Pulau Pusaka

Crime Series 21272

Piya akhirnya bisa mengingat Zay kembali, pria ini yang telah mengambil koin emas miliknya. Entah mengapa, Piya tak bisa marah, harusnya Piya kesal karena pria ini menggunakan hipnotis untuk mengambil benda berharga miliknya.

Piya menguatkan emosinya, dia tak ingin terpengaruh lagi. Zay tertawa ramah. Dia mengerti kekhawatiran Piya. "Aku tak akan menghipnotismu lagi!"
"Hmm. Aku ingin mengembalikan uang milikmu". Kata Piya, Dia dapat merasakan aura baik pria itu. Zay tertawa, "Uang itu bukan milikku...itu uang nona Piya sendiri, harga koin itu 20 kali lipat dari nominal yang anda terima!" Piya terkejut, "Benarkah!" Piya tak percaya. " Tentu saja!" Zay tertawa. "Aku tak bisa membeli apa-apa dengan uang sebanyak itu". Piya melipat kedua tangannya ke dada. Zay terbahak, Piya berkata yang sebaliknya. "Aku tak menginginkan uang itu!" Kata Piya. Uang itu bukan berasal dari jerih payahnya. Piya tidak memerlukan uang sebanyak itu untuk hidupnya. Lagi pula siapa yang mau membeli koin emas senilai itu. "Banyak orang yang menginginkan uang sebanyak itu, mereka bahkan rela mati karenanya!" Zay membaca pikirannya.

Pria ini memang Super. Zay menatap lurus ke depan, seolah sedang menerawang, lalu meneruskan kalimatnya, "Saya tak bisa mengembalikan koin itu, benda itu berbahaya, nyawamu bisa terancam. Banyak orang yang ingin memiliki uang koin itu, benda itu adalah kunci rahasia ke harta Karun yang sebenarnya!" Zay membuka rahasia. Piya terhenyak. "Nona Piya, anda sekarang tidak aman. Mohon maaf, selama ini saya terpaksa membuat penjagaan dan pengawalan yang ketat terhadap keluarga anda tanpa anda sadari!"
"Apa!!" Piya terbelalak. Dia tak bisa percaya.
Zay mengambil remote tv. Layar CCTV memaparkan lokasi sekitar rumahnya. "Ini kawasan rumah anda, lihat beberapa mobil hitam yang di parkir itu, mereka semua mengintai anda!" Piya terhenyak. Ia tak mengenal mereka, keluarganya dalam bahaya. Apa yang harus dilakukannya!

Piya menatap Zay. "Jangan khawatir, kami akan menjaga keluargamu!" Zay membaca pikiran Piya.
Piya menarik nafas berat. Sungguh ia tak menyangka bakal mengharapkan bantuan orang lain untuk keselamatan keluarganya. Ketika jadi polisi dulu, dia tak pernah merasa khawatir seperti sekarang. Piya teringat Fatma dan keluarganya.

Zay mengerti. "Seluruh keluargamu sudah kami amankan termasuk keluarga sahabatmu!" Piya bingung. Siapa sebenarnya Zay. Mengapa dia bisa memiliki banyak pasukan rahasia?!
Ponselnya berdering, Piya mengangkatnya. Wajahnya berubah pucat. "Ayahku kecelakaan!"

Zay menelpon seseorang. "Maaf kami sedikit lengah! Ayah dan ibumu sudah di rumah sakit dan mendapatkan pengawalan dari kami!" Zay menyampaikan laporan anak buahnya. Video ayah dan ibunya di rumah sakit. Piya jatuh lemas.

"Nona Piya, anda sekeluarga harus pindah dari rumah itu!"

....

Rasti tak percaya dengan pendengarannya. Piya menyerahkan rumahnya ke Rasti untuk di tempati selama yang diinginkannya.
"Saya bersama ayah, ibu dan kakek mau pindah ke luar negeri!"
"Apa maksudmu? Kamu pikir kami miskin?!" Tante Rasti tersinggung.
'Maaf Tante, tadi Piya cuma menawarkan kalau saja Tante, om dan Delima bersedia. Seandainya tidak, tempat itu akan saya serahkan ke om Jaya". Jaya adalah adik tiri Rasti dan Rinda. Ayah mereka menikah lagi dengan seorang janda anak satu.
"Jangan...jangan...keenakan si Jaya tinggal di tempatmu...Tante tak rela. Biar tante saja yang tinggal di sana....mana kuncinya.". Tante Rasti tidak pernah menyukai adik tirinya itu. Piya menyerahkan kunci rumahnya.

Rasti memang tersinggung, tetapi sebenarnya dia tidak keberatan menempati rumah milik Piya. Daripada ditempati oleh adik tirinya itu, Rasti tak pernah rela, Jaka hidup nyaman di rumah Piya. Ibu tirinya itu telah membuat ibu kandungnya menderita, hingga jatuh miskin karena ditinggal ayahnya kawin lagi.

Setelah ayah Piya sembuh. Zay membawa keluarga Piya ke sebuah pulau, Pulau Pusaka.

"Seperti mimpi rasanya!" Rumah baru mereka sangat megah.
Rinda tercengang. "Tempat itu terlalu mewah dikatakan sebuah rumah. Rumah ini terlalu besar dan mewah untuk ditempati kita bertiga. Piya dan orang tuanya terpukau. Ini Istana!!."
"Aku bisa beternak kambing, Sapi, ikan, bebek...! " Rinda mencubit lengan suaminya. Suaminya meringis. "Itu cita-citaku sejak dulu!" pekiknya tanpa sadar.
Zay dan anak buahnya tertawa. Pulau ini tidak sepi lagi
.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience