6.

Romance Completed 143720

Maaf kalau saya sering telat update, ya biasalah terkadang saya sering buntu mencari ide. By the way terima kasih atas perhatiannya dengan cerita saya.....

_______________________________________________

Diandra segera tersenyum dan bertanya dengan sopan. "Ada yang bisa saya bantu Pak?". Rendra terlihat kikuk dengan pertanyaan Dian setelah saling tatap tadi.

"Silahkan pulang dulu, nanti biar saya naik taksi saja", ujar Rendra bijaksana. Hati Dian meragu niat hati ingin menemani si-bos sampai sang anak terbangun tapi apa daya Rendra malah memaksanya pulang.

"Tapi Pak...saya bis..", Rendra memegang kedua bahu Dian. Dian sedikit terkejut dengan sikap Rendra tetapi bisa menguasai keadaan jantungnya yang berdetak melebihi biasanya.

"Pulanglah, sudah malam tidak baik anak gadis pulang sendirian lagipula kita hanya berdua disini tak baik juga untuk kamu", ujar Rendra tak mau dibantah.

Dian menghela napas pasrah, kedua kakinya melangkah menuju lobi bawah dengan turun melalui lift. Dalam benaknya ia masih memikirkan Rendra dan Anjani. Terbersit dalam otaknya untuk menunggu sampai keduanya pulang.

Diandra merapikan jaketnya untuk menghalau udara malam yang dingin, tahun ini hujan turun tak tentu. Diandra selalu menyiapkan payung dikantor. Diandra menghampiri warung kopi yang berada tak jauh dari perusahaan Rendra. Ia tersenyum menggelengkan kepala pada pemilik warung saat ia ditawari untuk memesan minuman, ia berbohong menunggu untuk dijemput.

Diandra menunggu selama sepuluh menit tapi Rendra belum juga keluar. Dengan sopan Diandra menolak lagi tawaran pemilik warung. Dilihatnya arloji ditangan kanan, Diandra menggigit bibir bawahnya. Tanpa pikir panjang ia melesat menuju kantor lagi.

Diandra berlari kencang dan menekan tombol lift dengan gemas. Setelah terbuka segera mungkin ia masuk dan menekan lantai paling atas. Jantungnya berburu bersamaan dengan napasnya.

Ting!!

Diandra mengerutkan dahi, apa yang dilihatnya berbeda dengan apa yang ia khawatirkan. Ia melihat sang pimpinan tidur telungkup di atas meja sedang Anjani masih tertidur di sofa panjang dalam ruangan. Ia tersenyum lega. Dian menepuk bahu Rendra pelan.

"Pak bangun. Bapak nggak pulang?", bisik Diandra. Rendra mengedipkan kedua matanya seraya menguap. Diliriknya jam dinding di pojokan. Ia melihat Diandra berdiri disampingnya dengan tatapan khawatir.

"Kok kamu masih disini?", Rendra membetulkan kemejanya yang berantakan. Diandra menatap sayu kearah sang pemimpin.

"Saya menunggu Bapak", jawab Diandra tersipu. Diandra yakin saat ini kedua pipinya pasti seperti kepiting rebus.

**

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience