Pirates Of Seven Seas

Romance Series 61412

Chapter 4

Langkah kaki Ryvan bergema di jalan berbatu Pulau Raven. Barisan lampu minyak yang tergantung di dinding bangunan kayu berkelip-kelip, menciptakan bayangan yang bergetar di tanah. Suasana di dalam bar masih tegang setelah pertarungan tadi, tetapi Ryvan tidak menoleh ke belakang.

"Aku harus lebih kuat."

Pertarungan tadi memberinya keyakinan, tetapi juga peringatan—musuh yang akan dia hadapi di masa depan jauh lebih berbahaya. Jika hanya seorang pemburu hadiah biasa saja hampir membuatnya kewalahan, bagaimana mungkin dia bisa menaklukkan tujuh lautan?

Saat dia berjalan menuju dermaga di mana Earnest Stars berlabuh, langkahnya terhenti oleh suara seseorang di belakangnya.

"Kau benar-benar gila, kan?"

Ryvan menoleh dan melihat lelaki tua bartender tadi sedang berjalan mendekatinya.

"Tak ramai yang bisa mengalahkan Garret dengan mudah," kata lelaki tua itu, menyebut nama lelaki besar yang baru saja dia kalahkan.

Ryvan hanya mengangkat bahu. "Dia terlalu lambat."

Lelaki tua itu tertawa kecil sebelum mengeluarkan sebatang cerut dan menyalakannya. "Aku pernah melihat banyak lanun yang ingin menakluk tujuh lautan, tapi kebanyakan dari mereka mati sebelum sempat melewati lautan pertama."

Ryvan menyilangkan tangannya. "Aku bukan mereka."

Lelaki tua itu menghembuskan asap cerutnya sebelum memandang Ryvan dengan serius. "Kau butuh kru, anak muda. Tidak ada lanun yang bisa menaklukkan lautan seorang diri."

Ryvan terdiam. Dia tahu lelaki itu benar. Saat ini, dia hanya memiliki kapal dan impian, tetapi tidak ada orang yang bisa membantunya menjalankan kapal atau bertarung bersamanya.

Lelaki tua itu tersenyum. "Kebetulan, aku kenal beberapa orang yang mungkin tertarik untuk bergabung dengan seseorang sepertimu… jika kau bisa membuat mereka percaya kepadamu."

Ryvan mengangkat keningnya. "Siapa mereka?"

Lelaki tua itu menepuk bahu Ryvan dan berbisik, "Ikut aku."

Mereka berjalan menyusuri jalan sempit di antara bangunan-bangunan kayu. Suasana malam semakin sepi, hanya terdengar suara ombak menghantam tebing. Setelah beberapa minit berjalan, mereka tiba di depan sebuah bangunan usang dengan pintu kayu yang sudah lapuk.

Lelaki tua itu mengetuk pintu tiga kali, lalu mundur selangkah.

Pintu terbuka perlahan, dan seorang wanita dengan rambut perak panjang serta mata tajam berdiri di ambang pintu. Dia mengenakan pakaian sederhana tetapi terlihat gesit dan siap bertarung kapan saja.

"Ada apa, Vane?" tanya wanita itu dengan nada curiga.

Lelaki tua itu, yang kini diketahui bernama Vane, tersenyum lebar. "Aku membawakan seorang calon kapten untukmu."

Wanita itu menatap Ryvan dari atas ke bawah sebelum mengangkat satu alis. "Anak ini?"

Ryvan melangkah maju. "Nama aku Ryvan Van Crieg, dan aku akan menaklukkan tujuh lautan."

Wanita itu tertawa kecil sebelum bersandar di pintu. "Banyak yang berkata begitu sebelum mereka mati tenggelam di laut. Apa yang membuatmu berbeza?"

Ryvan menatapnya tajam. "Aku tak pernah kalah dalam pertarungan. Dan aku tak pernah menyerah."

Wanita itu terdiam sejenak sebelum mengangguk. "Menarik. Namaku Elara Vex, bekas penembak terbaik di armada Raja Laut Selatan."

Ryvan mengangkat keningnya. "Bekas?"

Elara menyeringai. "Aku meninggalkan mereka kerana aku tak suka diperintah. Aku lebih suka kebebasan."

Vane menyela, "Dia penembak jitu terbaik yang pernah aku lihat. Jika kau mahu seseorang yang bisa menembak musuh dari jauh sebelum mereka sempat melihat kapalmu, Elara adalah orangnya."

Ryvan menatap Elara, yang balas menatapnya dengan mata penuh tantangan.

"Baik," kata Ryvan. "Aku mahu kau bergabung denganku."

Elara tertawa. "Aku tak bergabung dengan seseorang hanya kerana kata-kata. Aku ingin melihat sejauh mana kemampuanmu."

Dia berbalik dan mengambil dua pistol dari pinggangnya. "Kita akan bertarung satu lawan satu. Jika kau bisa mengalahkanku, aku akan mempertimbangkan untuk ikut denganmu."

Ryvan tersenyum kecil. "Baiklah, aku tak keberatan dengan sedikit latihan."

Mereka bergerak ke tanah lapang di belakang bangunan, di mana obor-obor kecil menerangi area pertarungan mereka.

Elara mengangkat pistolnya dan mengarahkannya ke Ryvan. "Bersiaplah."

Ryvan mencabut pedangnya dan menunggu.

Dalam sekelip mata, Elara melepaskan tembakan pertama!

Ryvan menghindar ke samping, tetapi tembakan kedua sudah meluncur tepat ke arahnya. Dengan reflek cepat, dia mengayunkan pedangnya dan—clang!—menangkis peluru itu, membuatnya terpental ke tanah.

"Menarik," kata Elara sambil tersenyum. "Tak ramai yang bisa menangkis peluru dengan pedang."

Dia berlari ke samping sambil terus menembak. Ryvan melompat ke belakang, menghindari setiap tembakan dengan gesit.

Saat dia melihat celah, dia meluncur ke depan dengan kecepatan luar biasa, pedangnya terangkat untuk menyerang.

Tetapi sebelum dia bisa menyerang, Elara sudah berputar dengan cepat dan menendangnya tepat di perut!

Ryvan terdorong ke belakang tetapi tetap berdiri teguh. Dia tersenyum.

"Bagus… kau cepat."

Elara menurunkan pistolnya. "Dan kau cukup tangguh."

Dia berbalik dan memasukkan kembali pistolnya ke sarung. "Baiklah, aku akan ikut denganmu."

Ryvan menghela nafas, masih merasakan sedikit sakit di perutnya. "Bagus. Satu kru sudah aku dapatkan."

Elara menatapnya. "Kau butuh lebih banyak orang jika ingin bertahan di lautan."

Ryvan tersenyum lebar. "Aku tahu. Dan aku akan menemui mereka satu per satu."

Dengan itu, perjalanan Ryvan untuk membentuk kru pertamanya pun dimulai.

To be continued to Chapter 5...

Share this novel

Guest User
 

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience