Uno

Thriller Series 7758

"Semua sudah siap kan?" tanya Jessie yang baru keluar dari rumah sambil membawa satu tas yang digendongnya di punggung dan tas satunya yang lebih kecil. Jessica Vallerie Jóse Velez. Gadis cantik yang bersemangat dan menyukai petualangan. Berdarah asli Spanyol.

"Yah... Kalau barang barangku sih sudah siap dari kemarin" balas Calista. Berjalan menaruh barang barang bawaannya di dalam mobil van, bersama barang teman-temannya yang lain. Calista Vannia Thomas. Gadis cantik berdarah campuran antara Amerika dan Australia.

"Persedian makanan?" tanya Alex. Lelaki berumur 18 tahun yang selalu berurusan dengan kantor bimbingan konseling di sekolahnya. Alexander Ezra Smith. Lelaki berdarah asli Canada.

Tristan tertawa kecil, "Hahaha... Kalau urusan itu sudah ku siapkan" ucapnya. Alex mengacak rambut lelaki itu, "Aku memang beruntung mempunyai teman seperti mu" Tristan menjauhkan tangan Alex, lalu ia merapikan rambutnya kembali. Tristan Oliver Viniel Ovidente. Lelaki berdarah asli Italia.

"Tak ada yang ketinggalan lagi, kan? Ayo kita berangkat" ajak Netta. Gadis cantik itu memang tidak sabar untuk segera sampai di tempat liburan yang dibilang Calista. Lunnetta Andrea Vasquez. Gadis cantik berdarah asli Mexico.

"Jangan membuatku menunggu" Hoseok berdiri di ambang pintu van, menatap kelima temannya datar. "Ayolah... Jangan mengulur waktu" ucapnya lagi. Park Ho-Seok, lelaki yang berdarah asli Korea Selatan.

Netta tertawa kecil, "Ya ya ya... Jangan buat tuan Park Ho-Seok marah" ucapnya lalu masuk ke dalam van. Hoseok hanya menatap gadis itu tajam sementara Netta memeletkan lidahnya tanda mengejek.

Liburan musim panas tiba, enam sahabat ini memilih untuk menghabiskan liburan mereka di villa yang terletak di desa kecil yang jauh dari kota tempat mereka tinggal.

Keenam sahabat ini akhirnya berangkat dari kota mereka tinggal, menuju ke desa kecil tempat mereka berlibur.

"Hoseok, mobil ini sudah kau tune up sebelum kita berangkat?" tanya Netta pada Hoseok yang sedari tadi terdiam membaca novelnya.

Hoseok berdehem, "Kalau itu bukan urusanku, tanya saja pada Tristan"

"Semua sudah ku lakukan, bahkan aku membawa persediaan bensin" ucap Tristan lalu kembali fokus menyetir.

Diperjalanan yang seharusnya menyenangkan karena mereka berangkat tepat saat hari pertama musim panas, tapi hujan turun dengan derasnya saat mobil mereka melewati jalanan yang sunyi ke desa itu. Tristan terpaksa memberhentikan mobil van yang dikendarainya.

"Kok hujan sih? Ini kan summer" Lunetta yang duduk Calista. Lalu kembali terdiam menatap ke luar jendela. Derasnya hujan terpaksa membuat mereka berhenti.

menopang dagunya dengan tangannya sambil melihat keadaan di luar jendela.

"Hujan ya..." gumam Calista
lalu kembali terdiam menatap derasnya hujan di luar jendela.

"Kita berhenti dulu ya. Aku tidak dapat melihat karena hujan ini" Tristan angkat bicara. Hoseok dan Alex hanya mengangguk meng-iyakan.

"Berhenti sebentar sampai hujannya agak reda. Aku takut jika bahaya menimpa mobil kita saat hujan hujan begini" Alex angkat bicara.

Petir menyambar, seakan akan tak menginginkan kehadiran keenam sahabat itu. Siang hari berganti menjadi malam, tapi hujan belum juga reda atau menandakan akan berhenti.

Jessie berjalan ke arah Tristan lalu dengan manjanya menaruh dagunya di atas bahu Tristan. "Ini sudah tiga jam kita terjebak di sini. Tidak mungkin kan kalau kita harus menunggu sampai hujan reda? Ayolah aku sudah mengantuk" ocehnya. Tristan mengacak acak rambut putih blonde milik gadis itu, "Bagaimana pendapat kalian?"

"Aku sependapat dengan Jessie. Lebih baik kita jangan mengulur waktu" Hoseok berjalan ke arah sofa dan duduk tepat disamping Alex.

"Kasihan para gadis jika harus tertidur semalaman di dalam van di tengah hujan ini" timpal Hoseok.

Tristan mengangguk lalu mulai menjalankan van dengan kecepatan rendah. Melewati jalanan desa yang sepi, tidak terlihat ada orang orang yang keluar dari rumah rumah di desa itu. Hampir mirip dengan desa kosong tak berpenghuni.

"Papa! Awas!! itu ada...!" jerit Jessie berusaha mengambil alih kemudi dari tangan Tristan. Niatnya ingin memberhentikan laju mobil saat ia mihat sesosok anak perempuan yang membawa boneka, berjalan melintasi mobil mereka. Tapi saat gadis itu memalingkan wajahnya untuk melihat Tristan, sesosok anak itu menghilang.

"Kau kenapa?" tanya Tristan keheranan. Jessie yang tersenyum lalu menggeleng. Tristan memeluk tubuh Jessie saat gadis itu hendak kembali duduk, ia sangat khawatir dengan Jessie. Seperti ada yang disembunyikan Jessie darinya.

"Kau baik baik saja, Jess?" tanya Alex yang berdiri tepat di belakang tempat duduk gadis itu.

"Aku baik baik saja. Tenanglah" ucapnya. Jessie terus menundukan kepalanya tanpa melihat ke arah lain selain jari jari tangannya yang memainkan ujung rok.

"Kau yakin? Wajah mu sampai pucat begitu" timpal Hoseok. Dan sekali lagi Jessie menggeleng dalam diam.

"Qué he visto?"- Jessica Velez

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience