“Jadi kau mengembalikan bolanya?” tanya Michael malam itu. Mariah mengangguk pelan, dengan perasaan yang terasa sudah lebih ringan daripada hari-hari sebelumnya.
“Sandra menjelaskan banyak hal padaku mengenai bola itu, dan juga mengenai keamtian putrinya.” Ucap Mariah .
“Helen.” Lanjutnya. “Itu nama purinya yang meninggal kerana penyakit lama yang sudah ia derita. Dan Sandra menceritakan padaku mengenai Helen, segala hal, yang bahkan tidak pernah terpikirkan olehku saat merias jenazahnya.”
“Dia menceritakan mengenai bola itu?”
“Ya.” Jawab Mariah . “Bola kristal itu adalah pemberian kakek Helen sebelum ia meninggal beberapa tahun yang lalu. Dan bola itu, adalah satu-satunya benda kesayangan Helen sat ia merasa kesepian. Ia tidak mempunyai teman kerana penyakit yang dideritanya itu, yang memaksanya untuk terus berada di rumah dengan tubuh lemah. Dan bola itu adalah hal terpenting di dalam hidupnya. Kerana itulah…”
“Kau mengembalikannya.” Sambung Michael .
Mariah mengusap wajahnya. Ia merasa lega kerana sudah mengembalikan bola itu. Namun ia juga masih merasa sedikit takut seandainya suara-suara hantaman itu kembali lagi malam nanti. Apah hal itu akan terjadi?
“Syukurlah!” ucap Mariah keesokan harinya di meja makan. Michael mengelus punggung istrinya, sambil menatapnya serius.
“Kau tidak mengalaminya lagi?”
“Berbeda.” Jawab Mariah . “Aku masih berada di rumah yang sama, akan tetapi keadaannya sungguh berbeda. Rumah itu tidak lagi suram, dan terlihat begitu hangat. Suara nyanyian yang kudengarkan juga sudah tidak aneh lagi. Dan ketika aku memasuki bilik itu…”
“Helen.”
“Dia tersenyum padaku.” Ucap Mariah sambil tersenyum. “Kurasa apa yang kupikirkan benar, Michael . Helen hanya menginginkan bolanya kembali. Itu sebabnya ia selalu masuk ke dalam mimpiku. Untuk mengatakan hal itu.”
Mariah merasa lebih lega beberapa hari setelahnya, saat ia sudah tidak mendapatkan gangguan lagi di dalam tidurnya. Kini ia benar-benar yakin dengan pemikirannya itu. Helen hanya menginginkan bola kristalnya kembali.
Sesuatu berubah. Namun masih ada yang tidak berubah dari dalam diri Mariah .
Wanita itu masih belum mempercayai kekuatan gaib seratus persen. Akan tetapi, kini ia mulai dapat menghargai apa yang tersaji di depan kedua matanya. Ia sadari bahwa jenazah-jenazah yang ia rias memiliki cerita tersendiri di dalam kehidupan mereka.
Dan Mariah berusaha untuk menghargai hal-hal tersebut dengan pekerjaannya. Satu doa yang selalu keluar dari mulutnya ketika ia meraih pada jenazah adalah,
“Semoga kau menemukan ketenangan.”
Share this novel