LOUIS menatap wajah Chomel.
"If you are not busy elsewhere, I would like to take you for a night spin in my 1970 classic Chevrolet pickup truck. Are you interested?" cetus Louis, seraya tangannya dikembangkan bagi menggambarkan besar truk yang dimaksudkannya itu.
"Yes, I'm interested. I would like that very much," Chomel menyahut. Sebuah senyuman terpalit di dua ulas bibirnya. Senyumnya manis. "That sounds great."
"Well, I always like a girl that's a good conversationalist."
BEBERAPA ketika kemudian, Louis meluncurkan Chevroletnya .
"Sorry I put you through that. I am truly grateful for your help." Tangannya kemas memegang celaga kemudi.
"Thought you might need a hand," ujar Chomel, ikhlas. "Who is Celine?"
"My sister," ujar Louis, cepat. "She used to be with the Nightstalkers."
Mata Chomel tajam memancar ke dalam mata Louis. Dia mengerutkan kening. Jiwa gadis itu penuh dengan persoalan dan teka-teki.
"Yeah, we used to be on the same team together," tambah Louis, perlahan.
Chomel mengangguk kepala.
"Why were they after Celine and her daughter or shouldn't I ask?" Chomel menuturkan pertanyaan itu.
"As difficulty as this is to accept, you're in the middle of a war that's raged for 1000 years. A blood feud between Vampires and Lycans." Louis menerangkan duduk perkara yang sebenar.
"Lycans?" soal Chomel, kebingungan.
"Werewolves," jelas Louis.
"Who started the war?"
"They did. Or at least that's what we've been led to believe. Digging into the past is forbidden."
Louis mengatur akal untuk menjelaskan segala-galanya kepada Chomel. Dia menyusur-galur segala peristiwa yang lampau. Dengan singkat dia menceritakan apa yang terjadi. Celine yang bertanggungjawab menghapuskan lycan kemudian memiliki perasaan cinta mendalam terhadap lelaki serigala jadian. Seterusnya membina ikatan yang berpanjangan.
"Love," ujar Chomel. Dilamun cinta suatu yang indah sepanjang hayat. "Love conquers all."
"The Nightstalkers is on her back. They're after her daughter Eve. The first pure-blood whose blood could end the war, became highly sought after by both Vampires and Lycans alike. Half-vampire, half-lycan, but strongest than both," jelas Louis bersungguh-sungguh. "And she can walk in the sun."
Chomel mengerling ke arah Louis.
Lepas itu Louis berkata, "Long story short, Celine retaliated, killed the Elder. The Elder Baron Von Leppe was a thousand years old when she spilled his blood. The oldest and the strongest of us. Those days, gone but not forgotten. It's unforgivable."
Berikutan kejadian itu segala-galanya berubah. Celine diburu oleh puak Nightstalkers untuk menamatkan riwayatnya.
"Suddenly allies turned enemies. The Nightstalkers she had once protected wanted her dead."
Sejak dari itu, kehidupan Celine mula berubah dalam situasi yang tidak pernah dibayangkan olehnya. Biarpun begitu, Celine tidak pernah putus semangat apatah lagi mendapat sokongan daripada abangnya itu.
"What happened after that?" tanya Chomel, sungguh-sungguh.
"Her only choice was to hid her daughter from the world and from herself so not even she could lead them to her," ujar Louis. "So I convinced Celine to give Eve up for adoption."
"How is she? Have you heard from her?"
"Celine? I spoke to her last week. She's still in a safe place."
"How is she holding up?"
"Oh, she'll be fine. Celine always... manages. So she's perfectly capable of handling any situation that comes up."
Suasana sunyi seketika. Masing-masing melayani perasaan dan fikiran sendiri. Sejurus kemudian Chomel menghela nafas panjang.
"Your war, it has nothing to do with me," kata Chomel, sinis. "I don't give a damn for lycans or for vampires either. Why should I? It's not my fight and you can go on with your life without any interference from me. It will be like I never existed."
"They'll kill you, just for helping me," pintas Louis, cepat. Terbetik kegusaran di hatinya.
"Am I considered the enemy?" tanya Chomel, ingin kepastian.
"You will be, if you remain unobliging. I'm sorry I got you involved."
"So what's the plan now?"
"I'm leaving New York. Disappear... no names, no occupations." Demikian tekad dan hasrat Louis sekarang. "That's what I intend to do."
"You want to disappear. Start fresh. Where would you go?"
"I hadn't quite decided. I suggest you do the same."
"Well, I have nothing to worry about, I'm sure," ujar Chomel, acuh tak acuh. "I can take care of myself."
Akan ditempuhinya segala kesukaran. Dia akan rempuh semua itu. Ditambah lagi dengan pendiriannya yang teguh. Tidak mudah digugah.
"Awfully sure of yourself. I truly hope you take this seriously."
Tiba-tiba telefon bimbit Louis berbunyi.
Chomel berkata, "I think that's your cell phone."
Louis mengeluarkan telefon bimbit dari dalam poket jaketnya.
"Hello, Louis. Louis, can you hear me?" Suara dari hujung sana kedengaran tidak sabar.
"Celine?" Louis mengenal suara itu.
"Listen to me. Listen very carefully. I'm in trouble. I'm in real trouble. I need your help," kata suara di hujung sana.
"It's nice to be needed."
"It's dangerous."
"I'd be disappointed if it wasn't."
"Lycans chasing me. How the hell did they know I was here?"
"Because you've lost your edge, Celine. I'll be there as soon as I can, okay?"
Vampire itu menoleh dan menatap Chomel.
"I've got kind of an emergency now. Celine is in some trouble," katanya kepada Chomel. "Where are you staying?"
"With a friend."
"Mabye you ought to go home."
"If it wouldn't be too much trouble. Can I come along?" kata Chomel dengan maksud sungguh-sungguh. "Got nothing better to do."
Louis ragu-ragu sesaat. "I won't deny there's some risk."
"What's life without a little risk?"
SEBUAH bangunan apartmen yang sedang-sedang saja besarnya. Sebuah bangunan setinggi lima aras. Celine senang menyewa apartmen tingkat atas kerana bisa melihat keluasan ke bawah. Sekitarnya pula sunyi sepi seolah-olah tidak berpenghuni dan dia menyukai kesunyian yang membawa perasaan damai dalam hati.
Dapur apartmen itu diterangi sebuah lampu memakai kap, yang tergantung di tengah langit ruangan. Seorang diri dalam apartmennya, Celine duduk di belakang meja dapur.
Celine mempunyai bentuk muka yang runcing dan hidung mancung. Dia kelihatan tenang. Dua pucuk pistol automatik dibuka dan diperiksa. Belum pernah digunakan dan masih terisi penuh dengan peluru perak.
Celine duduk bersandar. Selama beberapa detik dia duduk diam mendengarkan, jangan sampai terjebak. Dari kejauhan terdengar suara lolong anjing, dan suara seperti ambulans meraung yang makin lama makin menghilang, sunyi kembali.
Dia tetap duduk dan dengan teliti membersihkan kedua-dua pistolnya. Saat dirasakan berlalu dengan begitu perlahan, dan Celine merasakan bahawa, Louis mengambil masa yang lama untuk tiba ke apartmen itu.
PADA saat Celine berduduk diam, dia tidak mengetahui ada makhluk lycan masuk dari jendela kamar tidur. Masuk tanpa dijemput. Tubuhnya ditumbuhi oleh bulu-bulu yang kasar. Seperti halnya tokoh seram lycan dalam film Hollywood dan filem-filem horror lainnya.
Dalam kamar gelap, tapi lycan itu tak ubahnya seperti mata kucing berhasil menemukan pintu. Ketika dia mara tiga tapak ke hadapan, pintu kamar tidur itu tiba-tiba saja terkuak.
Tersembul Celine di muka pintu. Kedua belah tangannya telah bersedia untuk bertindak.
Vampire itu menyeringai kepada lycan yang berdiri di hadapannya. Dia mengacungkan kedua pistolnya, membidik dan melepaskan tembakan.
Lycan itu - Velkan Valerious namanya - bertubuh besar dan kuat. Meskipun mampu menahan tembakan pertama dan kedua yang mengenai dadanya tapi ketika peluru ketiga dan keempat menyambar, dia tak berdaya lagi. Lycan tersebut terhuyung-hayang memutar tubuh.
Celine kemudian melepaskan tembakan lagi. Lycan itu berputar melangkah mundur ke jendela yang terbuka, kehilangan keseimbangan badan dan jatuh ke bawah. Terlentang di atas jalan, tak bergerak.
Celine menerpa ke jendela, menyelak langsir dan merenung, menatap ke bawah. Keadaan di luar menyeramkan.
Kelihatan terdapat sepuluh makhluk lycan sedang memanjat naik menuju ke apartmennya. Suatu fikiran yang tidak menyenangkan timbul di otaknya.
Tanpa membuang waktu dia memutar tubuh dan berlalu dari kamar itu sambil mengetap bibirnya.
CELINE berada di suatu lorong yang menghala ke pintu lift. Dia menoleh ke belakang ketika mendengar suara pintu apartmennya kena terajang dari dalam dengan bunyi yang bising. Serpihan kayu pintu itu berterbangan.
Sebaik sahaja pintu itu dipecah, makhluk-makhluk lycan keluar menyerbu ke arahnya, merangkak di dinding dari kedua jurusan, kiri dan kanan seperti binatang yang ingin segera lepas lari ke luar dari kurungannya. Seolah-olah mereka akan menerkam Celine dari segala sudut.
Pada air muka Celine tidak menunjukkan rasa terkejut. Mukanya kelihatan begitu tenang. Dia berfikir cepat dan memasukkan kedua belah tangannya ke pistol yang bergayut di celah ketiak kiri dan kanannya.
Celine memutar tubuh, mencabut dua pucuk pistol automatik dari sarungnya. Senjata-senjata itu kini dipegangnya erat-erat.
Lantaran desakan semangat yang menggila, dia berlari ke hadapan. Muncung kedua pistol itu dibidik ke kanan dan ke kiri. Berterusan menyemburkan letusan ke arah lycan-lycan itu menurut gerak tangannya.
Ketika pelurunya habis, dia sudah sampai ke hujung lorong di mana terdapat sebuah jendela kaca. Si vampire menghantamkan tubuhnya ke kaca untuk menerobos ke luar.
Celine jatuh dari aras lima ke lorong belakang bangunan itu secara melutut sebelah kaki. Tubuhnya terbongkok. Bingkas dia terus berdiri tegak. Kemudian melihat ke sekitar seperti ada yang dicarinya .
Velkan Valerious yang terhumban jatuh dari jendela biliknya tadi kelihatan bergerak. Lycan itu bangkit berdiri, hatinya berapi-api dengan kemarahan.
Celine tetap berdiri di tempatnya, menggenggam kedua pistolnya. Bersedia menghadapi segala kemungkinan. Sedikit pun dia tidak merasa takut dan gentar.
"Damn it, I'm out!" katanya sendirian dengan cemas setelah menyedari dia kehabisan peluru. Dia menjangkau peluru yang tersimpan di dalam saku jaketnya. Pistol-pistol itu diisinya peluru.
Share this novel