Jakarta,,,
19:45 wib,
"bi...bibi..."
Seorang wanita paruh baya yang merasa dipanggil itu pun buru-buru keluar dari dapur untuk menemui nyonya besarnya.
"iya,nyonya.ada apa?" tanya IRT tersebut setelah berdiri berhadapan dengan ibu Hanna.
"Kamu liat tuan gak yah?" ucap sang nyonya.IRT itu pun menggelengkan kepalanya dengan pelan.
"maaf nyonya.saya belum liat tuan dari tadi.mungkin tuan ada dikamar?" ucapnya.kali ini giliran ibu Hanna yang menggelengkan kepalanya.
"gak ada bi.ini saya baru ngambil obat untuk tuan di kamar.tapi dia gak ada.saya juga udah cari ke taman,ruang tamu,sama ruang keluarga juga gak ada.?" dari raut wajahnya terlihat sekali kalau ibu Hanna sangat cemas.
"maaf nyonya.apa nyonya udah cari di kamar lain?" tanya IRT itu.mengingat tuan besarnya itu sedang drop jadi tidak mungkin kalau sampai beliau keluar rumah sendirian.
"belum sih?" Jawabnya.
"mau saya bantu cari,nyah?" tawarnya.
"Mm..gak usah deh.kamu lanjut kerjaan kamu aja.biar saya coba cari di kamar lain?" ucapnya.
"baik,nyah.kalau gitu saya lanjut kerja dulu?" setelah berpamitan IRT itu pun kembali ke dapur.sementara ibu Hanna langsung pergi ke lantai atas.
============
Disebuah kamar yang sudah lama tidak ditempati,terlihat sosok pak Gunawan tengah duduk di tepi ranjang.sambil memegang bingkai foto ditangannya,fikiran laki-laki itu melayang pada momen bahagianya puluhan tahun silam.
flashback
"ayah?" seru seorang anak perempuan berusia delapan tahun yang berlari sambil membawa anak kucing ditangannya.
Pak Gunawan yang kala itu sedang fokus pada layar laptopnya langsung mengalihkan pandangan ke arah sang anak.
"ada apa sayang?" tanya pak Gunawan saat Giska berdiri di sampingnya.
"ayah.kucing ini lucu banget.liat deh?" Giska menunjukkan kucing berwarna putih yang baru saja ditangkapnya di halaman.pak Gunawan tersenyum manis lalu melihat ke arah kucing tersebut.
"Kamu dapet dari mana anak kucing ini,sayang?" tanyanya sambil mengelus-elus lembut hewan berbulu itu.
"dari situ yah?" tunjuk Giska pada halaman yang terdapat ayunan anak-anak.
Pak Gilang kembali tersenyum lalu tangannya beralih mengelus rambut sang anak.
"kembalikan ya.kasihan loh.nanti induknya nyariin?" ucapnya.giska menggeleng cepat.
"gak mau?" tolaknya.
"giska suka banget sama kucingnya.cantik.boleh aku rawat ya yah?" pinta anak kecil itu dengan raut wajah polosnya.Pak Gunawan tampak terdiam sejenak.
"mm.. boleh gak ya??" laki-laki itu tampak berpikir sambil mengetuk-ngetuk jari telunjuknya pada dagu.
"boleh ya,yah.janji deh.aku bakal rawat kucing ini dengan baik?" pak Gunawan hendak bersuara namun perhatiannya kembali teralih pada anak laki-lakinya.
"Yayah?" bocah kecil berumur tiga tahun berlari ke arah pak Gunawan dan Giska sambil membawa sesuatu di tangannya.
"astaga nak.kamu dapat dari mana itu?" tanya pak Gunawan yang keheranan serta kaget karena anaknya datang membawa anak kucing lagi.kali ini kucingnya berwarna abu-abu.
"situ yah?" lagi-lagi arah yang ditunjuk gilang sama dengan yang ditunjuk oleh Giska tadi.
Disaat bersamaan datanglah ibu Hanna menghampiri suami serta kedua anaknya yang ada di teras.lalu duduk di samping sang suami.
"ada apa ini?" tanya wanita itu dengan nada lembut.
"ini loh bun.anak-anak bawa in aku kucing?" ucapnya lalu segera melirik ke arah anak kucing yang dimaksud.dengan cepat ibu Hanna mengalihkan perhatiannya pada anak kucing tersebut.
"astaga nak.kalian dapat dari mana anak kucingnya?" Dengan kompak Gilang dan Giska menunjuk ke arah halaman.
"bunda.aku boleh rawat ya kucingnya?" pinta Giska lagi kepada sang bunda.
"aku juga...aku juga?" timpal Gilang dengan nada antusias.
Ibu Hanna menatap sang suami.keduanya terlihat kebingungan.
"tapi nanti kalau induknya cariin gimana??" tanya ibu Hanna menatap kedua anaknya secara bergantian.
"gak akan bunda.soalnya tadi aku gak liat ada induknya disana.boleh ya Bun...?" mohon Giska lagi.
Ibu Hanna menghela nafas panjang lalu kembali melihat ke arah sang suami.
"gimana yah.boleh gak?" tanya ibu Hanna kepada pak Gunawan.
Secara bersamaan Giska dan Gilang menatap ke arah pak gunawan.tidak lupa dengan raut wajah memelas namun terlihat menggemaskan.
"baiklah.ayah izinin kalian rawat kucing ini.tapi...dengan syarat.kalian gak boleh kasarin kucingnya.paham?" dengan cepat Giska dan Gilang menganggukkan kepalanya.
"Yeey...makasih ayah?" seru Giska.
"hemm..cuma bilang makasih doang nih.kiss nya mana?" tunjuk pak Gunawan pada pipi kirinya..
Giska dan Gilang saling bertatapan.tidak lama giska bergerak mencium pipi kiri ayahnya.disusul Gilang mencium pipi ayahnya yang sebelah kanan.
"kita berdua sayang ayah?" seru kedua anak tersebut.
"ayah juga sayang kalian berdua?" balasnya kemudian segera memeluk anaknya lalu mencium pucuk kepala mereka.
flashback end
=============
Tes
Tes
Tanpa terasa air mata pak Gunawan jatuh membasahi bingkai foto.
"ayah rindu kalian berdua?" ucap pak Gunawan begitu lirih.
"apa kalian juga rindu dengan ayah nak?" Semenjak anak perempuannya meninggal beberapa tahun lalu,ditambah lagi Gilang yang pergi menetap di kota Surabaya.hidup pak Gunawan kini terasa semakin sepi.walaupun ada sang istri yang selalu menghibur dan menemani nya,tapi tetap saja terasa ada yang hilang dari hidupnya.
"maafin ayah yang gak bisa jadi ayah yang baik disisa hidup kamu,sayang?" pandangannya kini terfokus pada sosok anak perempuannya itu.
"kalau aja waktu itu ayah gak egois.mungkin kamu masih disini nemenin ayah?" tanpa sepengetahuannya,di balik pintu kamar yang sedikit terbuka,ada ibu hanna yang sedang memperhatikan pak Gunawan.hatinya sangat tersentuh saat melihat sang suami menangis melihat foto anak mereka.
Sebenernya selama ini ibu Hanna mengetahui jelas kalau sang suami merindukan anak-anaknya.terutama Gilang yang ada diluar kota sana.namun,karena rasa ego yang tinggi,pak gunawan enggan untuk mengungkapkan kerinduannya itu kepada Gilang.
==============
Surabaya,,
Gilang tengah berjalan menuju mobilnya yang terparkir di basement kantor.namun sesaat perhatiannya teralih pada sosok Jason yang berdiri di depan mobilnya.
"loh.jason.kamu ngapain ada di sini.bukannya kamu saya udah suruh pulang setengah jam lalu?" tanya Gilang keheranan.dia pun segera melihat jam tangannya.waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam.
