Part 5 - Ujung Kematian

Fantasy Completed 196

Jam setengah sembilan malam di Stasiun Serpong, Stasiun malam ini sangat sepi,tempat ini menjadi sepi karena ulah Ramza dan Peter yang telah membunuh Budi jam delapan tadi.

Mereka berdua membunuh Budi karena dia memiliki tato di kulitnya.

Ya wajar saja dia di bunuh, karena setiap orang yang melakukan kesalahan pasti akan ada balasannya yang berupa hukuman, di mata Ramza dan Peter kesalahan Budi adalah memakai tato di tubuhnya, menurut organisasi THE BLUE SKY orang bertato adalah sampah yang harus di bersihkan, karena rata-rata pengguna tato itu suka mabuk-mabukan dan merampas barang orang lain dengan kekerasan.

Karena itu di Stasiun Serpong hanya terlihat mereka bertiga. Yaitu Fazz, Jet dan Ramza, sedangkan Peter pergi mencari tempat sampah untuk membakar mayat Budi.

Noda darah di lantai sudah tidak terlihat lagi karena Ramza telah membersihkannya dengan mengguyurnya dengan air dan sedikit mengepelnya.

"Sepertinya kau berbakat, hebat juga kau bisa membersihkan darah yang segitu banyaknya.."

"Berbakat?" ucap Ramza tidak terima dibilang seperti itu.

"Fazz sebenarnya kau mau kemana?" tanya Ramza.

"Sebenarnya aku ke sini hanya menemani Jet menunggu kereta."

Lalu Ramza melongo ke arah Jet yang berada di samping Fazz.

"Jangan menatapku Anjing!" ucap Jet tidak suka di perhatikan.

Karena kaget Ramza lekas mengalihkan pandangannya ke depan.

"Fazz ajarkan temanmu itu sopan santun." ucap Ramza sedikit kesal.

"Dari dulu sifat dia memang seperti itu, dulu juga dia pernah hampir dibunuh Kasumi karena kata-katanya yang kasar."

"Ka,, Kasumi katamu!" setelah mendengar nama Kasumi wajah Ramza menjadi merah pertanda ia memiliki rasa kepada Kasumi.

"Ya, untung saja saat itu aku memisahkan mereka sebelum Kasumi mengaktifan kemampuan Death Eyes-nya."

"Matanya itu.. sangat indah sekaligus mengerikan," ucap Ramza jantungnya berdebar kencang hanya dengan membicarakannya. "Sekarang kabar dia gimana?"

"Entahlah, sepertinya dia baru saja kembali dari Jepang," terang Fazz.

"Dari Jepang?! Aku tidak tahu dia pergi ke Jepang, memangnya ada perlu apa dia pergi kesana?"

"Hmm.. Katanya sih, ada urusan keluarga."

***

Tidak lama kemudian Peter akhirnya datang, seperti biasa dia berjalan dengan memasang wajah mengantuk seperti orang mabuk.

"Lama tidak berjumpa Fazz." Sapa Peter lalu ia duduk di samping Ramza.

Fazz hanya diam tidak menyapa balik Peter, ia hanya memerhatikan wajah Peter yang mengantuk.

"Kau terlihat mengantuk?" tanya Fazz.

"Ya akhir-akhir ini aku kurang tidur."

"Pantas..."

"Peter memang seperti itu dari dulu, ngomong-ngomong kau buang kemana mayat 'anjing dekil' tadi?"

"Karena di sekitar sini tidak ada tempat sampah kulempar saja dia ke anjing-anjing yang kelaparan."

"...Peter kenapa kau membunuh?" tanya Fazz yang dari tadi terus memerhatikan wajahnya.

"Aku hanya ingin membersihkan 'sampah'."

"Sampah?" tanya Fazz penasaran.

"Maksudku kaum biadab seperti koruptor, Pencuri, Pembunuh berantai dan sebagainya," jelas Peter.

Jet tersenyum menahan tawa setelah mendengar penjelasan Peter yang seperti 'menelan ludah sendiri'.

Ramza merasa kesal menyadari Jet yang menahan tawanya.

"Apa yang dia tertawakan?" batin Ramza kesal.

Tidak lama kemudian kereta komuter yang di tunggu akhirnya datang, dan akhirnya Fazz pun pamit kepada Jet.

"Jet, aku pulang duluan."

"Yes sir!"

Para penumpang keluar berhamburan, dan tidak lama kemudian mereka berlari tunggang langgang setelah melihat kehadiran Ramza dan Peter.

"Fuh.. orang-orang bertingkah aneh," ucap Jet heran.

