1. Aceline

Romance Series 22809

Salam kenal, saya Arin dari Indonesia. Semoga kalian suka dengan Cerita yang saya buat.

ACELINE KENNEDY adalah seorang wanita cantik, berumur 20 tahun. Ia seorang mahasiswi semester 4 disalah satu perguruan tinggi milik Negara,  yang terletak di Jakarta. Dia memiliki tinggi tubuh 168 cm, cukup tinggi memang untuk seukuran wanita Indonesia.

Wanita itu bisa dipanggil Acel, memiliki darah keterunan Amerika dari sang Ayah. Aceline memiliki seorang Kakak laki-laki bernama Steven Kennedy, Kakaknya bekerja disebuah perusahaan furniture dan di tempatkan di LA- Amerika Serikat.

Untuk sekarang Aceline tinggal berdua bersama sang Ibu, karena ayahnya sedang bekerja di tambang batu bara, yang berada di kepulauan Kalimantan. Pria itu hanya satu bulan sekali pulang ke Jakarta. Terkadang,  dalam satu Bulan tidak satu haripun pria itu pulang untuk sekedar melihat istri dan putrinya. 

Aceline, menghela nafas panjang saat dirinya keluar dari kelas. Entah kenapa, hari ini hatinya terus berdebar tak menentu, ada perasaan yang mengganjal di hatinya.

"Aceline." Pangilan seorang pria membuatnya menoleh, dilihatnya pria itu berjalan semakin mendekat, hingga tanpa sadar pria itu sudah duduk di sebelahnya. Mengikuti arah pandang Aceline, menatap hamparan rumput luas taman kampus.

"Ada apa Raf?" Tanya Aceline seraya mengalihkan pandangannya dari rerumputan yang hijau ke wajah pria tampan di sebelahnya. Rafael adalah seorang mahasiswa dari fakultas hukum, dia adalah seorang pria yang berteman dekat dengannya, memiliki wajah tampan dengan tubuh tinggi dan kulit putih yang membuat banyak wanita mengikutinya seperti anak itik.

"Habis ini kamu ada acara?" Tanya Rafa penuh harap, Aceline terlihat berfikir lalu menganggukan kepalanya. Membuat pria itu menghela nafas kecewa. Gagal sudah niat hatinya untuk mengajak wanita itu pergi.

"Kamu mau kemana biar kuantar." Tawar Rafa, pria itu sangat baik dengannya dari awal pertemuan mereka 1 tahun yang lalu. Rafa selalu bersikap sopan dan menghormatinya. Tidak seperti pria kebanyakan yang bersikap seenaknya.

"Benar kamu mau mengantarku?" Tanya Aceline untuk memastikan, Rafa mengangguk dengan senyum manis yang berhasil mencetak lesung pipi, dikedua pipinya. Dia sangat tampan dan baik hati, beruntung seorang wanita yang akan menikah dengannya nanti.

****

Dan di sinilah mereka, Aceline menekan bel beberapa kali yang terletak di dinding dekat pintu, dan tidak lama pintu rumah itu terbuka. Seorang wanita tua menyambutnya dengan senyum lembut, terasa sekali kehangatan khas seorang Ibu.

"Aceline, Ya Tuhan sudah lama sekali kamu tak datang." Ujar Marry seraya memberikan Aceline pelukan hangatnya. Aceline tersenyum lalu berkata. "Aku belum sempat datang ke sini Tante, dan apa Onna sudah membaik?" Marry tersenyum lalu mempersilahkan Aceline dan Rafa masuk kedalam rumahnya.

"Dia hanya terkena demam, tidak begitu menghawatirkan karena demamnya pun sudah turun. Naiklah temui anak pemalas itu." Aceline mengangguk lalu menuruti perintah Marry untuk menemui sahabatnya itu, di kamar tidurnya. Langkah Aceline berhenti ketika Marry kembali mengeluarkan suara.

"Jangan lupa ajak kekasihmu juga, sayang." ledekan Marry membuat seburat rona merah muncul di wajahnya.

"Ayo Rafa." Ajak Aceline pelan, Rafa berusaha keras menahan untuk tak beteriak senang. Wanita itu tak menyangkal saat Ibunda Leonna meledeknya dengan menyebut Rafa sebagai kekasihnya, bukankah itu pertanda baik?

Ya, Rafa harus ekstra memperjuangkan cintanya, karena Aceline bukan tipe wanita yang jatuh dengan gampang ke pelukannya, menghadapi Aceline dia harus benar-benar bertahap.

Dari hanya sekedar saling tersenyum saat bertemu di lorong kampus, saling menyapa, saling mengobrol, hingga nanti saat yang benar-benar ia tunggu akan datang meraka akan saling mencintai. Rafa harus optimis dengan cintanya bukan?

"Aceline?" Tanya Leonna pelan, dia sangat kaget saat melihat Aceline, sudah bertengger manis di ambang pintu kamarnya.

"Kamu tidak mempersilahkan kami masuk?" Tanya Aceline dengan nada meledek, Leonna menghela nafas berat lalu dengan terpaksa mempersilahkan tamu tak di undang itu untuk masuk.

Gagal sudah niat hati untuk beristirahat seharian tanpa penganggu, tapi rupanya keadaan tak berpihak padanya karna penggangu itu sudah datang.

"Apa, demammu sudah turun?" Tanya Aceline dengan raut wajah penuh kekawatiran.

Leonna mengangguk lalu matanya mebelalak melihat seorang pria tampan sedang berdiri tegap di balik punggu Aceline sedari tadi, bagaimana bisa dia tidak sadar akan kehadiran pria itu.

"Oh iya,Rafa. Ini Leonna, temanku kamu pasti pernah melihatnya bukan?" Rafa mengangguk, lalu matanya menatap Leonna yang masih terus menatapnya.

"Ya, aku pernah melihatnya di..." Rafa menggantungkan kalimatnya, berfikir sejenak lalu melanjutkannya setelah kata-kata yang tepat,  dia dapat.

"Di suatu tempat." Lanjutnya membuat Aceline tertawa karena melihat Leonna mencibir kesal.

Sialan disuatu tempat katanya? Berarti dengan terang-terangan dia tak yakin kalau pernah melihatku.

Mereka sesekali mengobrolkan tentang mata kuliah, dan dosen pembimbing mereka secara bergantian, lalu beralih kehubungan pribadi. Dan topik itu membuat Rafa sangat senang, karna dia bisa mengenal Aceline lebih jauh. Dengan hal-hal kecil yang Leonna katakan untuk meledek wanita itu.

Pembicaraan mereka terus berlangsung, hingga akhirnya harus terhenti karna suara dering ponsel mengganggu mereka. "Ayahku menelpon." Ujar Aceline riang, dia berjalan mendekati jendela kamar Leonna, untuk mengangkat panggilan itu. Pergerakan mata Rafa tak luput dari penglihatannya, pria itu menatap Aceline dengan tatapan lembut penuh cinta. Apa mungkin Rafa menyukai sahabatnya itu?

"Hallo Ayah." Sapa Aceline riang, membuat orang di seberang sana terkekeh.

"Hallo sayang, bagaimana kabarmu?"

"Baik, tapi akan lebih baik jika Ayah ada bersamaku dan Ibu disini." ujar Aceline dengan nada merajuk yang menggemaskan, ayahnya tersenyum mendengar rengekan anak bungsunya itu.

"Ayah akan pulang, tapi kamu harus berjanji untuk menjaga dirimu untuk Ayah, ya." Aceline mengangguk walau ayahnya tak bisa melihat.

"Ayah, mau kamu menjadi wanita yang kuat Cel, Ayah ingin kamu menjadi wanita yang tak mudah menyerah akan sesuatu. Selama kamu benar. Jaga ibumu selama Ayah tidak ada."

"Siap Ayah, tapi Ayah harus pulang ya. Gantikan aku untuk menjaga kami, aku me...." Suara berisik di seberang sana membut Aceline mengerutkan keningnya. Tiba-tiba pikirannya berkecamuk ketika mendengar seperti benda jatuh, lalu suara ganduh dari teriakan orang orang.

"Ayah? AYAH JAWAB AKU!!!" Aceline berteriak histeris ketika ayahnya tak kunjung menjawab. Tubuhnya gemetar, ponselnya jatuh ke lantai ketika sambungan itu terputus. "Aceline ada apa?" Tanya Leonna kawatir melihat Aceline yang gemetar seperti ini.

Share this novel

Dzamri Rahmadani
2019-10-23 18:00:35 

lanjut


NovelPlus Premium

The best ads free experience