Dr Fatna sahabat Piya waktu sekolah, dia orang kaya, orang tuanya mendedikasikan hartanya membangun rumah sakit jiwa, dan Fatma mendedikasikan diri bekerja di rumah sakit itu. Rumah sakit Jiwa itu sebenarnya rumah penitipan untuk orang-orang mengalami masalah kejiwaan. Tetapi tidak menerima pasien narkoba dan tuna wisma gila.
Orang tua Fatma sudah meninggal. "Fatma, di mana-mana orang tua kalau meninggal, warisannya harta, tanah, ilmu, hutang, masalah...kamu dapat yang terakhir deh...masalah dan orang tak waras!" Piya blak-blakan bicara, tanpa berfikir Fatma masih berduka. Fatma memukul pundak Piya, tapi tak marah. Piya memang gitu.
Fatma mengelola rumah sakit itu bersama suaminya.
"Ternyata jodohmu ga jauh-jauh dari rumah sakit jiwa!" Piya nyengir kuda memberikan ucapan selamat padanya.
"Kamu jangan menghina, bukankah sekolah polisimu dari rumah sakit jiwa ini!" Piya tertawa, orang tua Fatma memberikan beasiswa untuknya. Piya orang tuanya tidak mampu.
"Kamu lihat hasilnya, sekarang kamu punya polisi gila!" Piya menyebut dirinya sendiri. Dr Arman suami Fatma tertawa. Piya memang aneh. Polisi aneh. Untung dia di tugaskan untuk hal-hal yang aneh juga.
Piya memberi 2 koin tambahan untuk Fatma. Fatma tercengang ."Untuk rumah sakitmu!"
"Piya, darimana kamu dapat koin emas ini?" Fatma bingung, koin ini sangat bernilai dan berharga milyaran. Darinana Piya mendapatkannya.
"Rahasia!" Piya tahu kalau pemerintah tahu tentang harta karun di tangan Piya pasti akan di sita. Lagi pula kalau dia menceritakan kronologisnya.
Fatma takkan percaya. Bisa-bisa Fatma mengeluarkan rekomendasi agar dia di cap tidak waras.
"Piya apa kamu masih punya koin lagi?' Fatma yakin masih punya banyak lagi. Piya mengangguk.
"Kenapa kamu tidak beli rumah dari koin itu". Piya tidak punya rumah, dia hanya kost saja dari dulu. Piya berfikir sejenak.
"Ada kolektor yang ingin membelinya".
"Kapan?"
Fatma terkejut." Jadi kamu beneran masih punya?" Piya mengangguk. " Berapa banyak?"
"Lima!". Fatma tidak perlu tahu kalau ia punya lebih dari 10 koin.
Koin yang diberikan ke Fatma hanya koin kecil. Koin yang akan di jualnya ini koin besar, nilainya tak terhitung. Memikirkan ini saja Piya sudah gila. Apa lagi kalau dia serakah kemaren. Mungkin dia akan seperti Ya Lam. Atau terkubur di dalam gua. Mati sia-sia. Piya merinding.
Kolektor barang kuno itu datang dari Jakarta. Dia seorang konglomerat keluarga presiden dulu. Mereka memang kaya 7 turunan. Fatma mengatur pertemuan di hotel bintang 5.
Kolektor itu memandang Piya. Dia pasti heran melihat Piya. Gadis muda ini punya barang kuno dan sangat berharga.
"Saya tidak bisa membayar ini dengan rupiah, nilainya sangat mahal. Saya tidak bisa mengeluarkan uang sebanyak itu langsung. Tapi saya bisa memberikan bentuk pembayaran yang lain!" tawarnya.
"Misalnya apa?" tanya Piya tegas.
"Rumah, tanah, mobil, surat berharga!" jawab pria itu tersenyum ramah. Wajahnya sangat tidak asing, dia pasti sangat terkenal. Piya lupa namanya.
"Saya ingin rumah dengan kolam renang, mobil!" jawab Piya asal.
'Oke, berapa buah!" Jawab pria itu santai. Piya kaget diam-diam. Dia menyembunyikan rasa kagetnya dengan baik. "Maksudbya?" tanya Piya tenang. Tapi dia sangat kaget.
"Rumah dan mobilnya!"
"3 buah!"
"Oke saya tambah uang sisanya!" Pria itu senang.
Fatma muncul dengan suaminya di pintu ruangan itu.
"Semuanya atas nama dia!" Piya menunjuk Fatma. Fatma kaget. Dia tidak mengerti maksud Piya.
Piya menjelaskannya. "Apa!" Fatma dan suaminya pucat.
Share this novel
yes
wesss orang kaya
lanjut thor