*Bruk!* seorang wanita hamil tidak sengaja menyenggol Jet.

Kesal, Jet menjenggut rambut wanita hamil yang menyengolnya lalu ia gorok lehernya dengan Pisau sebesar golok. "Maaf reflek!" ucap Jet sambil menggorok wanita itu layaknya menggergaji batang pohon.

"Apanya yang reflek?.. jelas-jelas kau memotongnya secara sengaja," ucap Peter.

"Peter bapak botak itu! Kuserahkan dia kepadamu!!" ucap Ramza kepada Peter.

"Kenapa?" tanya Peter.

"Gigi dia reges!"

"Reges?! Oh... dia pecandu narkotika jenis Polo ya!" ucap Peter lalu ia mengeluarkan katana dari sarungnya. "Baiklah akan kucincang dia!"

Dengan kecepatan penuh Peter berlari mengejar orang botak yang di maksud, lalu ia melompat dan membelah kepala si botak menjadi dua bagian.

Peter tidak bisa menahan tawanya saat melihat si botak masih bisa berjalan saat kepalanya terbelah.

"Ha..ha..ha.. kau sangat menjijikan, baiklah dengan Pedang Sekai no Kiba ini aku akan mengakhiri penderitaanmu!"

Lalu dengan sigap Peter menusuk punggung si botak hingga menembus jantungnya.

*JRASH!!*

Darah mengalir deras dari punggung si botak, lalu leher si botak yang tidak ditebas oleh Peter tiba-tiba terbelah dengan sendirinya.

"Hya ha ha ha....! Inilah yang di namakan dua serangan dalam satu tebasan!" rasa kantuk Peter tiba-tiba saja menghilang.

Lalu Peter memasang kuda-kuda menyerang dan setelah itu ia menebas tubuh si botak berkali-kali dengan kecepatan melebihi suara.

*Zrash!!* Dengan kecepatan tebasan yang sangat tinggi tubuh si botak terpotong-potong hingga sekecil debu hanya dalam waktu tiga detik.

Jet yang melihat aksi Peter merasa takjub sekaligus takut. "Mu..mustahil!? Kekuatan macam apa itu!?"

"Jangan remehkan kecepatan tangan Peter, bahkan dulu dia pernah mengalahkan monster api Behemoth yang katanya abadi itu!"

Setelah mendengar penjelasan Ramza, Kaki Jet mulai bergetar, ia sangat ketakutan hingga menjatuhkan lutut dan kopernya ke lantai Stasiun. "Behemoth? Anjing, aku terlalu meremehkan mereka, tidak kusangka THE BLUE SKY sekuat ini!" batin Jet ketakutan.

Setelah puas membantai puluhan orang dengan tuduhan menyimpang mereka bertiga pun akhirnya masuk ke salah satu gerbong kereta.

Akan tetapi masinisnya telah kabur saat Peter dan Ramza sedang asik membantai orang-orang yang diduga menyimpang.

Ramza yang telah mengetahuinya bergegas pergi ke ruang kemudi kereta untuk mengendarainya, sedangkan Peter dan Jet tidak beranjat dari tempat duduknya.

Dengan berbekal sedikit pengetahuannya tentang kereta, Ramza akhirnya berhasil menjalankan kereta yang memiliki tujuh gerbong itu, yah walau berjalan dengan tersedat-sedat.

"Keretanya jalan?!... Aku tak menyangka Ramza bisa mengendarai kereta," batin Peter yang masih di gerbong kereta bersama Jet.

"Sepertinya kalian sangat ditakuti oleh masyarakat," ucap Jet kepada Peter.

"Ya, Me... ekh! Menghilang!?"

Peter terkejut melihat Jet yang menghilang begitu saja di hadapannya.

"Kemana dia?!" Peter menoleh ke segala arah untuk mencari Jet.

"Kopernya masih ada di sini, Ja.. jangan-jangan!"

Peter lekas mengambil koper tersebut, akan tetapi, Koper hitam berisi ribuan paku payung tersebut akhirnya meledak dengan ledakan yang sangat besar bahkan bisa menghancurkan seluruh gerbong kereta.

Walaupun ledakan bom tersebut berlangsung singkat hanya lima detik akan tetapi dampak kehancurannya sangat besar. Kebisingan suara dari ledakan tersebut cukup membuat telinga orang-orang yang berada di sekitarnya berdengung bahkan tuli. Dan angin dari ledakan bom membuat rumah dan benda di sekitarnya hancur berterbangan, bahkan Fazz yang menonton dari kejauhan ikut terkena angin ledakan hingga membuatnya terkapar di bebatuan rel kereta.