"iya pak.saya emang sengaja nunggu bapak.takut bapak butuh saya untuk diantar pulang ke rumah?" bukan tanpa alasan Jason melakukan hal tersebut.jason hanya takut jika bosnya itu tidak kuat mengendarai mobil.mengingat kemarin bos nya itu sakit.
"Ck!kamu ini.saya kan udah bilang tadi.saya bisa pulang sendiri?!" ucap Gilang.jason terdiam sejenak,memikirkan sesuatu hal di kepalanya.
"tapi...-"
"kamu ngeremehin saya?!" Gilang mendelik tajam ke arah jason.membuat laki-laki tersebut gelagapan menatap Gilang.
"bu-bukan gitu pak hanya saja...-"
"sudah.lebih baik kamu pulang sekarang.saya bisa nyetir sendiri.paham?" ucap gilang final.
Jason kembali terdiam namun setelah itu dirinya menganggukan kepalanya.
"baiklah pak.kalau begitu saya pulang dulu?" pamitnya.
Setelah Jason pergi Gilang pun segera memasuki mobilnya.saat ingin menyalakan mesin mobil,tiba-tiba saja hp miliknya berdering.
"assalamualaikum,Bun?" ucap Gilang setelah mengangkat panggilan telepon dari sang bunda.
"wa'alaikum salam.lang?" jawab ibu hanna.
"ada apa Bun,telpon aku?" terdengar suara decakan kesal dari wanita paruh baya tersebut.
"Kamu ini gimana sih lang.tadi janji mau telpon bunda setelah makan siang.tapi apa.sampai malam gini kamu belum juga telpon bunda?" omel ibu Hanna.
Sejenak Gilang memejamkan matanya.tangan kanannya bergerak menyugar rambutnya dari atas sampai ke belakang kepala.Astaga.gilang benar-benar lupa dengan hal tersebut.
"maaf bun.gilang lupa?" ucapnya.
"hahh...kamu ini.mentang-mentang udah punya keluarga sendiri.bunda di lupain gini?" keluhnya.
"apaan sih bun.bukan kayak gitu kok.hari ini Gilang lagi banyak kerjaan yang harus Gilang urus.makanya jadi lupa buat telpon bunda?" jelasnya.
"oke.terus gimana sama permintaan bunda tadi.kamu mau kan pulang ke jakarta.ayah lagi sakit loh?" seketika Gilang terdiam.
"lang?" Gilang menghela nafas panjang.
"bun.bukannya aku gak mau tapi-"
"jangan banyak alesan lagi Lang.bunda itu kangen banget sama kalian.ditambah sekarang ayah lagi sakit.masa kamu tega gak jenguk kita di jakarta.kamu itu anak satu-satunya bunda loh Lang??" ucap ibi Hanna menohok membuat Gilang kembali terdiam.
"aku bicarakan hal ini dengan Raisa dan Nadia dulu ya bun.kalau mereka mau untuk ke Jakarta,Gilang akan langsung kabari bunda?" jelas Gilang.
"ya sudah.bunda tunggu kabar dari kamu.tapi jangan terlalu lama,oke???" gilang langsung mengangguk.
"iya?" tidak berselang lama panggilan telepon itu pun terputus.gilang segera menaruh hp nya di dasbor mobil kemudian menyandarkan tubuhnya ke belakang.
"apa aku udah siap kembali ke kota itu lagi?" Gilang memijat pelipisnya.jujur,hal ini lebih membuat dirinya pening dibandingkan dengan urusan kantornya tadi.
==============
Jakarta,,
Rika berdecak kesal.untuk kesekian kalinya gadis itu melihat ke arah jam yang ada di tangannya.
"kemana sih bela.dia yang bikin janji.tapi sampai jam segini tuh bocah belum dateng juga?" gerutunya.
Secara bersamaan Vania dan juga Revan mengangkat pergelangan tangan mereka,guna melihat jam.
"iya.bela kemana ya.ini udah lewat 45 menit loh?" ucap Vania sambil melihat sekeliling cafe yang menjadi tempat janjian mereka.
"apa dia gak WA kamu sayang?" tanya revan.namun langsung dijawab Vania dengan gelengan kepala.
"gue gak mau tau.pokoknya nanti dia yang bayarin semua makanan dan minuman pesanan kita?" dengan raut wajahnya yang kesal Rika melihat ke arah Vania dan juga Revan.
"positive thinking aja.mungkin bela lagi kejebak macet?" ucap Revan kepada Vania yang terlihat mulai cemas.
"iya.semoga aja?" jawab gadis itu.
Tidak berselang lama kemudian datanglah bela bersama dengan Adnan.
"sorry guys.gue telat?" ucap bela penuh rasa bersalah kepada ketiga orang tersebut.
"dari mana aja loe.baru Dateng sekarang!!" omel Rika kepada sahabatnya yang baru saja datang itu.
"Rika,kamu tenang dulu.biar bela jelasin alasan keterlambatannya,oke?" pinta Revan.Vania menatap kedua orang yang masih berdiri di hadapannya.
"Kita kejebak macet tadi.terus ambil barang ini juga untuk kalian?" ucap bela sambil menunjukan beberapa undangan ditangannya.
"apaan tuh?" tanya Rika dengan rasa kepo yang sangat besar.
Bela dan Adnan saling bertatapan kemudian segera menduduki kursi kosong di sana.
"undangan pertunangan kita?" jawab Adnan yang berhasil membuat ketiga orang tersebut tercengang.
"gimana-gimana???undangan pertunangan???gue gak salah denger kah??" ucap Rika lagi menatap Bela dan Adnan bergantian.
"Kamu gak salah dengar Rik,aku sama bela akan bertunangan?" Adnan mengambil alih undangan yang dipegang bela lalu memberikannya mereka semua.
Pandangan Vania kembali terarah pada bela dan Adnan.jujur sampai detik ini Vania masih tidak percaya dengan kabar tersebut.baru di tinggal beberapa Minggu saja ke Surabaya,Vania sudah kecolongan dengan kisah mereka berdua.
Vania segera beranjak dari tempat duduknya lalu berjalan menghampiri Adnan.
"ikut aku kak.aku mau ngomong berdua sama kakak?" titah gadis itu.
Adnan menatap ke arah Revan,seakan meminta persetujuan laki-laki tersebut.tidak lama Revan mengangguk,pertanda dirinya setuju.setelah itu Adnan pun segera berdiri lalu berjalan mengikuti langkah Vania.
Gadis itu membawa Adnan menjauh dari meja mereka,namun masih bisa terpantau oleh Revan.
"Kamu mau ngomong apa,prices??" ucap Adnan setelah mereka berada di sudut cafe.
"To the point aja kak.kak Adnan beneran mau tunangan sama bela?" tanya Vania dengan penuh keseriusan.
"apa ucapan aku barusan terlihat bercanda,hm?" gadis itu kini menatap manik mata Adnan,mencari tau jawabannya.
"nia.dengarkan aku?" Adnan sedikit menundukkan kepalanya,mensejajarkan dirinya dengan vania.lalu kedua tangannya memegangi pundak gadis tersebut.
"aku tau kamu pasti mengira aku gak serius dengan bela.dan pasti kamu juga menganggap perasaan aku ini hanya pelarian semata bukan?" Adnan menatap dalam gadis dihadapannya.
"tapi jujur vania.saat ini perasaan aku ke bela benar-benar tulus.AKU SUNGGUH-SUNGGUH MENCINTAI DIA.entah sejak kapan perasaan ini ada ,aku pun juga gak tau.semuanya mengalir begitu saja?" Vania menghela nafas panjang.ditepisnya kedua tangan Adnan yang masih memegangi pundaknya.
"oke,aku percaya sama kakak.tapi ingat.kalau kakak sampai nyakitin bela,maka aku gak akan segan ngejauhin dia dari kakak?" Adnan tersenyum.kali ini tangan kanannya bergerak mengelus pucuk kepala vania.
"makasih atas kepercayaan kamu ini.kakak janji akan terus mencintai,menyayangi dan menjaga bela.sepeti yang kamu inginkan?" ucap Adnan penuh keyakinan.
Share this novel