Keluarga Tachibana

Crime Series 21272

Detektif swasta (partikelir) yang disewa Piya bekerja sangat efektif, Piya dan Salam tidak terlalu kesulitan melakukan pencarian keluarga Ryozo, meskipun keluarganya itu tidak pernah ditemui selama puluhan tahun. Para detektif itu dapat melacak keberadaan mereka dalam hitungan hari.

Orang tua Ryozo, tuan Tachibana meninggal tahun 1965 di Kyoto, mereka selamat dari bom atom yang dijatuhkan Amerika tahun 1945. Keluarga itu keluar dari kota Nagasaki ke daerah yang aman. Pada waktu pemerintah Jepang sebelum perang Pasifik telah membangun di beberapa tempat untuk perlindungan dari serangan udara, bahkan pemerintah pada saat itu membangun fasilitas pertahanan, sehingga keluarga Tachibana dari bom nuklir yang mengerikan itu, penggunaan senjata nuklir masa perang  merupakan untuk pertama dan terakhir kalinya dalam sejarah dunia. Kedua adik Ryozo, Riye dan Riyeko. masih hidup dan tinggal Osaka. Ini penemuan yang sangat fantastis. Ryozo bersyukur akhirnya dia dapat bertemu keluarganya kembali.
Rombongan besar itu kemudian bergerak ke Osaka.

Osaka adalah kota berpenduduk terbesar nomor dua di Jepang. dengan jumlah penduduk 18 juta jiwa. Menemukan seseorang di kota metropolitan sebesar itu bukanlah pekerjaan yang mudah. Ada banyak nama keluarga yang sama, tetapi tuan Akira bukanlah seorang detektif yang kecil, dia adalah pemilik agen detektif besar yang memiliki agen sebanyak 300 orang dengan berbagai keahlian. Piya tidak membayar tuan Akira berupa uang tunai. Piya hanya membayarnya dengan koin kuno dari Spanyol dan satu batang emas. Dua barang berharga itu bernilai lebih dari 4 milyar Rupiah. Pria itu sangat senang, karena sebenarnya pembayaran jasanya hanya bernilai 1 milyar. Tapi Piya dan Salam sangat berterima kasih atas kerja kerasnya yang luar biasa itu.

Tuan Akira menyiapkan pertemuan keluarga itu di InterContinental Hotel Osaka, acara pertemuan keluarga di hotel mewah itu bagian dari pelayanan agensi milik tuan Akira.

Riye dan Riyeko, dua adik perempuan Ryozo, tidak menyangka dapat bertemu lagi dengan kakak mereka, yang pernah di kirim ke luar negeri. Mereka mendapat kabar dari pemerintah bahwa kakaknya di berangkatkan ke Rusia, lalu di kirim lagi ke Jawa. Setelah itu mereka tidak mengetahui lagi kabarnya. Riye dan Riyeko, membawa album keluarga dan jam tangan milik Ryozo. Hanya itu harta berharga yang mereka punya. Dua benda itu selalu mereka bawa ketika mengungsi dari kota ke kota lainnya. Orang tua mereka kemudian memasukkan mereka berdua di sekolah berasrama, kemudian Riye menikah dengan seorang guru, memiliki seorang putra dengan 2 orang cucu, 1 orang cucu buyut. Sementara Riyeko menikah dengan seorang petani, dia memiliki 3 orang anak, 6 orang cucu, dan 2 orang buyut.

Seluruh keluarga itu berkumpul di ruang pertemuan yang mewah. Mereka semua berdebar-debar menunggu kedatangan keluarga Ryozo dari Indonesia. Hanya saja mereka terkejut luar biasa, karena ternyata Ryozo tidak seperti mereka kira.
Ruang pertemuan itu sangat ramai oleh anak-anak yang berlarian ke sana kemari, mereka adalah cucu buyut dari Riye dan Riyeko.
Mereka berhenti rombongan keluarga dari Indonesia datang. Tuan Akira mengenalkan Ryozo dan Riyeko. Kedua adik Ryozo nampak sehat. Kedua kaki mereka masih mampu berdiri dengan kokoh. Meski rambut mereka sudah memutih semua. Tetapi Ryozo dapat mengenali mereka dengan mudah. Riye memiliki tanda di tangannya bekas terbakar, sedang Riyeko memiliki tahi lalat di hidung.

Riye dan Riyeko menatap wajah Ryozo dalam-dalam. "Apakah anda adalah cucu Ryozo?" Mereka tak menyangka Ryozo sangat mirip dengan kakaknya, Ryozo berbicara dengan mereka dengan bahasa Jepang, "Riye, Riyeko, bidadari kecil tak bersayap. Jangan suka menangis, nanti matamu habis di makan ulat!" Ryozo mengucapkan kalimat yang selalu di ucapkan Aniki Ryozo. Dua wanita tua terperangah, tak percaya. Ryozo menyentuh hidung Riyeko, "Hidungmu jangan di tarik terus, kalau hidungmu mancung, bukan adikku lagi", Mata Riyeko berkaca-kaca. 'Aniki!" Dia menangis pilu. Ryozo memegang tangan Riye. "Ibu bilang jangan bermain di dekat pemanas, akibatnya tangan terbakar. Rumah kita jauh dari tabib. Ayah sedang berburu ke hutan, ibu hanya mengoles lukamu dengan nasi untuk mengobatinya. Kita sampai kehabisan nasi untuk makan. Tanganmu lebih penting dari perut kita".mata Ryozo berkaca-kaca. "Aniki!" Dua wanita itu memeluk Ryozo. Tidak penting keadaan Ryozo sekarang. Mereka percaya dengan reinkarnasi. Anak muda ini adalah Ryozo. Tiga bersaudara ini berpelukan dengan tangis yang mengharukan. Ruangan itu telah banjir air mata.
Kebahagiaan dan rasa syukur tak berhingga memenuhi hati mereka.

Tuan Akira menampilkan di layar fhoto-fhoto masa kecil Ryozo waktu berumur 4 tahun, 6 tahun, fhoto mereka bertiga., fhoto ayah ibunya dari muda hingga tua. Ada juga fhoto Ryozo umur 15 tahun dengan seragam tentara. Semua orang menatap fhoto dan Ryozo bergantian, tidak ada perbedaannya. Hanya Fhoto itu hitam putih sementara Ryozo orang yang baru keluar dari fhoto berwarna. Kata Tuan Akira, kakek Subandi dan Basuki terkekeh, mereka mengerti bahasa Jepang. sementara rombongan Piya baru mengerti ketika di artikan ke bahasa Indonesia, barulah tertawa.
Ryozo menceritakan kisah di balik fhoto setiap di tampilkan di layar.

Tak ada syak wasangka lagi di hati Piya dan yang lainnya. Ini adalah kebenaran. Asli tak di ragukan lagi keluarga Tachibana mengakui Ryozo adalah saudara mereka. Bukti tes DNA membuktikan kalau mereka sedarah, satu saudara. Tuhan Maha Kuasa memberikan keajaiban hidup. Ini Nyata.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience