Rate

BAB 4

Drama Completed 255

Aku melangkah pulang. Aku tak perlu lagi mengecek keadaan Saprin. Aku
yakin, ia pasti baik-baik saja. Lagi pula hari mulai sore. Ayah juga
pasti sudah pulang dengan membawa duit sepuluh juta. Aku kasihan melihat
Ayah , tapi mau bagaimana lagi. Semua sudah terjadi. Untuk ke depannya,
kuharap aku dapat mencegah dirinya dari perkelahian lagi. Kalau soal
sepuluh jutanya, tanpa mengurangi kemunafikan, aku pasti senang sekali.
Dapat pergi ke kampus dengan naik motor baru, dan dapat menjelajah dunia
maya dengan ponsel pintar terbaru. Wah, siapa coba yang tidak
menginginkan itu? Materi boleh miskin, tapi jiwa harus kaya.

Setiba di rumah, tak kudapati pemandangan Ayah sedang bergembira ria
dengan duit sepuluh juta. Malah, ia tak berada di rumah! Dimana Ayah ?

“Dev…”

Itu suara Saprin!

“Saprin!”

Aku langsung bergegas menuju pintu depan di mana Saprin telah tersungkur
dengan wajah babak belur di situ. Ia merintih kesakitan. Ternyata
dugaanku yang menduga ia bakal baik-baik saja salah.

“Syukurlah dugaanku benar. Kau berada di rumah dengan selamat sentosa.
Aku berhasil menyelamatkanmu. Dan aku pasti berhasil mendapatkan sepuluh
juta lagi besok di pengadilan!”

Ia berusaha berbicara sejelas mungkin. Aku hanya dapat membelai rambutnya
dengan perasaan haru dan sedih yang mendalam.

“Kau bilang tadi, lagi!? Berarti kau pernah… ”

“Kemarin siang, ayah kamu mengacung-acungkan pisaunya ke arah mataku.
Bahkan ia juga sempat memukul perutku. Tentu saja aku berusaha
melindungi diri dengan cara memberinya pelajaran. Dia pikir dia yang
bakal menang di pengadilan Balai Desa tadi pagi kerana lukanya yang
sangat parah, padahal di peraturan disebutkan bahwa yang memancing
keributan yang dijerat denda. Kan aku tidak mungkin memukulnya jika ia
tidak mengancam nyawaku. Dan kini, sudah pasti aku menang di pengadilan
besok. Kerana aku melindungi seorang gadis cantik.” Ia terkekeh seraya
menahan rasa sakitnya.

Pikiranku langsung kacau, seperti diaduk-aduk. Tiba-tiba, Pak RT dengan
nafas tersengal-sengal datang dari luar menghampiriku.

“Devi, ayah kamu kepergok mencuri lembu Pak Legi dan kini ia sedang
dikeroyok warga!”

Saprin langsung menggelengkan kepalanya dengan menyengir. Aku tak tahu
apa yang ada di pikiran Ayah .

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience