ada juga.
"Apa dibelakang ya?" Vania kini pindah ke kursi bagian belakang.
Setelah beberapa menit mencari akhirnya dompet kesayangan Vania berhasil ditemukan.benda itu ternyata ada dibawah jok belakang kursi kemudi.
"Akhirnya ketemu juga nih dompet?" Sambil tersenyum senang Vania keluar dari mobilnya dan menutup pintu tersebut.namun saat dirinya berbalik badan Vania dikejutkan dengan sosok Dion didepannya.
"Astaga,Yon!!ngagetin aja sih loe!!" Ucap Vania kesal.
"Minggir!!" Vania hendak pergi tapi dengan cepat Dion menarik tangan gadis itu lalu mengambil paksa kunci mobil Vania.
"Masuk!!" Titah Dion dengan tegas setelah membuka pintu mobil tersebut.
"Gak!!!gue gak mau masuk!!apa-apaan sih loe!!!" Vania berusaha kabur namun Dion lagi-lagi berhasil menahannya.
"Gue bilang masuk!!" Dengan kasar Dion membopong tubuh Vania kemudian memasukkan gadis itu kedalam mobil.setelah keduanya sudah berada di dalam Dion langsung mengunci pintu mobil Vania.
"Yon...l-loe mau apa?!ja-jangan macem-macem?!" Vania beringsut kebelakang,menjauhi Dion yang terlihat mendekat ke arah nya.
"Tenang Vania sayang.gue gak bakal macem-macem kok.gue cuma mau ngomong sesuatu sama loe?" Ucap Dion dengan mimik wajah yang sulit diartikan.
"Loe mau ngomong A-apa?" Demi tuhan saat ini Vania merasa takut sekali dengan Dion.laki-laki ini terlihat menyeramkan di matanya.
Sejenak Dion menghela nafas panjang lalu menatap lekat manik mata gadis dihadapannya."Gue mau kita balikan lagi nia.gue masih sanyang sama loe?" Mendengar hal tersebut Vania langsung menggelengkan kepalanya dengan tegas.
"Harus berapa kali gue bilang sama loe yon.gue gak bisa balikan lagi.dan apa loe lupa kalau gue itu udah punya pak Gilang?" Ucap Vania.
Entah apa yang lucu,tiba-tiba saja Dion tertawa."Loe fikir gue bodoh,hm?" Dion menampilkan smirk nya.
"Maksud loe?" Vania tidak mengerti dengan perkataan Dion.
"Kalian berdua cuma pacaran bohongan kan?" Seketika gadis itu terkejut,bagaimana Dion bisa tau kalau dirinya dan Gilang hanya pura-pura pacaran.
"Kenapa??kaget ya??" Dion kembali menampilkan smirknya lalu mengelus lembut pipi Vania dengan punggung jari telunjuknya.
"Jangan sentuh gue?" Vania menepis kasar tangan laki-laki itu.
Dion tidak ambil pusing dengan aksi penolakan Vania.semenjak keduanya berpisah Vania memang selalu bersikap dingin kepadanya.
"Apa sih yang gak gue tau tentang loe,vania sayang?" Pandangan Dion teralih pada bibir berwarna pink milik vania.
Perlahan Dion mendekatkan wajahnya ke wajah vania.tapi dengan cepat gadis itu mendorong laki-laki dihadapannya hingga terjungkal.
"Jangan macem-macem Yon!!atau gue akan teriak!!" Tegas Vania.seketika laki-laki itu tertawa remeh.
"Mau teriak??silahkan??" Tantang Dion.
"Lagi pula siapa juga sih yang dengar teriakan loe??disini sepi sayang?" Untuk kesekian kalinya Dion menampilkan smirk nya dan itu membuat Vania semakin ketakutan.
Vania baru ingat bahwa dirinya memarkirkan mobil ini diparkiran yang agak sepi dan jauh dari jangkauan mahasiswa dan mahasiswi disana.
================
Tidak butuh waktu lama Gilang sampai di universitas tempat dirinya mengajar.setelah memasuki gerbang utama,Gilang langsung menuju parkiran untuk memarkirkan mobilnya.
Selama mencari tempat entah kenapa perasaan Gilang semakin tidak enak.pikirannya selalu tertuju kepada sosok Vania.Gilang mencoba kembali menghubungi gadis tersebut,namun lagi-lagi suara operatorlah yang dia dengar.
"Kamu kemana Vania?!kenapa telfon saya gak diangkat?!" Gilang mengacak rambut belakangnya frustasi.
Setelah mendapat tempat kosong Gilang segera memarkirkan mobilnya.dengan tidak sabaran dosen yang selalu bersikap dingin kepada para mahasiswa dan mahasiswinya itu keluar dari mobil kesayangannya.
Baru saja beberapa langkah gilang berjalan,tiba-tiba laki-laki itu mendengar suara seorang wanita yang berteriak minta tolong.
"Lepasin gue Yon!!!tolooongggg!!!!"
Deg
Suara itu...
Gilang sangat mengenali sekali suara wanita ini.
Ini seperti suara....
"Vania!!" Gilang bergerak cepat mencari sumber suara tersebut.
===============
"Yon,please!!!jangan lakuin ini ke gue!!" Vania terus berontak ketika Dion berusaha untuk mencium dirinya.
"Gak usah sok jual mahal nia!!gue tau,loe udah kasih tubuh loe ini kan ke pak Gilang supaya dia mau jadi pacar bohongan loe!!" Dion tidak perduli dengan aksi Vania yang terus memukulinya.laki-laki itu terus berusaha mencari celah supaya Vania berada dikukungannya.dan seeetttt...
Dengan sekali tarikan Dion menarik kedua kaki Vania,sehingga gadis itu kini dalam posisi rebahan di jok mobil.vania semakin histeris,dia berusaha bangun tapi dengan cepat Dion mengukungnya.
"Hei...jangan nangis sayang??" Dion mengusap buliran air mata yang keluar dari mata indah mantan kekasihnya itu.
"Please,,lepasin gue Yon?" Pintanya lirih.
"Sorry,tapi kali ini gue gak akan lepasin loe,nia?gue sayang sama loe?sayang banget?dan sekarang,gue mau jadiin loe milik gue SEUTUHNYA?!" Tangis Vania semakin menjadi saat tangan Dion berhasil membuka satu kancing bajunya.
"Pak Gilang???bapak dimana??tolong saya pak??" Ucap Vania dalam hatinya.entah kenapa gadis itu mengharapkan kehadiran Gilang disini untuk menolong dirinya.
Setelah berhasil membuka kancing atas kemeja Vania,kini tangan Dion beralih ke kancing baju selanjutnya.namun belum sempat dirinya membuka kancing tersebut tiba-tiba saja ada seseorang yang memecahkan kaca mobil dari luar.
"Brengsek!!!...apa yang kamu lakukan!!..."
Dengan cepat gilang membuka pintu mobil kemudian menarik kasar tubuh Dion keluar dari sana.vania yang merasa terkejut segera memposisikan dirinya duduk dan memeluk kedua kakinya ketakutan.
BUGH!
BUGH!
BUGH!
"Berani-beraninya kamu sentuh dia,hah!!" Gilang terus memukuli dion dengan membabi buta.dirinya tidak peduli siapa yang sedang dia pukul saat ini.
BUGH!
BUGH!
BUGH!
"Bangun kamu!!" ucap Gilang sambil mengatur nafasnya yang memburu.Ditatapnya Dion yang sudah terkapar tidak berdaya di hadapannya.wajah babak belur dan darah yang mengalir disudut bibir serta hidung Dion tidak serta Merta membuat Gilang puas.
Dalam keadaaan setengah sadar dion berusaha untuk bangun.diusapnya dengan kasar sudut bibirnya yang berdarah akibat pukulan Gilang tadi.
"Tunggu pembalasan saya pak?!" Dion melempar tatapan tajam kearah Gilang kemudian pergi meninggalkan parkiran dengan langkah yang tertatih-tatih.
Gilang menatap kepergian mahasiswanya itu.setelah memastikan orang tersebut sudah pergi dari sana Gilang segera menghampiri Vania.
"Kamu gak apa-apa?" Tanya Gilang penuh kekhawatiran.
Vania tidak menjawab,dirinya langsung memeluk dosennya itu dan menangis sesenggukan.
"Sstt...Tenang ya,kamu udah aman sekarang?" Gilang membalas pelukan Vania.diusapnya kepala serta punggung gadis tersebut guna menenangkannya.sesekali Gilang memberikan kecupan kecil di sisi kepala Vania.
Share this novel