Bab 9

Romance Series 13684

Vania baru saja keluar dari minimarket.sebelum masuk ke dalam mobil,Vania mengecek kembali belanjaan yang dibelinya.

"Obat,udah.susu,udah.air mineral,udah.cemilan,udah.kayaknya udah semua deh?" Setelah memastikan semuanya sudah terbeli Vania pun segera pergi dari minimarket.Sekitar sepuluh menit gadis itu pun sampai dirumah gilang.

Sejak pagi tadi Vania memang belum pulang dari rumah dosennya itu.dia takut jikalau kondisi Gilang kembali drop dan membutuhkan dirinya lagi.maka dari itu Vania pun memutuskan untuk tetap disana beberapa jam.

"Kamu abis ngerampok minimarket?" Tanya Gilang saat Vania masuk kedalam kamarnya dengan membawa begitu banyak kantong belanjaan.

Vania terkekeh lalu menaruh barang belanjaannya di sofa tidak jauh dari ranjang Gilang.

"Jangan ngomong gitu pak.ini semua kan kebutuhan bapak?" Ucap Vania sambil mengeluarkan beberapa belanjaannya dari kantong.

"Termasuk cemilan itu?" Gilang menatap tidak percaya beberapa kantong plastik yang berisikan cemilan full.

"Yes?" Jawabnya santai.

Gilang yang masih dalam keadaan posisi duduk menyandar di atas ranjang hanya bisa menggelengkan kepalanya.sebenarnya Vania menginginkannya sembuh atau menginginkannya sakit lagi.membeli makanan berbahan pengawet sebanyak itu untuk dirinya.

"Saya tau bapak itu orangnya pilih-pilih makanan.tapi gak ada salahnya kalau pak Gilang nyobain cemilan yang saya beli ini?" Vania baru mengetahui dari BI Surti kalau ternyata Gilang adalah orang yang selektif dalam memilih makanan.dosennya itu penganut konsumsi empat sehat lima sempurna.

"Apa enaknya makan makanan yang ada pengawetnya?" Ucap Gilang dengan pasang mata yang fokus memperhatikan gerak-gerik Vania dari atas ranjang.

Tangan Vania bergerak mengambil salah satu Snack kentang yang dibelinya tadi,lalu membukanya tidak sabaran.dengan langkah santai,mahasiswi berumur 19 tahun itu berjalan mendekati ranjang Gilang.

"Aaaa" Vania menyodorkan dua keping Snack kentang rasa keju kedepan mulut Gilang.

"Saya gak mau Vania?" Tolak Gilang kemudian menyingkirkan tangan gadis itu dari hadapannya.

"Dicoba dulu pak?" Vania tidak putus asa,dia pun kembali menyodorkan makanan kepada Gilang.

"Vania...."

"Pak Gilang...."

Satu helaan nafas panjang keluar dari mulut gilang.gadis itu terus-terusan memaksa dirinya.mau tidak mau Gilang membuka mulutnya dan memakan makanan yang diberikan oleh vania.perlahan laki-laki itu mengunyah makanan didalam mulutnya,meresapi cita rasa dari makanan tersebut.

"Gitu dong?" Vania tersenyum senang melihat Gilang memakan Snack yang disodorkannya.

"Enak kan?" Tanyanya.

"lumayan?" Gilang menarik kedua sudut bibirnya kebawah.rasanya tidak terlalu buruk.

"Eh,bapak mau kemana?" Tanya Vania ketika melihat Gilang Hendak beranjak dari ranjang.

"Saya mau mandi.gerah...?" Jawabnya.

Dengan cepat Vania menghadang gilang lalu menggerakkan jari telunjuk berkali-kali.menandakan dirinya tidak setuju dengan keinginan Gilang.

"Jangan mandi dulu.suhu badan pak Gilang masih hangat.lebih baik pak Gilang ganti baju aja?" Saran Vania setelah mengecek suhu tubuh Gilang dengan punggung tangannya.

"Tapi saya gerah Vania?" Gilang mencoba berjalan ke arah lain tapi Vania kembali menghadangnya.

Tuk

Tiba-tiba Sebuah sentilan diberikan Vania ke kening Gilang,membuat si empunya mengaduh kesakitan.

"Vania!!kamu apa-apa sih!!kok malah nyentil saya!!" Gilang mengusap keningnya.tidak bohong,sentilan Vania tadi sangat kuat hingga keningnya terasa sakit sekali.dasar mahasiswi kurang ajar!

"Lagian bapak.udah tua susah banget dibilangin!!" Ucap Vania kesal.

Gilang melotot.apa kata Vania tadi,TUA.oh shit!!tua dari mana??Gilang masih kepala dua,ingat itu!

"Saya belum tua vania.umur saya masih 25 tahun?!" Balas Gilang tidak terima kalau dirinya dibilang tua oleh Vania.

"Tetep aja.bapak lebih tua dari saya?" Vania menjulurkan lidahnya mengejek Gilang.

"Stop bilang saya tua Vania?" Peringat Gilang lagi.

Namun Vania terus mengejek Gilang tanpa ampun.bahkan tertawa terbahak-bahak didepannya.hingga akhirnya....

SSEETTT

Gilang menarik pinggang Vania dengan cepat,membawa gadis itu kedalam dekapannya.vania terkejut bukan main atas aksi Gilang ini.beruntung kedua tangan Vania berada di depan dadanya,sehingga dada keduanya tidak saling bersentuhan.

Gilang menatap Vania begitu juga dengan gadis tersebut.keduanya kini terdiam memandangi satu sama lain.

Deg!

"Oh,God!!..apa yang terjadi dengan hamba mu ini.kenapa setiap kali deketan sama pak gilang jantung ini jadi deg-degan gak karuan.dan mata itu....kenapa selalu buat gue nyaman?" Batin Vania.

"Mmm...pak Gilang?" Vania berusaha melepaskan pelukan Gilang.

"Saya gak akan lepasin kamu.sebelum kamu minta maaf sama saya?" Pinta Gilang,menunjukkan smirknya.

Glek!

Vania menelan saliva nya dengan kasar.shit!!..cobaan apa lagi.kenapa wajah Gilang semakin tampan dimatanya.ingin rasanya Vania membelai wajah Gilang.

Kini debaran jantung Vania terasa semakin kencang.dia berharap semoga saja Gilang tidak mendengar suara debaran jantungnya ini.

"O-oke.saya minta maaf?" Entah sudah keberapa kali Vania mengumpat didalam hatinya,saat ini dirinya benar-benar dibuat tidak fokus dengan ketampanan Gilang.

"Janji?" Vania menganggukkan kepalanya cepat.

"Iya,saya janji?" Gilang tersenyum lebar.

"Sekarang bisa lepas saya pak?" Bukannya melepaskan Gilang justru semakin mempererat pelukannya dan menatap lebih intens Vania.

"SIAL!!!...APA YANG KALIAN BERDUA LAKUKAN!!!"

Secara bersamaan Vania dan Gilang menoleh ke arah sumber suara.dan betapa terkejutnya mereka saat melihat sosok Adnan tengah berdiri di ambang pintu.

"Kak Adnan?" Sekuat tenaga Vania mendorong tubuh Gilang,hingga akhirnya pelukan itu pun terlepas.

"Nia kamu??' Adnan menatap kedua insan itu secara bergantian.

"Gak kak.ini gak seperti yang kakak pikirkan.aku sama pak Gilang...-"

"Kalau masuk itu ketok pintu dulu!!" Ucap Gilang memotong perkataan vania.tidak lupa dirinya melemparkan tatapan tajam kearah sahabatnya itu.

"Biasanya juga gue tinggal masuk aja!!" Jawab Adnan yang juga melempar tatapan tajam kepada Gilang.

"Ngapain loe Dateng kesini?!" Tanya Gilang dengan nada kesalnya.

"Nia,bisa kita bicara dibawah?" Adnan sama sekali tidak memperdulikan pertanyaan gilang.dia hanya terfokus kepada sosok wanita di depannya.

"I-iya kak?" Sambil tertunduk lesu gadis itu mengikuti langkah adnan.

Gilang hendak mengikuti mereka namun Adnan dengan cepat memberikan instruksi kepada gilang untuk diam ditempat.

===============

Adnan dan Vania sudah berada di ruang tamu.keduanya tampak duduk berdampingan disofa panjang berwarna cream.adnan duduk dengan posisi miring menghadap vania.sementara gadis itu duduk lurus menghadap meja didepannya.

Sudah lima menit keduanya terdiam tanpa kata.adnan terus menatap Vania,lain halnya dengan gadis itu.vania justru tidak berani melihat adnan.dia hanya tertunduk diam sambil memainkan jemari tangannya di zatas paha.

"Jadi,bisa kamu jelasin.kenapa kamu bisa ada disini?" Tanya adnan penasaran.

Bagaimana tidak,niat hati Adnan mendatangi rumah Gilang untuk menjenguk sahabatnya itu.namun setelah sampai,Adnan malah dibuat terkejut dengan kehadiran Vania.Dan yang membuatnya syok lagi adalah ketika mendapati Vania dan Gilang sedang berpelukan di dalam kamar. Ada hubungan apa antara mereka??

"Aku tadi itu...." Vania menceritakan semuanya kepada sahabat Gilang itu.adnan pun mendengarkan dengan seksama cerita vania,mulai dari Gilang yang menelponnya pagi tadi hingga kejadian dirinya dipeluk oleh Gilang.

"Jadi gitu kak ceritanya.kak Adnan jangan salah paham ya.aku sama sekali gak ada hubungan apa-apa kok sama pak Gilang?" Jelasnya

Adnan menarik kedua sudut bibirnya,menciptakan senyuman yang manis.membuat pemuda itu terlihat semakin tampan.

Satu sisi Adnan merasa senang melihat kedekatan Gilang dan vania.itu tandanya gilang mulai membuka hati untuk perempuan.namun disisi lain Adnan merasa cemburu.karena jujur,sampai detik ini Adnan masih menyimpan sedikit perasaan kepada vania.

"Lagi pula siapa juga yang suka sama kulkas?" Adnan menaikan satu alisnya,dia bingung dengan kata kulkas yang dilontarkan oleh Vania.

"Kulkas?" Ucap adnan.vania mengangguk kemudian merubah posisi duduknya menghadap Adnan.

"Iya,kulkas.soalnya pak Gilang itu datar plus dingin.mirip banget sama kulkas?" Seketika tawa Adnan langsung pecah.diikuti Vania setelahnya.

"Kamu itu ada-ada aja ya.masa dosen kamu dibilang kulkas sih?" Adnan menarik gemas hidung mancung Vania.

"Biarin aja.emang gitu kok.pak Gilang itu selain kulkas dia juga -"

"Nyebelin?" Potong Adnan.lagi-lagi gadis itu menganggukan kepalanya.adnan melempar senyum kepada Vania dan dibalas tidak kalah manis olehnya.

"Lalu bagaimana dengan aku.apa aku masuk dalam daftar kriteria laki-laki yang kamu sukai?" Ucap Adnan tiba-tiba,membuat senyuman diwajah Vania perlahan memudar.

"Kak??" raut wajah Vania berubah menjadi datar.

"Oke,baby.jangan dijawab.aku udah tau jawabannya apa.pasti TIDAK?" Ucapnya.

Sebenarnya Vania tau jika Adnan masih menyimpan perasaan kepadanya,hanya saja gadis itu pura-pura bodoh.tidak ada yang salah dengan sosok adnan.laki-laki itu justru sangat sempurna dimatanya.adnan merupakan sosok yang tampan,baik,pengertian dan pintar.tapi balik lagi,ini menyangkut soal hati.saat ini Vania hanya menganggap Adnan sebagai seorang kakak tidak lebih.

"Kamu tau,setiap hari aku berdoa sama tuhan.aku selalu meminta kepadanya supaya aku bisa mendapatkan wanita seperti kamu.wanita yang cantik,baik,lucu dan menggemaskan.ah,sial!!!membayangkan laki-laki beruntung yang mendapatkan hatimu aja udah buat aku cemburu,vania.ingatkan aku untuk menghajarnya nanti ya?" Vania terkekeh melihat ekspresi marah yang dibuat-buat oleh Adnan.

Disaat Vania dan Adnan tengah asyik mengobrol datanglah Gilang dengan setelan kaos oblong berwarna putih dan celana training berwarna hitam menghampiri mereka.

Sepertinya Gilang menuruti apa yang diperintahkan oleh Vania tadi.dia tidak mandi,hanya mengganti pakaiannya saja.terlihat dari raut wajahnya yang masih belum fresh.

"Asik banget kayaknya.lagi ngobrolin apa?" Tanya Gilang lalu mendaratkan bokongnya di sofa yang ada disamping kedua orang tersebut.

Keduanya langsung menoleh ke arah Gilang.untuk kesekian kalinya Vania dibuat terpana dengan penampilan dosennya itu.meski dalam balutan pakaian santai namun Dimata Vania Gilang terlihat sangat gagah.

"Kepo?!" Jawab ketus Adnan.

Gilang berdecak kesal.ingin sekali dirinya melempar Adnan dengan bantal sofa."sialan loe?!gue tanya baik-baik?!" Ucap Gilang ngegas.kini Gilang melihat ke arah Vania,ternyata gadis itu masih terus menatap dirinya tanpa berkedip.

"Liat apa kamu?" Tegurnya.

Vania tersentak lalu menggaruk tengkuknya tidak gatal.sedangkan Gilang hanya tersenyum samar melihat keterkejutan gadis itu.menggemaskan!

"gak liat apa-apa kok pak?" Jawab Vania menatap kikuk Gilang dan Adnan.

Sedetik kemudian terdengar suara dering hp.dan ternyata bunyi itu berasal dari hp milik Vania.gadis itu segera melihat ke layar hpnya,tertera nama Gita di sana.adnan dan Gilang pun memberikan kode kepada Vania untuk mengangkat panggilan tersebut.

"Iya halo git,kenapa?"

".........."

"Oh,oke.tunggu gue ya?"

"..........."

Selesai berbicara Vania langsung memutuskan panggilan teleponnya dan memasukkan benda pipih tersebut kedalam saku celana.

"Pak?" Vania menoleh ke arah Gilang.

"Saya pamit dulu ya.udah waktunya ngampus?" Ucap Vania.

Gilang melihat jam tangannya.benar,ini sudah waktunya Vania untuk pergi kuliah."Silahkan.dan terima kasih udah mau tolong saya hari ini?" Jawab Gilang dengan sedikit kecewa.padahal dirinya masih ingin terus bersama Vania disini.

"Gue juga pamit Lang?" Adnan beranjak dari tempat duduknya mengikuti pergerakan Vania.lagi-lagi Gilang menatap kesal Adnan.apa-apaan laki-laki itu.setelah mengganggu kebersamaannya dengan Vania,sekarang Adnan malah pergi begitu saja.

"Loh,kak Adnan mau pulang juga.aku fikir kak Adnan..."

"Ada yang harus aku urus nia.lagi pula Gilang juga udah baikan,bukan begitu Lang?" Adnan melirik acuh sahabatnya itu.

Gilang tersenyum kecut setelah itu dirinya ikut beranjak dari sofa."hati-hati dijalan?" Pesan Gilang kepada Vania,yang kemudian langsung diangguki gadis itu.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience