Bab 18

Romance Series 13684

"Ini pak buburnya?" Gadis itu segera meletakkan bungkus makanannya keatas nakas,bersebelahan dengan buket buah bawaan pak Gunawan.

"Siapa yang suruh kamu taruh di situ!!"

"Eh,,,!?"

Vania terkejut sekaligus keheranan begitu mendengar perkataan Gilang.

"Ambil lagi!!" Titah Gilang tegas.

"Tapi...ini kan...."

"Vania..." Gilang memberi kode dengan matanya agar Vania mengambil kembali kantong plastik yang baru saja dia taruh.

Masih dengan ekspresi kebingungan Vania mengambil lagi bubur bawaannya.sementara itu Gilang terlihat berusaha menurunkan satu persatu kakinya dari atas ranjang.

"Kamu mau kemana nak?" Tanya ibu Hanna dengan nada khawatir lalu membantu sang anak untuk berdiri.

"Bun,tolong ambilkan kursi roda itu?" Pinta Gilang sambil menunjuk benda yang dimaksud.

Ibu Hanna segera mengarahkan pandangannya pada kursi roda yang terletak di sudut kamar.

"Tunggu sebentar?" wanita paruh baya itu pun melepaskan pegangannya pada Gilang kemudian mengambil kursi roda tersebut dan menaruhnya di hadapan Gilang.

"Jangan gila,Lang?!kondisi kamu belum pulih benar?!mau kemana kamu,hah!!!" Ucap pak Gunawan.

Sebagai seorang ayah,tentu saja dia sangat peduli dengan kesehatan Gilang.walaupun terkada keduanya sering kali bertengkar.

"Bukan urusan ayah?!" Jawab Gilang dengan acuh.

Perlahan demi perlahan Gilang duduk di kursi roda.vania dan ibu Hanna yang merasa khawatir ikut membantu Gilang untuk duduk di kursi roda.

"Kamu mau kemana sih,nak?" Tanya ibu Hanna sekali lagi.

"Gilang mau ketaman sebentar Bun?" Jawab Gilang.

"Sendirian??" Ucap ibu Hanna namun dengan cepat Gilang menggelengkan kepalanya.

"Sama Vania?" Pandangan Gilang langsung terarah pada sosok Vania yang berada tepat di sampingnya.

"Sa-saya pak?" Gilang mengangguk cepat.

"Tapi..." Sekilas Vania melihat ke arah pak Gunawan.

"Kamu takut sama ayah saya?" Gilang mengikuti arah pandang mahasiswi itu.

"Eh.." vania merasa dibuat salah tingkah lagi ketika pak Gunawan menatapnya.buru-buru gadis itu menunduk kepalanya

"Jangan dipikirkan.yang berhak atas diri saya,ya saya sendiri bukan beliau?" Ucap Gilang yang berhasil membuat hati pak Gunawan bergemuruh.

Untuk kesekian kalinya bu Hanna memberi kode kepada sang suami untuk tidak tersulut emosi atas perkataan anaknya.

"Ya sudah kalau kamu mau ke taman.Vania,saya titip gilang.tolong jaga dia?" Ucap ibu Hanna.

"I-iya Tante?" Sebenarnya Vania merasa tidak enak hati kepada pak Gunawan,tapi disisi lain gadis itu juga tidak bisa menolak permintaan ibu Hanna.

"Ayo jalan?" Titah Gilang.Vania mengangguk paham setelah itu mulai mendorong kursi rodanya dan berjalan keluar kamar.

"Bunda kenapa izinin Gilang pergi.kondisinya kan belum fit?" Ucap pak Gunawan sambil melihat ke arah sang istri.

"Ayah kayak gak tau anaknya aja.gilang kan gak bisa dilarang.lagi pula Gilang pergi gak sendirian,dia ditemani Vania?" Ibu Hanna berjalan mendekati suaminya.

"Sudah,jangan khawatir.percaya deh sama bunda.lebih baik sekarang kita temui dokter yuk?" Terlihat pak Gunawan terdiam namun beberapa detik kemudian dirinya mengangguk pelan.

"Baiklah,ayah percaya sama bunda.ayo kita temui dokter?" Tidak lama keduanya pun pergi meninggalkan kamar rawat tersebut.

====================

Vania dan Gilang sudah sampai di taman.walaupun taman tersebut terdapat di dalam rumah sakit,tapi tidak membuat taman tersebut terlihat sepi.disana justru sangat ramai sekali.banyak para pasien yang tengah berjalan-jalan dengan salah satu keluarganya ataupun dengan perawat.

"Gimana nih pak,tamannya rame?" Ucap Vania sambil melihat sekeliling taman.

"Sebentar?" Gilang ikut melihat sekeliling taman,mencari tempat yang tidak terlalu ramai untuk dirinya dan Vania.

"kita kesana aja?" Tunjuk Gilang pada sebuah kursi panjang yang terletak di dekat kolam ikan.

'ok?!" Vania mengangguk kemudian mendorong kursi roda Gilang menuju tempat yang dimaksud.

"Pak Gilang mau tetap duduk di kursi roda atau mau duduk di kursi itu?" Ucap Vania setelah keduanya sampai di tempat tujuan.

"Kamu aja yang duduk di sana.biar saya tetap disinil?" Vania kembali mengangguk kemudian segera memposisikan kursi roda Gilang tepat disamping kursi panjang yang ada di sana.

"Astaga,saya lupa beli minum buat bapak.tunggu bentar ya pak,saya mau beli minum dulu di kantin?" Vania hendak pergi namun tiba-tiba saja pergelangan tangannya di cekal oleh Gilang.

"Jangan lama-lama ya?" Lagi-lagi Vania menganggukkan kepalanya setelah itu memberikan bubur ayamnya kepada Gilang dan lekas pergi menuju kantin.

Gilang menatap kepergian Vania sambil tersenyum manis.setelah Vania menghilang,pandangan Gilang teralih pada suasana di taman tersebut.

"Haaaa... akhirnya bisa keluar kamar juga?" Gilang merentangkan kedua tangannya lalu menghirup udara segar di sana.dirinya sangat senang sekali karena bisa keluar dari kamar rawat terkutuk itu.

Badannya sudah terasa pegal karena selama beberapa hari ini dirinya hanya bisa tiduran di ranjang.Sang bunda memang terus melarangnya keluar kamar dengan alasan kondisinya masih belum stabil.

Maka dari itu Gilang meminta Vania untuk datang ke rumah sakit.selain karena dirinya yang rindu dengan sosok mahasiswi cantiknya itu,Gilang juga ingin memanfaatkan kedatangan Vania agar dirinya bisa keluar dari kamarnya.

===================

Disisi lain sosok misterius kembali muncul.kali ini laki-laki itu berpakaian seperti perawat yang bekerja di sana.sosok itu berdiri tidak jauh dari tempat gilang berada.

Pandangannya terus tertuju pada sosok Gilang yang tengah duduk di kursi roda.seolah Gilang adalah target yang tidak boleh lepas lagi dari incarannya.

"Mungkin kemarin loe bisa selamat.tapi gak untuk hari ini?" Terlihat sosok misterius itu mengeluarkan botol air mineral dari dalam saku celananya dan menatap botol tersebut dengan tatapan jahanam.

"Gue udah campurin air ini dengan racun sianida.dan gue pastikan,setelah loe minum air ini maka wusshh....loe akan pergi ke dunia lain?!" Seringai jahat terlukis di wajahnya.

Tidak lama laki-laki itu mengambil nampan yang sudah dia sediakan.lalu meletakkan botol air mineral tersebut diatas nampan.sebelum pergi laki-laki itu tidak lupa memakai masker,agar tidak ada orang yang mengenali wajahnya.

===================

"Kok Vania lama banget ya beli minumnya?" Gilang menajamkan pandangnya,mencari sosok Vania yang sudah lama pergi ke kantin.

Disaat Gilang tengah mencemaskan Vania,datanglah sosok misterius itu mendekati Gilang.

"Permisi pak.air mineralnya.silahkan diambil?" Ucap laki-laki itu kepada Gilang.

Gilang menatap dengan teliti laki-laki bermasker yang tengah berada di sampingnya.dari atas sampai bawah.

"Maaf mas,tapi saya gak pesan?" Tolak Gilang secara halus.

"Bapak emang gak pesan.ini adalah bagian dari servis rumah sakit ini?" Ucapnya meyakinkan.

"Servis??" Tanya Gilang.

"Benar pak?" Laki-laki itu mengangguk antusias.

"Hhmmm...gimana ya??tapi tadi saya udah minta teman saya untuk beli di kantin?" Ucap Gilang lagi.

"Gak apa-apa pak.airnya bisa diminum nanti.sayang,ini tinggal satu botol?" Desak orang itu.

Sebenarnya Gilang sedikit curiga.pasalnya baru kali ini ada fasilitas seperti ini.namun dia tidak punya bukti kuat atas kecurigaannya itu.

"Baiklah,saya ambil minumnya?" Gilang pun mengambil botol air mineral yang ada di atas nampan.

"Terimakasih pak.semoga lekas sembuh?" Ucap laki-laki itu.Gilang mengangguk pelan kemudian tersenyum ramah kepada orang tersebut.

"Kalau begitu saya pamit dulu pak,permisi?" Laki-laki itu segera membalikkan badannya dan pergi dengan seringai jahatnya.

====================

Tidak lama dari laki-laki itu pergi datanglah Vania sambil menenteng kresek berisikan satu botol air mineral.

"Kamu lama banget kekantinnya.mejeng dulu disana.saya udah laper tau gak?" Sindir Gilang.

Vania yang baru saja duduk di kursi langsung melemparkan tatapan sinis kepada dosennya itu.

"Yeee...bapak kalo ngomong suka asal.tadi itu kantinnya rame.makanya saya lama di sana?" Jelas Vania.

"Ini min- loh..kok bapak Udah ada air?" Tanyanya keheranan sambil menatap air mineral yang ada di genggaman Gilang.

"Oh,ini.ini tuh dari salah satu perawat.katanya bagian dari servis rumah sakit ini?" Ucap Gilang.

"Masa sih??tapi kok saya liat yang lain gak dapet ya?" Vania celingak-celinguk melihat orang disekitar mereka.tidak ada seorang pun yang mendapatkan air mineral seperti Gilang.

"Mungkin mereka udah abisin minumannya.ini aja tinggal satu botol?" Gilang menunjukkan botol tersebut tepat dihadapan Vania.

"Ya udah kalo gitu ini buat bapak?" Vania menyerahkan air mineral yang dibelinya di kantin.

"Dan yang itu buat saya?" Dengan cepat Vania mengambil botol yang ada ditangan Gilang.

"Tapi kan itu..."

"Udah,sekarang pak Gilang makan bubur ayamnya dulu ya?" Mengetahui kalau Gilang tidak bisa makan sendiri,Vania pun berinisiatif untuk menyuapi gilang.dengan cekatan gadis itu membuka box makannya dan menyendokan bubur ayam itu.

"Aaaaa...."

Vania mengarahkan sendok berisikan bubur kedepan mulut sang dosen.gilang tersenyum sejenak tidak lama dirinya membuka mulut,menerima suapan dari Vania.

"Kamu beli dimana bubur ayamnya?" Tanya Gilang.

"Dipinggir jalan.lumayan jauh si dari sini.kenapa??gak enak ya?" Ucapnya.

"Lumayan enak kok?" Jawabnya.

"Bagus deh kalo menurut pak Gilang enak.seenggaknya saya gak ribet untuk cari bubur ayam yang baru lagi?" Setelah melihat mulut Gilang kosong Vania kembali menyuapinya.

"Makasih ya.maaf udah buat kamu repot?" Gilang mengusap lembut pucuk kepala Vania.

"Tapi ini gak gratis loh pak?ya...paling enggak nilai ujian saya bagus semua lah?" Vania menatap Gilang sambil tersenyum lebar.

"Kalau untuk itu,NO.kamu harus belajar dengan giat?" Ucap tegas Gilang yang berhasil membuat senyum Vania menghilang.

"Dasar dosen pelit?" Kesalnya.

Melihat tingkah kesal Vania membuat Gilang tersenyum-senyum sendiri.dia merasa gemas sekali dengan ekspresi Vania yang terlihat sangat lucu dimatanya.

"Mmm...Vania...soal malam itu...saya minta maaf.gak sepatutnya saya ngelakuin hal yang kurang ajar sama kamu?" Vania yang hendak menyuapi Gilang seketika menghentikan pergerakannya dan menatap dalam manik mata Gilang.

"Bapak tenang aja.soal itu saya udah maafin bapak kok.saya juga minta maaf sama bapak.kalau aja waktu itu saya gak egois,mungkin bapak gak akan-"

"Kamu gak salah vania.justru saya sangat bersyukur dengan kejadian musibah ini.kamu tau kenapa??" Vania menggeleng cepat.

"Karena saya dapet perhatian tulus dari kamu?" Seketika wajah Vania merah merona.perkataan Gilang barusan berhasil membuat Vania menjadi salah tingkah level tinggi.

"A-apaan sih pak?" Vania langsung mengalihkan pandangan ke arah lain.sesekali gadis itu mencuri pandang ke arah Gilang.

"Kok tiba-tiba hawanya jadi panas gini ya?" Vania mengibaskan kedua tangannya kearah wajah dan leher.

Untuk kesekian kalinya Gilang dibuat tersenyum dengan tingkah lucu mahasiswi nya itu.

"Kenapa wajah kamu jadi merah gitu vania.kamu salting,hm?" Tanya Gilang menggoda Vania.

"Si-siapa juga yang salting?" Vania membuka botol air mineral yang diberikan oleh laki-laki misterius tadi.dirinya tidak menyadari bahwa tutup botol itu sudah terbuka sebelumnya.

Vania hendak meminum air mineralnya namun tiba-tiba ada dua orang anak kecil yang tengah bermain kejar-kejaran.salah satu diantaranya menyenggol lengan Vania,alhasil botol minum ditangannya pun jatuh ke tanah.

"Yah?!" Semua air didalam botol tersebut terbuang,habis tanpa tersisa sedikitpun.

"Minum ini aja?" Gilang menyerahkan botol air mineral yang dibelikan oleh Vania.

"Tapi kan itu air buat pak Gilang?" Ucapnya.

"Air yang kamu beli ini isinya banyak.kalau kamu mau minum,minumlah.biar saya minum sisanya?" Dengan tidak enak hati Vania mengambil air mineral itu lalu meminumnya beberapa teguk.

"Makasih pak?" Belum sempat Vania menutup botol nya,dengan cepat Gilang merebut botol tersebut dari tangan Vania kemudian meminumnya,tepat dibagian bekas bibir Vania.

"Pak Gilang!!" Kedua mata Vania membulat sempurna.

"Kenapa bapak minum dibekas bibir saya?" Ucapnya.

"Emangnya kenapa?ada larangannya??" Gilang yang pura-pura polos kembali meneguk minumannya.

"Ish!!..bapak?!...tapi kan itu jadinya kita-"

"Ciuman secara gak langsung maksud kamu?" Potongnya.wajah Vania kembali memerah.ucapan Gilang sangat tepat sasaran.

==================

"BRENGSEK!!...GAGAL LAGI!!..." Laki-laki misterius itu menendang kencang tempat sampah yang ada disebelahnya.membuat beberapa orang disana terkejut bukan main.

"KENAPA ORANG ITU SELALU BERUNTUNG!!AARRGGHH!!!" Tidak puas menendang tempat sampah,kali ini orang misterius itu memukul kuat tembok didekatnya.dirinya benar-benar marah.lagi-lagi rencananya untuk menghabisi nyawa Gilang gagal total.

Salah satu petugas rumah sakit yang melihat aksi anarkis orang misterius itu segera memanggil security.

Tidak butuh waktu lama dua orang scurity pun datang menghampiri orang misterius tersebut.dan mencoba mengamankannya.

"MAU APA KALIAN HAH!!" Teriak orang misterius itu ketika kedua orang security hendak memegang tangannya.

"DIAM KAMU!!" Bentak salah satu security.

"LEPASIN SAYA!!...SAYA BISA KELUAR SENDIRI!!" Ucap orang misterius itu penuh amarah.

Sebelum pergi orang misterius itu kembali melihat kearah Vania dan gilang.raut wajah penuh amarah terlukis jelas.

"Kali ini loe selamat!!tapi kita liat nanti,gue pastikan niat gue buat habisin loe akan terwujud!!" Gumamnya.

=====================

"Udahlah pak.saya capek.kita balik ke kamar bapak aja yuk?" Vania segera membereskan box bubur ayamnya dan membuangnya ke tong sampah.

Sebenarnya makanan itu belum habis,masih tersisa beberapa sendok lagi.namun Vania sudah tidak mood untuk menyuapi gilang.dosennya itu sudah benar membuatnya salah tingkah habis-habisan.

"Masa langsung balik ke kamar sih.saya kan baru sebentar disini vania?" Ucap Gilang dengan nada memelas.

"Jangan kayak anak kecil deh pak?" Vania memutar bola matanya malas.

"Tapi nanti kita kesini lagi,boleh?" Pintanya.

"Iya,boleh.nanti kita kesini lagi?" Ucap Vania mengiyakan permintaan Gilang.

Gilang pun tersenyum puas.sementara Vania langsung bergegas bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke arah belakang.

"Ich liebe dich?" Ucap Gilang pelan namun masih bisa didengar oleh Vania.

"Wait?!..pak Gilang barusan ngomong apa?" Tanya gadis itu untuk memastikan kalau kalimat yang dia dengar tidak salah.

"Saya gak ngomong apa-apa kok?" , Elaknya.

"Gak,tadi pak Gilang itu ngucap sesuatu.Ich liebe dich.iya kan??" Vania yang tadinya sudah berdiri di belakang Gilang kini langsung berdiri tepat di hadapan dosennya itu.

"Ich liebe dich yang artinya aku mencintaimu?" Gilang sungguh dibuat terbelalak.ternyata Vania tau arti dari kalimat yang sudah dia lontarkan tadi.

"Kamu bisa bahasa Jerman?" Tanya Gilang.

"Saya bisa beberapa bahasa asing.dan salah satunya adalah jerman.jadi,bisa bapak jelaskan apa maksud dari perkataan tadi?" Vania menatap serius laki-laki dihadapannya.

"Baiklah,saya akan jelaskan?" perlahan Gilang bangun dari kursi rodanya.

"Seperti yang kamu ketahui Ich liebe dich artinya aku mencintaimu.dan itu...adalah merupakan perasaan saya kekamu Vania?" Ucapnya.

"Saya tau kamu pasti gak akan percaya dengan semua ini.atau bahkan ini semua terdengar seperti lawakan bagi kamu.tapi jujur vania.saya tulus mencintai kamu?" Vania dibuat terdiam oleh ucapan gilang.sungguh ini semua diluar perkiraannya.seorang Gilang,si dosen dingin di kampusnya ternyata diam-diam mencintai dirinya.