"Ukh..." tubuh Fazz di penuhi luka yang cukup parah dengan banyak darah di sekujur tubuhnya, di dadanya terdapat banyak lubang dan darah mengalir akibat terkena hantaman puluhan batu kerikil, sedangkan sebuah roda besi menembus dan bersarang di perutnya.

"Ohok!..." Fazz memuntahkan darah dari mulutnya. "Nafasku berat... sulit sekali untuk bernafas! Aku tak menyangka batu-batu kerikil di sekitar rel bisa mengenaiku, ukh perutku juga mati rasa dan terasa dingin, apakah aku akan mati di sini?" Ucap Fazz dalam hati dengan nafas berat.

"Fazz!!!" Tiba-tiba entah dari mana Jet datang menghampiri Fazz dengan wajah panik.

Jet segera merangkul punggung Fazz dan setelah melihat Fazz yang di penuhi luka dan lubang yang mengerikan di tubuhnya Jet tidak bisa menahan tangisnya.

"Fazz kau baik-baik saja?!"

"Pertanyaan bodoh... sial bahkan aku tak sanggup untuk berbicara." Ucap Fazz dalam hati.

"Fazz!! Fazz!!! Jawab aku Fazz!!!" Ucap Jet menggoyang-goyangkan tubuh Fazz.

Tidak lama kemudian Fazz tersenyum dan menutup matanya. "Terima kasih Jet, tapi sepertinya aku akan segera bertemu dengan Yui, fuh... padahal aku baru sa..." dan akhirnya Fazz menghembuskan nafas terakhirnya dengan senyum kedamaian yang menantikan keabadian.

Jet menangis histeris setelah merasakan jantung Fazz berhenti, baginya Fazz adalah satu-satunya sahabat yang dia punya dan satu-satunya orang yang mengakuinya walaupun ia adalah pembunuh berantai.

"Zraaaasssshhhh...." Alampun menangisi kepergian Fazz dengan menurunkan hujannya. Namun, tiba-tiba...

*DUAR!!!*

Ada sebuah ledakan berwarna biru di tengah kobaran api bekas ledakan, Jet segera berdiri melihat ledakan aneh tersebut.

"Apa itu?!..." Jet segera melap air matanya, lalu ia mengeluarkan pisau sebesar golok dari sarungnya.

*Bwush!!*

Pisau tersebut memancarkan cahaya berwarna kuning.

Lalu, tiba-tiba Jet melihat air hujan seperti terbelah oleh sesuatu, Jet yang merasakan firasat buruk segera tiarap.

Tidak lama kemudian, di belakang Jet mobil-mobil yang berhenti di tengah rel kereta tiba-tiba saja terpotong beserta dengan orang-orang di dalamnya, lalu mobil- mobil yang terpotong tersebut meledak karena kebocoran bensin.

"Luar biasa,, apa itu angin?! Mustahil!!"

Jet segera berdiri lalu berlari menghampiri cahaya biru yang berada di tengah kobaran api. "Fu.. Fu.. Fu.. Kebetulan!! aku sudah lama tidak membunuh orang!!"

*Bwush..!!*

Hembusan angin menyingkap kobaran api yang sangat besar dan ternyata orang di balik cahaya biru itu adalah Ramza dengan aura birunya yang bercahaya. (Catatan: aura biru yang dimaksud bukan Aura abal-abal kaya di foto aura melainkan wujud dari energi roh Ramza yang tak terbatas, Penulis)

"Ra..Ramza!" ucap Jet.

"Mati kau.."

Ramza menghampiri Jet dengan kecepatan sangat tinggi hingga tidak terlihat oleh mata, lalu Ramza memukul Jet dengan kekuatan hantaman yang sangat besar.

Akan tetapi Jet berhasil menghindar dengan jurus teleportnya, lalu Jet muncul di belakang Ramza lalu ia melemparkan pisaunya yang memancarkan cahaya kuning.

*Greb!!*

Dengan mudahnya Ramza menangkap pisau itu tanpa menoleh ke belakang.

"Jangan meremehkanku Jing!!" tiba-tiba dari belakang, Peter menusuk punggung Jet dengan katana hingga menembus dadanya.

"Ukh... Sialan!!" Ucap Jet kesakitan, lalu setelah melepaskan diri dari tusukan Katana, Jet menghilang dari pandangan Peter dan dalam sekejap Jet berada di samping Fazz yang tak bernyawa dengan jurus teleportasinya.

"Ohok!!" Jet muntah darah. "aku terlalu meremehkan mereka." Ucap Jet memegangi luka di dadanya.

Continued in Darkness Entity...

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience