Hari ini hujan turun membasahi kota Jakarta yang menyebabkan udara menjadi lebih sejuk dari biasanya. Sambil terus menatap pada tetesan air hujan yang perlahan demi perlahan mulai membasahi telapak tanggan pria itu. Saat ini pikiran pria itu kosong, melayang entah kemana. Seperti tubuhnya saat ini sedang terpisah dari rohnya.
"Kelvin... "
suara teriakan Hendra dari seberang tempat Kelvin berdiri, mulai mengemah di sepenjuru koridor yang sepi nan luas itu. perlahan Hendra menstabilkan nafasnya, Sambil menghirup udara segar yang ditimbulkan dari hujan yang kini membasahi bumi. Tangganya sekarang memegang pundak temannya, yang sama sekali tidak merspon keberadaannya disini.
"Hey... Apa kau tidak dengar aku? "
"Ada apa? "
Ucap Kelvin yang mulai tersadar dari lamunannya.
"Hanna? "
"Aku idak peduli "
ucap Kelvin cuek, yang membuat Hendra menaikan alisnya karena kebigungan dengan sikap temannya akhir-akhir ini. Entah kenapa belakangan hari ini Kelvin jarang ingin berdebad dengan Hanna, karena biasanya kalau Hanna dan Kelvin bertemu pas ada saja keributan yang ditimbukan oleh mereka berdua. Tapi kali ini tidak, Kelvin seperti menjaga jarak dari Hanna atau mungkin dia sudah bosan berdebad dengan Hanna yang keras kepala seperti dirinya. Entah apa yang terjadi diantara mereka, tapi yang pasti kali ini Kelvin harus ikut campur dalam urusan Hanna.
Dengan sigap, Hendra menarik lengan Kelvin membawanya ketempat Hanna sekarang berada. Meskipun telingannya sakit, karena mendegar omelan Kelvin yang tidak ada henti-hentinya. Karena merasa tidak senang dengan tindakan Hendra. Tapi Hendra tidak peduli, meskipun gendang teliganya akan pecah atau tidak dia tidak peduli tapi yang pasti , Kelvin harus bertanggung jawab atas perbuatannya kepada Hanna.
"Lepaskan aku! "
Ucap Kelvin, saat mereka sudah sampai di tempat yang di maksud oleh Hendra. Tanpa banyak bicara lagi Hendra dengan cepat menunjuk kearah Hanna yang saat ini sedang berdebat hebat dengan beberapa mahasiswa.
"Itu bukan urusan ku! "
lagi-lagi Kelvin dengan cuek pergi begitu saja. dengan cepat Kelvin menggerakan kakinya pergi meninggalkan tempat itu. Tapi suara teriakan Hendra mmbuatnya berhenti seketika,Kata yang diucapkan oleh temannya membuat langkah kakinya terhenti
"Diakan pancarmu.... Lagipula kau tau kan, jika Hanna sampai bisa mengalami hal ini, itu artinya semua ini salah mu, kau yang memulainya dan kau juga yang harus mengakhirinya."
Ucap Hendra lugas dan jelas, mungkin dia tau bahwa ucapannya ini dapat membuat temannya yang keras kepala ini marah karena ikut capur, tapi yang pasti Hendra kecewa bahwa temannya berpura-pura tidak peduli seperti saat ini.
"Dia bukan pacarku"
"Aku tidak peduli... Dia pacarmu atau bukan.... Tapi yang pasti dari apa yang aku lihat, kedekatan kalian bukanlah kedekatan yang hanya sebatas musuh, tapi... Ada sesuatu entah itu dari dirimu atau dari Hanna."
"Sudah kubilang.... "
Ucapan Kelvin terhenti saat suara tamparan keras mengema di lorong kampus yang sepi dan sunyi. Suara tamparan itu membuat Kelvin dan Hendra menoleh ke sumber suara, Wanita itu tengah memegangi pipinya yang terasa pedas.
Sambil menatap sinis kearah sekelompok wanita yang saat ini berada dihadapanya. Dengan tanggan yang mengambang diudara, Hanna berusaha ingin membalas perbuatan wanita itu. Tapi tangganya terhenti saat dirasakannya sebuah gengaman yang saat ini menahan tangannya.
"Berani sekali... Kau menampar pacarku! "
Ucap kelvin yang menekankan kata 'pacarku', dengan tatapan terkejut sekelompok wanita itu menundukan kepala, takut sekaligus geram dengan ucapan Kelvin barusan. tidak terkecuali Hanna yang kini menatap Sinis pada Kelvin, bukannya tidak bersyukur karena sudah ditolong. Tapi sejujurnya Hanna tidak membutuhkan pertologan dari Kelvin Karena, kedatangan Kelvin hanya akan membuat masalah ini menjadi semakin sulit. Bagaimana tidak, semua ini terjadi karena mereka membeci Hanna yang dengan satu sosok pria yang memintanya untuk tetap berada di sisinya tanpa tau alasan yang sebenarnya.
"Apa kalian sungguh berpacaran? "
Ucap salah satu wanita yang adalah ketua dari kelompoknya. Tanpa mengubris ucapan wanita itu, Kelvin dengan cepat menarik tangan Hanna meninggalkan tempat itu.
Teriakan Hanna memenuhi lorong koridor yang kini dilalui oleh dirinya dan Kelvin yang tidak hentinya menarik tanggan Hanna meskipun wanita itu sudah memukuli tangan Kelvin. Tapi pria itu tidak peduli, dia tetap menyeret wanita itu untuk mengikutinya.
"Hey Lepaskan aku. Aku belum selesai dengan mereka..... Kau tidak bisa membawaku pergi begitu saja.... Aku harus mengoyak mulut mereka"
****
"Apa! "
"Pacar! "
"Kau bilang aku pacarmu!. Apa kau sudah gila! "
Oceh Hanna yang tidak ada henti-hentinya . Sambil terus fokus pada novel yang sedang dibacanya., Kelvin berusaha untuk tidak mempedulikan setiap ucapan Hanna yang entah sudah berapa lama dia mengomel sendiri tanpa adanya jawaban dari Kelvin.
Dengan cepat Hanna mengambil buku yang sedang dibaca oleh Kelvin, Melihat bukunya di ambil spontan Kelvin langsung berdiri dengan tatapan tajamnya Kelvin mengisyaratkan agar Hanna segera mengembalikan buku itu. Tapi Hanna tidak peduli dengan isyarat yang diberikan Kelvin,Saat ini dia perlu penjelasan.
"Kau harus menjelaskan padaku.... Tentang ucapanmu itu"
"Memangnya apa peduliku? "
"Hey Kau, Kau yang membuatku berada pada posisi seperti ini. Semua itu gara-gara kau.. Karena kau. Mereka semua membulli ku. "
Entah harus berapa kali Kelvin menjelaskan pada Hanna bahwa ini bukanlah kesalahannya. Tapi kesalahan Hanna yang memilih pilihan itu.
Sejujurnya Kelvin memilih Hanna sebagai pacarnya. Supaya dia dapat terhindar dari semua wanita yang menyukainya. Karena dia merasa bahwa Hanna lah yang dapat tahan dengan semua tindakan kekerasan yang diberikan oleh semua mahasiswa yang menyukainya. Ini bukan yang pertama kalinya Kelvin asal menunjuk wanita untuk menjadi pacarnya, tapi ini mungkin sudah ke 3 kalinya tapi usahanya terus gagal karena banyak dari mereka yang ingin putus dari Kelvin karena alasan 'tidak diperhatikan dan tidak dianggap oleh Kelvin sekaligus mereka tidak tahan dengan bullian dari semua mahasiswa' karena bagi Kelvin pacaran hanyalah sebuah status. Selagi dirinya tidak menyukai wanita itu, maka tidak akan ada kata 'hai','sayang' atau bahkan senyum lembut darinya. Dan tidak ada alasan lain, bagi Kelvin untuk menjadikan Hanna pacarnya, karena sejujurnya Kelvin tidak tahan berurusan dengan Hanna yang memiliki sikap keras kepala yang akut.
"Itu. Bukan salah ku"
Ucap Kelvin santai.
"Kau...! "
"Kau yang memilih pilihan kedua jika saja kau memilih pilihan pertama Maka mereka tidak akan memperlakukanmu seperti ini! "
Ucap Kevin tegas. Saat ini kesabarannya tengah memuncak karena harus menghadapi kelakuan Hanna yang benar-benar seperti anak kecil baginya.
"Kau pikir aku mau jadi pacarmu! "
"Lalu. Apa kau pikir aku mau. Mengencani wanita
seperti dirimu"
Kedua mata mereka saling menatap tajam. Seperti akan terjadi perang ketiga jika ada orang yang berani memushkan perdebatan mereka saat ini. Tapi Mereka tidak peduli, Yang penting Mereka dapat melampiaskan segala emosi yang ada.
"Kalau begitu batalkan perjanjiannya"
Ucap Hanna cepat.
"Aku... Tidak mau! "
Hanna Geram dengan ucapan Kelvin. Dengan emosi yang masih memuncak, Hanna pergi meninggalkan Kelvin yang saat ini masih keke dengan pendiriannya. karena bisa saja Hanan mengoyak mulut Kelvin bahkan membunuhnya jika saja Hanna masih menatap Kelvin saat ini.
***
Setelah pertikaiannya dengan sekelompok wanita tadi dan ditambah dengan Kelvin, Kini Hanna masih belum bisa meredahkan emosinya, dia merasa bahwa Otaknya akan segara pecah.
Ditatapnya. Kak Ray yang sedang asik melukis Pikiran tentang 2thn kedepan mulai terlitas di benak Hanna.
"Kak Ray. Apa kak Ray ingin menjadi pelukis? "
Pertanyaan Hanna membuat gerakan jari Ray terhenti. Pikiran untuk menjadi pelukis terkenal mulai terlintas dibenaknya. Alasan mengapa dia mati-matian menggambil jurusan Disain, adalah karena itu adalah impiannya. Ray tidak tertarik dengan dunia bisnis ayahnya, karena baginya urusan bisnis hanya bagi mereka yang ingin 'menjalani hidup yang rumit' karena harus terus berkutat dengan berkas-berkas, belum lagi ide untuk membuat perusahaan lebih berkembang . Sementara Ray hanya ingin hidup dengan bebas, melukis sesuka hatinya,pergi keliling dunia untuk melukis setiap pemandangan yang menurutnya indah, dan mendapat pujian atas hasil karyanya.
"Tidak... Ini hanya hobiku"
"Tapi kak Ray, apa kak Ray tau dalam mimpiku beberapa minggu yang lalu kak Ray menjadi pelukis yang terkenal, Bahkan Kak Ray berkerja pada salah satu perusahaan Disain yang sangat terkenal"
Ucap Hanna yang sebisa mungkin tidak
menimbulkan kecurigaan karena takut jika Kak
Ray akan curiga dan mulai menanyakan banyak pertanyaan. karena sebenarnya apa yang baru saja diucapkan oleh Hanna adalah kenyataan, benar bahwa pada nantinya Ray akan bekerja di salah satu perusahan disan terkenal. Senyum tipis terulas di wajah tampan Ray, saat dirinya mulai membayangkan ucapan adiknya barusan.
"Kakak Hanya akan meneruskan perusahaan Papa"
ucap Ray yang terdengar sedikit putus asa.
perlahan jari Ray mulai kembali melukis, tatapanya kini terfokus pada pemandangan senja yang terlukis indah melalui bilik jendela kamarnya.
"Jika kakak tidak percaya Lihat saja nanti. Buktikan apakah ucapanku ini benar atau tidak"
"Apa kau seorang peramal yang bisa melihat masa depan? "
Ray hanya tertawa. Menangapi ucapan adiknya yang sungguh tidak masuk akal Meskipun dilubuk hati Ray yang terdalam dia berharap apa yang dikatakan oleh adiknya akan menjadi kenyataan suatu saat nanti.
***
Hari ini, Suasana makan malam terasa berbeda tanpa kehadiran seorang kepala keluarga yang biasanya selalu mengomeli Hanna yang telat turun pada saat jam makan malam. Kenyataan bahwa seorang Pak Sanjaya yang terlalu fokus dengan perkerjaannya, membuat Ny.Carolin sedih.
Jujur. Ny. Carolin tidak bisa menghabiskan waktu bersama Pak Sanjaya, belakangan ini karena terlalu banyak urusan yang dikerjakan beliau di kantornya. Terkadang beliau pulang terlambat bahkan kadang tidak pulang.
"Ma...nasinya akan dingin jika mama tidak memakannya sekarang"
Ucap Ray Yang terus memperhatikan mamanya yang sedari tadi hanya mengaduk nasi yang ada dipirinya, tanpa berniat untuk menyetuhnya sedikitpun.Begitu juga dengan Hanna kini otaknya sesang berputar mencari cara agar mamanya mau makan.
Sambil membawa piring mamanya Hanna duduk di samping Ny. Carolin sambil tersenyum tulus. Hanna menyuapi Ny. Carolin dengan sepenuh hati, Awalnya Ny. Carolin menolak karena merasa malu harus disuapi didepan anaknya, padahal Ny.carolin bukan anak kecil lagi. Tapi dengan sedikit paksaan dari Hanna dan juga Ray,akhirnya Ny. Carolin mau makan.
"Mama akan makan sendiri"
Kata Ny. Carolin, sambil mengambil piring yang ada pada tanggan Hanna.
" Hanna tidak akan membiarkan mama makan sendiri. Karena Hanna yakin jika mama makan sendiri, Pasti mama hanya akan mengaduk - aduk makanannya saja, jadi biarkan Hanna saja yang menyuapi mama"
Ucapan Hanna di benarkan oleh Ray.
"Tapi Hanna juga harus makan"
"iya ma, Hanna pasti akan makan setelah Hanna selesai menyuapi mama. Jika Hanna tidak makan Maka, cacing diperut Hanna akan melakukan demo"
Ucap Hanna sambil sedikit tertawa. Semua orang yang mendegar ucapan Hanna tertawa, tidak terkecuali bi tuti yang ikut tertawa saat menuangkan minuman pada gelas Ray.
***
"Hanna coba lihat ini, bagaimana menurutmu Bukankah dia tampan"
Ucap Siska sambil menunjukan salah satu foto pria di Hpnya. Memang tampan dan terlihat kaya. Tapi Hanna tidak tertarik.
Bahkan sekarang Hanna mulai bertanya-bertanya . apa sahabatnya ini menyukai pria hanya karena tampangnya saja? atau apa. Tapi yang jelas, Setiap kali Siska membahas tentang pria di depan Hanna. Respon Hanna pasti selalu sama.
"Dia tidak mungkin menyukaimu"
Suara Hendra mengejutkan Siska dan Hanna, Sambil mengedipkan sebelah matanya pada Siska. Hendra dengan sombongnya melipat kedua tangganya di dada sambil menunjukan sikap coolnya di hadapan Siska.
"Apa urusannya dengan kau! "
"Tidak ada"
"Ya udah sana pergi dasar kepo"
Meskipun sedikit tersinggung dengan ucapan Siska. Hendra memilih diam, dibandingkan harus kena pukul oleh Siska yang sakitnya melebihi jeweran Pak Kenny.
Hanna yang dari tadi memperhatikan Hendra dan Siska mulai tersenyum. Pikiran demi pikirian dan pertanyaan demi pertanyaam mulai bermunculan di kepala Hanna.
"Apa kalian sedang pacaran? "
Kata Hanna asal tebak.
"Apa! "
Sontak Siska berdiri sambil berteriak, Menolak sekaligus membanta ucapan Hanna barusan. Siska seperti tidak terima dengan ucapan Hanna,bukannya tidak senang karena di sangka berpacaran dengan Hendra,Tapi masalahnya Siska beci dengan sifat kekanak- kanakan Hendra yang selalu usil padanya ean yang selalu ingin tau urusannya. Hendra seperti Mr. Kepo dikehidupan Siska.
"Hey Kenapa kau harus menjawab dengan sangat keras, Aku merasa tersinggung Jika kau ingin menyangkal ucapan sahabatmu itu setidaknya jawab dengan pelan"
Ucap Hendra yang bangkit berdiri, karena merasa terluka dengan ucapan Siska, benar kalau Hendra menyukai Siska. Dia sudah menyukai siska saat mereka semester 3, tapi cintanya tidak kunjung di balas oleh Siska, mengigat kesalahan Hendra saat semester 3 yang melempar kecoak saat Siska sedang berusaha belajar sontak Hendra langsung masuk daftar hitam 'cowol yang paling tidak disukai oleh Siska'.
"Kenapa kau harus tersinggung, aku hanya mengatakan yang sebenarnya Memang kita tidak berpacaran Jadi apa masalahnya? "
"Tertu saja aku merasa tersinggung. Pria yang kau lihat di foto itu. Masih jau di bawah ku Aku lebih tampan sekaligus lebih kaya darinya"
Siska tidak dapat menyangkal apa yang baru saja di katakan oleh Hendra. Tapi tetap saja,dia tidak peduli. Debat kursi pun mulai terjadi antara Hendra dan Siska. Tidak mau ambil pusing, Hanna hanya menangapi kedua orang itu dengan senyum tanpa berniat untuk melerai perdebatan mereka karena baginya melihat orang yang berdebat itu seruh.
Namun debat kursi itu berakhir Saat Siska dan Hendra melihat Kelvin yang sedang menarik paksa tangan Hanna membawanya pergi dari kelas.
"Hey Apa yang dilakukan oleh temanmu itu? "
"Aku tidak tau"
"Kau kan temannya Aneh sekali tidak tau"
Ucap Siska yang kesal dengan jawaban Hendra, Dengan langkah kaki cepat Siska meninggalkan ruangan kelas untuk menyusul Hanna dan Kelvin begitu juga Hendra.
****
"Lepaskan! "
"Apa kau pikir aku ini hewan yang bisa kau tarik sesuka hatimu? "
Kata Hanna dengan suara keras, Benci karena Kelvin menariknya begitu saja bahkan tanpa seizin Hanna. Selain itu,Hanna malas karena harus tetus berurusan dengan Kelvin.
Tidak ada jawaban ataupun tanggapan dari Kelvin. Pria itu tengah duduk santai sambil menikmati udara segar di taman belakang kampus, kini matanya terpejam sesekali senyum tipis terlihat di wajah tampan Kelvin.
"Hey apa kau pikir aku ini hantu? "
Sekali lagi Pertanyaan dari Hanna tidak mendapatkan jawaban dari Kelvin, Karena merasa kesal di abaikan Hanna langsung melangkahkan kakinya pergi meninggalkan taman tapi gengaman tangan Kelvin kembali menghentikan langkahnya.
"Duduklah"
"Kali ini apa?"
Ucap Hanna dengan suara malas.
"Duduk saja"
"Wahhhh, Kau ini benar - benar tidak memakai otak mu ya atau bagaimana apa kau pikir karena aku malas jadi kau bisa membawaku ke sini seenak mu"
"Aku ini juga mau belajar"
Ucap Hanna ketus sambil memanyunkan bibirnya. Hanna menatap sinis kearah Kelvin,Rasanya Hanna ingin sekali membunuh Kelvin tapi Hanna berusaha untuk menahan emosinya.
"Ini perjanjian"
Ucap Kelvin singkat dengan Mata yang masih terpejam, Sambil memikirkan sesuatu hal. Jawaban Kelvin membuat Hanna kesal, sambil terus merutuki kebodohannya, seandainya dia tidak memukul Kelvin waktu itu pasti tidak mungkin Hanna akan terlibat dengan permainan bodoh Kelvin yang sangat menyiksanya.
Ditambah lagi, telah meracuni makanan Kelvin dan membuatnya hampir mati keracunan makanan. Entah apa yang akan terjadi pada Hanna jika saja, Kelvin benar - benar melaporkannya pada Pak Kenny Pasti Hanna sudah mati.
Hanna berusaha bersabar dan menuruti kemauan Kelvin, Hanya untuk hari ini. Karena Hanna sudah lelah harus berdebat dengan Kelvin terus menerus. Dia rindu dengan kedamaian hidupnya dulu. Sambil berjalan malas kearah Kelvin, Hanna langsung mendudukan dirinya di bangku taman yang diduduki oleh Kelvin.
"Sampai kapan kita akan duduk seperti ini? "
Entah sudah berapa kali Pertayaan itu terlontarkan dari mulut Hanna tapi tetap saja Kelvin engan menjawab pertayaan itu. Menyebalkan sekali. Tapi Hanna tetap berusaha sabar.
Waktu berlalu dengan cepat. Hanna dan Kelvin masih berada di taman belakang kampus, tanpa adanya pembicaraan sedikitpun. Dilain sisi Hendra dan Siska mengintip dari kejauhan, sambil terus saling bertaya mengenai Kelvin dan Hanna yang pasti jawabanya tidak diketahui oleh mereka.
Kelvin perlahan mulai membuka matanya sambil menatap datar kearah dedaunan yang membentang luas di taman belakang kampus.Kini pandangannya diarahkan ke Hanna.
"Hanna"
Panggil Kelvin pelan.
"Apa sudah selesai bermeditasinya? "
Tanya Hanna. Dengan suara yang riang dan sedikit mengejek.
"Jadilah pacarku"
'Teg'
Hanna terdiam, bukan karena dia terkejut karena baru ditembak oleh Kelvin Tapi Hanna binggung sekaligus kesal dengan permintaan yang di ajukan oleh Kelvin.
"Aku tidak mau"
"Tapi kau harus jadi pacarku"
"Sudah kukatakan padamu Aku tidak mau"
Kata Hanna sambil menekankan kata 'Aku tidak mau'. Langkah kakinya pergi meninggalkan taman belakang kampus, Lagi - lagi kakinya terhenti saat mendengar ucapan Kelvin.
"Hanya untuk 6 bulan"
Tubuh Hanna sepontan berbalik. Saat ini mata bulat hitam milik Hanna sedang menatap Kelvin dengan lekat berusaha untuk mencari tau apa dan maksud sebenarnya dari Kelvin yang terus memintanya untuk menjadi pacarnya.
"Kali ini apa lagi...? "
"Setelah, kau membuat ku di bulli oleh segeronbolan mahasiswa yang sangat menyukaimu. Kali ini apa?. Apa kau ingin melihat mereka membunuhku? Dan..... "
Ucapan Hanna terhenti, Saat Kelvin mulai menggengam kedua tangan Hanna tanpa seizin darinya. Hendra dan Siska yang melihat dari kejauhan saling berseru dan mempertayaan apa yang sedang dilakukan oleh Kelvin dan Hanna. Dengan ekspresi bigung sekaligus bersalah Pada Aldo 'Cintanya di masa depan' Hanna berusaha melepaskan gengaman tangan Kelvin darinya.
Tapi hasilnya nihi Kedua tangan itu tidak mau terlepas. Ditambah lagi tatapan Kelvin yang sangat lekat. Siapapun yang melihatnya pasti akan meleleh dan jatuh hati padanya,Tapi tidak dengan Hanna dia adalah tipe wanita yang sangat setia.
"Tidak ada alasan bagiku untuk memintamu menjadi pacarku Tapi yang jelas Kau... Harus jadi pacar ku"
"Apa!!"
"Jika kau tidak mau, Maka aku terpaksa melaporkan mu pada Pak Kenny atas percobaan membunuh teman sekelasmu "
Hanna berdecak kagum dengan sikap kelicikan Kelvin Dia tidak menyangkah bahwa Kelvin akan selalu mengunakan cara piciknya. Tapi entah kenapa Hanna masih sangat binggung dari alasan Kelvin memilihnya untuk menjadi pacarnya. Padahal banyak sekali wanita yang cantik yang mau jadi pacar Kelvin, tapi kenapa harus Hanna.
"Wahhhh Kau benar-benar licik aku tidak menyangkah. Apa yang kau makan Sampai kau bisa sangat licik seperti ini? "
"Kau tidak menyangkahnya kan? Tapi inilah aku dan seperti inilah aku"
sepasang mata bulat Hanna Kini sedang menatap sinis pada Kelvin, tapi otak Hanna tidak begitu bodoh mengatasi hal-hal seperti ini. Dengan cepat Hanna memikirkan cara lain agar Kelvin mau mengakhiri perjanjiannya.
"Baiklah Jika itu mau mu,aku akan menerimahnya.. Hanya untuk 6 bulan"
Senyum kemenagan tertera pada wajah tampan Kelvin, Namun senyum itu beranjak pergi saat Hanna mengajukan syarat, Sebelah alis Kelvin terangkat berusaha untuk menyelidiki pikiran Hanna saat ini.
"Aku akan menjadi pacarmu selama 6 bulan tapi kau, harus mengakhiri perjanjian itu sekarang, karena aku tidak ingin berpacaran dengan seseorang dibawa tekanan"
'Skatmat'
Kelvin tidak berpikir sampai sejauh itu bahwa Hanna akan mengajukan syarat yang akan membuatnya tidak dapat lagi memberi pelajaran pada Hanna.
Secepat mungkin Kelvin memutar otaknya lagi berusaha untuk mencari jalan keluar dari permasalahan ini.
"Begini saja,Aku akan mengakhiri perjanjian itu Jika dalam 6 bulan kau dapat memenuhi semua kriteria yang ku ajukan sebagai pacar terbaik untuk ku. Bagaimana? "
"Kau... Gila ya! "
"Aku tidak gila. Saat ini aku sadar 100%"
Hanna tidak dapat memutar otaknya lagi Otaknya sekarang benar-benar buntuh. di dalam hatinya,Hanna terus mengutuki Kelvin yang memiliki kelicikan lebih di banding dengan dirinya.Setelah berpikir panjang Hanna menyetujui permintaan Kelvin.
"Satu hal yang harus kau ingat, Jika dalam 6 bulan kau tidak bisa memenuhi semua kriteria sebagai pacar terbaikku Maka aku tidak akan mengakhiri perjanjian itu"
"Baiklah, apa kau pikir aku tidak bisa menjadi pacar terbaik? "
"Entahlah,Dengan sifat dan perawakanmu yang kasar Aku tidak yakin jika kau bisa memenuhi semua kriteria ku"
Sambil terus menarik nafas agar emosinya stabil. Hanna berusaha menenangkan dirinya walau emosinya sudah memuncak saat ini, tapi Hanna harus tetap menahanya.
'Sabar - sabar'
Hanna menatap uluran tangan Kelvin dengan sedikit ragu, sambil berusaha menyakinkan dirinya. Bahwa keputusan yang diambilnya saat ini tidak salah. dengan satu kata, mereka mengakhiri perdebatan panjang ini.
'Deal'
****
Share this novel