Saat ini Gilang dan vania sedang berada di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta.gilang sedari tadi sibuk mencari hadiah sementara vania hanya duduk menunggu Gilang dengan es krim ditangannya.
Sebelumnya Vania sempat menawarkan diri untuk membantu gilang mencari hadiah,tapi dirinya malah disuruh duduk anteng dan makan es krim saja.Inisih lebih baik vania tidak usah ikut kalau ujung-ujungnya cuma jadi pajangan doang.
"Capek yaa??Sama kok saya jugaa??" Vania terkekeh ringan melihat gilang yang menghampirinya dengan wajah lelah.
"Hadiah apa yang di sukai oleh perempuan,vania?" Tanya Gilang dengan nada putus asa.dirinya sudah merasa lelah sekali mencari barang yang tepat untuk sang bunda.
Vania tampak berpikir "Kalau saya pribadi sih sukanya bunga gitu pak?" Jawab Vania.
"Bunga apa?Bunga mawar?Bunga melati? Bunga kantil?Atau bunga-"
"Bunga bank pak!" Potong Vania dengan cengiran di wajahnya.
Gilang mendengus kesal,dia tidak menjawab apapun.lagi pula sejak kapan perempuan didepannya ini bisa diajak serius??
Gilang melipat tangannya di depan dada lalu berpikir sejenak.
"Kalung?" Ucap Vania tiba-tiba.
Gilang kembali menatap vania yang sedang menjilati es krimnya."Maksud kamu saya beli kalung sebagai hadiah?" Vania mengangguk cepat.
"Kebanyakaan perempuan itu suka kalung atau cincin,kecuali saya!saya sukanya bunga bank!" Ucapnya.
"Kalau begitu Ayo kita beli kalung?" Ajak gilang.
"Kita??Bapak aja kali!" Gilang berdecak kesal,dia tau kalau Vania tengah menyindirnya.dengan cepat Gilang meraih tangan vania hingga tanpa sadar dia menggenggam tangan perempuan itu dengan erat.kini keduanya berjalan beriringan menuju toko perhiasan dimall tersebut.
Layaknya sepasang kekasih,Gilang enggan melepaskan genggaman tangannya saat memasuki toko perhiasan."Menurut kamu,saya harus beli kalung yang mana?" tanya gilang kepada Vania.
Vania melihat satu persatu kalung yang terpajang rapi di dalam etalase."Yang ini aja pak?" Jawab Vania sambil menunjuk sebuah kalung berwarna putih dengan bandul yang cukup simple tetapi terlihat mewah.
"Yang ini?" ucap Gilang memastikan pilihan Vania.
"Yes?" Vania mengangguk,membenarkannya.
Kalung itu memang bagus dan pasti akan sangat cocok jika dipakai oleh bundanya.ternyata meminta Vania untuk memilihkan hadiah bukan hal yang salah.vania memang pintar sekali memilih barang yang cocok untuk bundanya.
Gilang tersenyum."Saya mau kalung yang ini satu mbak?" Ucap Gilang kepada sang penjaga toko.
"Baik pak?" Perempuan yang memakai blazer dan rok mini berwarna abu-abu itu pun segera mengambil kalung yang Gilang inginkan lalu membungkusnya dengan rapi.
"Bapak sayang banget ya sama bunda?" Vania menatap kagum kepada gilang.selain tampan dan cerdas,Gilang ternyata sangat sayang dengan keluarganya.
"Tentu saja saya sayang beliau.dia itu cinta pertama saya?" Gilang kembali tersenyum dan langsung dibalas senyuman oleh Vania.
"Abis ini saya mau beli skincare dulu,gapapa kan pak?" Gilang mengangguk setelah itu mengambil salah satu kartu kredit miliknya dari dalam dompet untuk membayar.
"Iya?" jawab Gilang.
"Nanti sebelum pulang kamu juga boleh membeli barang lain yang kamu inginkan?" Lanjutnya.
"Enggak pak,saya mah beli skincare doang!" Ucap gadis itu.
"Maksud saya kamu boleh membeli apa saja yang kamu mau,biar saya yang bayar,itung-itung sebagai imbalan karna kamu udah membantu saya kemarin!" Jelas Gilang.
"Wah??Seriusan pak???Apa aja boleh???" tanya vania antusias dibalas anggukan pasti oleh Gilang.
Vania tersenyum senang,kapan lagikan dia bisa morotin dosen kulkas dua pintu seperti Gilang ini??
===============
"Kalau yang ini keluaran terbaru kak,minggu lalu baru aja launching!" Ucap seorang SPG kepada Vania.
Gilang berdecak kesal.sudah satu jam berlalu dan vania masih saja sibuk mencari skincare.terkadang Gilang suka heran sendiri dengan kaum hawa,sebenernya apasih yang mereka cari??Promo??Atau apa??Tolong jelaskan kepadanya??
"Kalau yang merk—"
"Apalagi sih yang kamu cari vania??Kenapa dari tadi hanya melihat,bertanya dan ujung-ujungnya selalu gak jadi!!" Kesal Gilang karena ini adalah toko kelima yang mereka masuki.
Vania menggaruk pipinya.Ya dia kan mencari skincare yang menurutnya paling bagus dan cocok untuk di wajahnya.jadi,wajar-wajar saja kalau dirinya lama dalam memilih produk.
"Abangnya ya kak?" tanya SPG toko itu kepada Vania.
"bukan,Supir saya mbak?" ucap vania asal lalu dia tertawa setelah melihat wajah gilang yang semakin kesal.
"Durhaka sekali kamu!!" Vania semakin terbahak mendengar ucapan gilang.Keduanya pun berjalan berjalan menuju kasir untuk membayar skincare yang dia beli.
Niatnya sih vania masih ingin mencari produk lain,tapi berhubung wajah Gilang yang sudah sangat kesal membuat dia mengurungkan niatnya itu.
"Mas beneran supir?" tanya SPG itu sekali lagi.
"Bukan!!Saya bapaknya!" jawab kesal gilang.
SPG itu menggeleng heran,menatap Vania dan Gilang bergantian.dasar,Pasangan Absurd,pikirnya.
================
"Totalnya jadi Rp. 520.000,00 kak?" ucap sang kasir menyebutkan total belanja Vania.
"oke?" Vania hendak memberikan kartu ATM nya namun dia kalah cepat dengan Gilang yang tiba-tiba datang dan membayarnya dengan uang tunai.
"Lho pak?Kok bapak yang bay-"
"saya udah bilang kan.saya yang akan bayar.imbalan untuk kamu?" Ucap Gilang dengan santainya.
Vania meringis."tapi imbalannya kegedean pak,saya jadi gak enak sama bapak!" Untuk kali ini Vania berkata jujur.dia merasa tidak enak kepada gilang.lima ratus ribu bukanlah nominal yang kecil.
"Tidak masalah.Apa ada yang ingin kamu beli lagi?" tanya Gilang.
"Enggak pak,bapak bayarin skincare saya aja udah lebih dari cukup?" jawabnya.
"Hanya lima ratus ribu Vania,kamu gak usah lebay begitu!" ucap gilang membuat vania lagi-lagi berdecak kagum,Sekaya apasih dosennya ini?
"Makasih yaa pak!" Gilang hanya berdehem.
Gilang melirik Vania."Kamu mau ikut saya ketemu bunda gak?" tanyanya.
"ah...ke-ketemu bundanya bapak?" Vania terkejut lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.bertemu dengan orang tua Gilang??itu sama sekali tidak terlintas di pikirannya??
"iya.saya mau kenalkan kamu sama bunda?" Gilang tersenyum santai sementara Vania tersenyum kikuk mendengar perkataan Gilang.
"tapi pak-"
"hanya sebentar aja.saya janji setelah itu saya akan antar kamu pulang?" Vania hanya mengangguk pasrah.
================
Vania terus bergerak gelisah macam lintah ditaburi garam,dia melirik kesal pada Gilang yang sedang fokus menyetir mobil.
"Pak,saya pulang aja ya?" ucap Vania dengan wajah memelas.
"Kenapa memang?" Gilang menatap Vania kebingungan.
"Ya...itu..." Aduhh,bagaimana Vania menjelaskannya kalau saat ini dirinya sangat gugup karena ingin bertemu dengan ibu Hanna.
"Kamu tenang aja.bunda saya orang baik kok.dia pasti senang bisa kenal sama kamu?" Gilang tersenyum kemudian tangannya terulur ke arah Vania mengelus lembut kepala mahasiswinya itu.
Vania menggigit ibu jarinya.walaupun Gilang sudah berkata demikian untuk menenangkan hatinya,tapi tetap saja rasa gugup itu masih ada.
Setelah beberapa menit menelusuri jalan,akhirnya mereka sampai di rumah kediaman keluarga Gilang.
Gilang melepaskan selt belt ditubuhnya dan melirik vania sekilas."Kamu ingin disini sampai pagi Atau ikut saya turun?" Tanyanya.
Vania menghela nafas panjang.oke,sepertinya dia benar-benar harus pasrah kepada Tuhan.
"Iya,saya turun?" Vania mulai melepaskan selt belt nya kemudian segera turun dari mobil Gilang.
==============
Vania mengatur nafasnya sebelum masuk ke dalam rumah besar dan mewah milik keluarga gilang.Kira-kira bagaimana ekspresi ibu Hanna ketika bertemu dengan Vania.
"Pak saya deg-degan banget nih,saya nunggu di mobil aja deh!" Gilang langsung menahan lengan Vania.
"Kalau gak deg-degan kamu mati Vania.sudah,ikut saya aja!" Gilang membuka pintu rumahnya perlahan.
Ceklek...
"Assalamualaikum?!" Seru Gilang.
Ibu Hanna yang saat itu tengah menonton tv diruang keluarga langsung menolehkan kepalanya ke sumber suara.
"Wa'alaikumsalam?!" Ucap ibu Hanna.Vania tersenyum gugup saat mendapati ibu Hanna menatap dirinya.
"Kamu baru pulang,Lang?" Tanya ibu Hanna.
"Iya Bun?" Gilang berjalan menghampiri bundanya lalu mencium tangan sang bunda.
"Kamu...sama siapa nak?" Ibu Hanna melirikan matanya kearah Vania yang masih diam ditempat.
"Mmm...itu..." Belum sempat gilang menjelaskannya ibu Hanna sudah berjalan menghampiri Vania.
Sejenak wanita itu melihat penampilan Vania dari bawah sampai atas.dan itu tentu saja membuat Vania semakin gugup.
"Nama kamu siapa nak?" Tanya ibu Hanna penuh kelembutan.
"Saya...va-vania Tante?" Vania langsung mencium tangan wania dihadapannya.
Ibu Hanna tersenyum manis."jangan gugup gitu.perkenalkan saya hanna,bundanya gilang.mari,silahkan duduk?" Ibu Hanna mempersilahkan Vania untuk duduk di sofa.
"Makasih Tante?" Masih dalam keadaan kikuk Vania mengikuti permintaan ibu Hanna.
"Vania,saya mandi dulu ya.setelah itu saya akan antar kamu pulang?" Tanpa mendengar jawaban dari Vania Gilang sudah berjalan menaiki tangga.
"Eh,sampai lupa.kamu mau minum apa Vania?" Tanya wanita paruh baya itu.
"Gak usah repot-repot Tante?" Jawab Vania.
"Tidak apa.kamu kan tamu.tunggu sebentar ya?" Ibu Hanna pun memanggil bi Surti.
"Iya nyonya,ada yang bisa saya bantu?" Ucap bi Surti yang baru saja datang.
"Tolong buatin minum untuk Vania ya?" Pintanya.
"Baik nyonya?" Bi Surti mengangguk lalu berjalan menuju dapur untuk membuatkan minuman.
Setelah kepergian bi Surti keheningan pun terjadi.namun hal tersebut berlangsung hanya beberapa detik saja,sampai akhirnya ibu Hanna melontarkan sebuah pertanyaan yang berhasil membuat Vania terkejut.
"Kamu pacarya Gilang,nak?" Tanya ibu Hanna penasaran.pasalnya semenjak anak laki-lakinya itu beranjak dewasa baru kali ini Gilang membawa seorang gadis kerumahnya.
"Bu-bukan Tante.saya itu mahasiswi sekaligus asisten pak Gilang?" Jelasnya.
"Oh,jadi kamu itu mahasiswinya Gilang?" Vania mengangguk cepat.
"Maaf ya,Tante fikir kamu itu pacarnya gilang.abisnya baru kali ini Gilang bawa perempuan kerumah?" Ucap ibu Hanna yang masih tidak percaya kalau Vania hanya mahasiswi dari anaknya itu.
Ditengah-tengah perbicangan Vania dan ibu Hanna datanglah bi Surti membawa dua gelas orange jus dan beberapa cemilan.tidak lama setelah itu juga datanglah Gilang yang berjalan menuruni tangga.
"Ayah kemana,bun?" Tanya Gilang karena sedari tadi dirinya belum melihat keberadaan ayahnya dirumah.
"Ayah lagi pergi ke rumah temannya.mungkin sebentar lagi dia pulang?" Gilang hanya ber"o" ria setelah itu duduk di samping Vania.
"Mau pulang sekarang?" Tanya Gilang kepada Vania yang kemudian langsung diangguki oleh gadis tersebut.
Vania meneguk sedikit minuman yang sudah disediakan oleh Bi Surti."Tante,aku pamit pulang dulu ya?" Vania beranjak dari sofa,begitu juga dengan Gilang dan ibu Hanna.
"Kok kamu udah mau pulang aja sih.kan baru sebentar mainnya?" Ada raut kekecewaan diwajah ibu Hanna.
"Bunda tenang aja.lain kali aku akan ajak Vania main lagi kesini?" Gilang menoleh ke arah Vania.
"Ah,i-iya tante.insyaallah saya akan main lagi ke sini?" Ibu Hanna begitu senang sekali ketika mendengar Vania ingin berkunjung lagi kerumahnya.
"Baiklah,Tante tunggu kedatangan kamu?" Ucapnya.
===============
"Dimanakah kau berada"
"Kumencari sisimu yang aku kenali"
"Dan adakah yang tersisa"
"Alasanku tuk bertahan disini"
Vania melantunkan lagu yang diputar oleh Gilang didalam mobilnya.sesekali Gilang yang fokus menyetir melirik ke arah vania sambil tersenyum.gilang kagum dengan suara merdu dari mahasiswinya itu.bahkan kalau boleh jujur,lebih bagus suara Vania dibandingkan suara penyanyi aslinya.
"Kamu suka nyanyi ya?" Tanya Gilang.
Vania tersenyum,sebelum menjawab dirinya melantunkan kembali lagu yang sedang didengarkannya.
"Iya,kenapa pak?bagus ya suara saya?" Gilang menganggukkan kepalanya.
"Suara kamu bagus.kenapa kamu gak ikutan master chef aja?" Seketika itu juga Vania melempar tatapan tajam kearah Gilang.
"Nyanyi sama masak beda jauh pak?" Ucapnya sinis.bukannya takut Gilang malah tertawa melihat ekspresi wajah Vania.
"Saya bercanda vania.marah-marah Mulu si.cepet tua loh?" Canda Gilang.
Vania mencibir tidak lama dirinya kembali bernyanyi kali ini diikuti dengan gayanya yang ekspresif.soal Gilang,vania sama sekali tidak memperdulikannya.
===============
"Udah sampai?" Ucap Gilang setelah menghentikan mobilnya di depan rumah Vania.
"Makasih ya pak udah anter saya pulang?" Vania pun membuka sabuk pengamannya lalu keluar dari mobil.
Awalnya Gilang tidak ingin turun dari mobil namun tiba-tiba saja dirinya berubah pikiran.
"Vania!!tunggu!!" Gilang bergegas turun dari mobilnya kemudian mengejar Vania yang tengah membuka pintu pagar.
"Kenapa pak?" Tanya Vania kebingungan.
Gilang terdiam sejenak menatap vania.entah keberanian dari mana gilang perlahan mendekatkan wajahnya ke wajah Vania dan....
Cup
Sebuah kecupan mendarat mulus di bibir vania.hanya sedetik,namun hal tersebut berhasil membuat Vania terbelalak.Perlahan Gilang menjauhkan wajahnya.dapat dia liat Vania sangat terkejut akan aksi kurang ajarnya itu.
"Ma-maaf Vania sa-saya-"
Ucapan Gilang terpotong saat melihat Vania pergi begitu saja memasuki rumahnya.
"Shit!!!...apa yang udah loe lakuin Lang!!" Maki Gilang kepada dirinya sendiri.
Sementara itu di sisi lain Vania terus berlari menuju kamarnya.sesampainya didalam Vania langsung merebahkan tubuh mungilnya keatas kasur.
Vania memejamkan kedua matanya.perlahan tangannya menyentuh bibir yang baru saja dicium oleh Gilang.
"First kiss gue??" Batinnya.
Share this novel