Kotak Pikiran

Crime Series 21272

Darimana uang dan emas itu berasal? Apa sungguhan dia bermimpi? Tidak ada seorangpun yang bisa menjelaskan hal ini. Piya harus berada pada keyakinannya sendiri dan mencari kunci dari semua masalah.

Masalah itu bukan pada keyakinannya tetapi pemikiran orang-orang yang terkunci di dalam sebuah tempat. Tempat itu harus ditemukannya! Kalau tidak Piya akan kehilangan suami dan anaknya serta ingatan orang-orang tercintanya.

Di rumah sakit. Arman kehilangan otoritas keyakinannya tentang Piya dan Kakek Ba. Dia mulai ragu dengan keyakinannya yang menganggap Piya berkhayal dan kehilangan ingatan.

Arman menganalisis hasil rekaman cerita dari kakek Ba. Isinya sama dengan Piya. Kakek Ba berkhayal atau bermimpi?
Arman belum bisa membuat kesimpulan. Tetapi dia punya dugaan yang menakjubkan tentang hal ini
yakni, bukan Piya atau kakek Ba yang kehilangan ingatan terapi Mereka yang lupa dan hilang ingatan.

Ada yang mencuri ingatan mereka!
Sepertinya dia perlu mengkaji ulang hal ini di mulai dari Fatma dan dirinya. Mereka berdua harus di hipnotis juga, untuk menemukan sisi lain yang berbeda atau sama.

Arman akan mencari akar permasalahan yang sesungguhnya, terutama ketika dia menemukan keping uang emas yang di maksud Piya yang tersembunyi di brankas di rumahnya !
Fatma dan Arman bisa saja hilang ingatan tentang Ya Lam, tetapi siapa yang mampu menghilangkan barang bukti itu? Batangan emas dan surat-surat berharga itu berasal dari mana? Arman merasa gila!

Arman menghubungi Fatma. "Aku butuh bantuanmu?"
"Ada apa?" Fatma di seberang sana merasa heran.
'Bantu aku melakukan penyelidikan!"
"Tentang..!?"
"Ke ruanganku dulu...kita bicara disini!"
"Baiklah! 15 menit lagi aku tiba di sana!"
"Ku tunggu!"

.....

Piya memasuki pekarangan rumah mewah berlantai dua di depannya. Segera ia keluar dari mobil ketika seorang gadis menghampirinya. "Cari siapa?"
"Santi!?" Piya terkejut. Santi asistennya ada di sini.
"Mbak kenal saya ?" gadis itu bingung.
"Santi...aku Piya!"
"Piya? ooh mbak Piya pemilik rumah ini ya?"
"Kamu tahu saya?" Piya merasa bahagia.
"Mbak...bu Piya...maaf saya ga sopan tadi! Saya dapat info dari pemilik sebelumnya kalau bu Piya yang beli rumah ini. Maaf mbak eh bu...saya ga ngerti tadi maaf ya ?" Santi membungkuk dengan hormat. Dia membukakan pintu rumah.

Rumah itu seperti tidak pernah di huni sekian tahun, sangat kotor, lantai dan dindingnya banyak yang rusak .
"Santi...kamu bisa bantu saya?"
"Siap...apa yang bisa saya bantu mbak?"
"Panggil cleaning servise dan tukang...kita bersihkan rumah ini!"
"Assiaapp 30 menit lagi mereka tiba!" Piya mengernyitkan alisnya. Santi tidak kehilangan keahliannya menangani sesuatu.

Memang benar, dalam waktu 30 menit kemudian cleaning service dan tukang telah datang. Empat jam rumah itu telah bersih dan rapi kembali. Piya naik ke lantai 2 memasuki kamarnya. Kosong! Hanya ada satu lemari, ada brangkas miliknya. Piya tidak lupa kodenya. Masih tersisa 2 koin emas miliknya. Dirinya tidak sungguh-sungguh miskin rupanya. Tidak semuanya lenyap. Dia masih punya rumah mewah, mobil, koin emas dan emas batangan dari penggadaian.

Piya keluar rumah, emas batangan itu bisa di jual atau di gadaikan lagi. Dia perlu uang banyak untuk mengisi rumah itu. Dan membuat paspor untuk pergi ke Jepang. Menemui keluarga Tachibana. Apa mereka juga lupa?

.....

Di alam lain, Ya Lam kalang kabut, dia tidak bisa mencegah Piya pergi ke Jepang, tempat dia menitip sebuah kotak. Kotak pikiran!.
Pasalnya tanpa wujud manusia dia tak bisa pergi ke Jepang.

.....

Piya datang ke rumah kontrakan orang tuanya. "Piya?!" Ibunya terkejut, antara marah dan bahagia. Marah karena Piya berhenti bekerja, senang karena Piya tidak gila, dia sehat-sehat saja. Piya mencium punggung tangan ayah ibunya. "Ayah ibu sehat?" tanya Piya. Ibunya tercenung, harusnya dia yang bertanya begitu.

"Ayah jangan ngojek lagi, Piya belikan mobil supaya ayah bisa jadi driver online aja !" Ayahnya tertawa, 'kirain ada kerjaan lain buat ayah ternyata tetap jadi ojek juga!" Rinda, ibu Piya tertawa gelak. "Derajatmu susah naiknya, sudah takdir jadi tukang ojek...ya terima aja...jangan mengeluh!" Ayah Piya mendelik, istrinya suka mengomel. Tapi dia tak peduli.
"Ya deh... gapapa...ayah ngojek lagi...daripada nganggur!"
"Motor dan mobil itu beda ayah. Kan ayah gak kehujanan dan kepanasani?" Kata Piya.
"Iya..ya..!" Ayah mengambil kunci mobil dari Piya.
"Dapat uang dari mana beli mobil? Halal gak?" Ibunya tidak berubah. Dia sangat idealis.
"Tabungan Piya!" Piya bohong. Ini demi kebaikan! Kata dalam hati
"Baguslah!" ibunya tenang. Piya gak korup.
"Ada kerjaan lain gak buat ayah!"
"Ada. Jadi mandor. Mau ngga?!" Piya ingat rumahnya yang di renovasi.
"Berapa gajinya?"
"Berapa biasanya gaji mandor?"
"200 ribu per 8 jam!" sahut ayahnya asal.
"Oke. Ayah bisa kerja mulai besok!"
"Terus driver onlinenya?" tanya ibunya.
"Ibu aja. yang jalanin!" sahut ayahnya.
"Ibu gak punya SIM !"
"Gimana Piya?" tanya ayahnya. "Ibu besok ke Polres deh, ikut tes, bikin SIM !" Piya mengeluarkan uang untuk ibunya bikin SIM.
"Untuk ayah mana?' Ayahnya ngiler liat duit ibu banyak.
"Untuk apa?!" tanya Piya dan ibunya bersamaan. "Beli bensin!"
"Udah penuh bensinnya.
"Ini alamat rumahnya. Ayah ngawasin tukang kerja, ini gaji ayah untuk besok!" Piya mengeluarkan uang 200 ribu untuk ayahnya, tapi segera di sambar ibunya dengan cepat. Dia memberikan uang 50 ribu ke ayah, "Ini uang rokok dan makam siang besok, sisanya buat dapur dan tabungan!" Kata ibunya santai. Ayah menggelengkan kepala, "Enaknya jadi istri, uangnya lebih banyak dari suami!"
"Gak usah ngeluh...kita harus bisa nabung buat bayar kontrakan rumah de el el".
Ibu memang selalu benar.

....

Fatma dan Arman terdiam diantara emas dan surat berharga atas nama Piya. PPKB mobil mewah atas nama Fatma dan 2 buah rumah mewah atas namanya juga.

Fatma dan Arman bergerak menuju alamat rumah itu.
Di sana ada Piya duduk santai di dekat kolam renang. Piya nampak sehat dan normal. Justru mereka berdua yang gila. Hilang ingatan!.

Piya tersenyum menyambut Fatma dan Arman, "Kalian tersesat kesini?" tanyanya dengan tersenyum.
"Rumah ini besar sekali? " Fatma dan Arman kebingungan.
Mereka terdiam tak bisa berkata-kata.

Piya benar. Piya tidak gila. Separuh cerita Piya sudah mulai menunjukkan bukti nyata. Arman dan Fatma siap dikerangkeng di rumah sakit jiwa miliknya. Mereka berdua terlihat normal padahal mereka merasa seperti sudah gila!

Santi membuatkan mereka berdua teh hijau. "Silahkan!"
Arman segera meminumnya. Teh hijau bagus untuk menghilangkan stress.
Fatma tak bisa bicara. "Minumlah dulu!" Piya tersenyum. Dia malah normal daripada dirinya.
"Kalian punya waktu ngga, selama 5 hari?"
"Ada apa?" tanya Fatma, dia sudah bisa bicara. "Kita ke Jepang?"
"Ke Jepang?" sahut Arman
"Aku yang bayar?" jawab Piya santai. Tapi bagi Fatma, Piya terlihat sombong. Dia benaran terlihat seperti orang kaya sungguhan.
"Piya...kamu gak korup kan?"tanya Fatma.
Piya tertawa. "Kamu sama seperti ibuku!" Fatma tersinggung. "Apaan...aku masih muda!"
"Maksudku... cerewetnya!" Fatma menyiram wajah Piya dengan air kolam. Selanjutnya mereka perang main air.
Arman geleng-geleng kepala. Dua sahabat ini susah dipisahkan kalau lagi tempur. Arman sudah menemukan teori tentang Kotak Pikiran. Pikiran mereka terkotak.

Share this novel

Ute Sal
2020-06-02 07:45:36 

lagi

Kastel Na
2020-05-31 20:07:23 

hmmm


NovelPlus Premium

The best ads free experience