"Tapi bagaimana bisa pak dan...dan sejak kapan??" Ucap gadis itu yang masih belum percaya.

"Saya juga gak tau vania.tiba-tiba aja rasa itu muncul?" Gilang melangkah ke depan,mempertipis jarak diantara mereka.diambilnya tangan kanan vania.dan diletakkannya tepat di jantung Gilang.

"Kamu bisa rasakan debaran jantung ini Vania?" Pandangan Vania kini teralih pada tangannya yang tengah digenggam oleh Gilang.

"Jantung ini selalu berdebar kencang dikala kita bersama?" Dapat Vania rasakan,debaran jantung Gilang begitu kencang sekali ditangannya.

"Astaga,jadi selama ini bukan gue aja yang rasain.ternyata pak Gilang juga ngerasain apa yang gue rasain saat bersama dengan dia?" Batin Vania.

Vania mengalihkan lagi pandangan kewajah Gilang.ditatapnya dengan dalam kedua mata yang selalu membuatnya teduh.vania terus menatap mata laki-laki itu,mencari kebenaran atas perkataan tersebut.

"Bapak seriusan suka sama saya?" Tanya Vania dengan raut wajah polos.

Gilang menggelengkan kepalanya dengan cepat."bukan suka.tapi cinta.saya benar-benar mencintai kamu?" Jawabnya.

"Apakah kamu juga punya perasaan yang sama seperti saya?" Kali ini giliran Gilang yang bertanya tentang perasaan Vania.

"Sa-saya..." Gilang tersenyum setelah itu melepaskan genggamannya.ditangkupnya wajah Vania dan ditatapnya kembali sepasang mata cantik milik Vania.

"Jawab yang jujur vania.saya rasa kamu juga merasakan apa yang saya rasakan bukan?" Ucapnya

Lagi-lagi Vania terdiam.namun didetik berikutnya gadis itu menganggukan kepalanya.

"Jujur,saya juga ngerasain apa yang bapak rasain?" Terlihat Gilang begitu senang saat mendengar pernyataan Vania.

"Tapi...?" Vania menggantungkan perkataannya.

"Tapi apa Vania?" Ucap Gilang dibuat penasaran.

"Tapi perasaan saya kebapak baru lima puluh persen?" Gilang menaikkan sebelah alisnya.

"Maksudnya?" Vania menjauhkan tangan Gilang dari wajahnya.terlihat gadis itu menduduki kembali kursi panjang didekatnya.

"Pak Gilang tau benar tentang hubungan saya dengan Dion kan.dulu saya sangat mencintai dia tapi balasannya apa,Dion malah selingkuhi saya pak?" Ingatan Vania kembali tertuju pada kejadian dimana dirinya memergoki Dion dan Cindy saling bercumbu mesra.

Paham dengan apa yang dirasakan Vania,Gilang buru-buru meyakinkan kembali hati gadis tersebut.dengan rasa sakit ditubuhnya Gilang mencoba berlutut dihadapan Vania.

"Tatap mata saya Vania?" Titahnya.dan Vania pun segera menuruti perintah Gilang.

"Saya benar-benar tulus mencintai kamu?" Tekannya.

"Dan saya janji,gak akan mengkhianati cinta kita.cuma kamu Vania...cuma kamu wanita yang berhasil membuka hati saya?" Ucapnya lagi.

"Bantu saya pak.bantu saya buat ngilangin semua trauma dimasa lalu saya ini.bantu saya buat meyakinkan diri saya,kalau pak Gilang adalah laki-laki yang terbaik untuk saya?" Gilang tersenyum senang kemudian menganggukkan kepalanya.

"Pasti.saya akan bantu kamu vania.sampai benar-benar hati kamu sepenuhnya untuk saya?" Ucap Gilang penuh keyakinan.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience