Gilang berusaha keras untuk tetap fokus pada pekerjaannya dikanror,namun nyatanya nihil.laki-laki ini tidak bisa berkonsentrasi karena terus memikirkan pertunangannya dengan Raisa yang akan dilangsungkan beberapa hari lagi.
Sekarang ini otaknya benar-benar tidak bisa diajak bekerja sama untuk berpikir jernih.disatu sisi gilang tidak ingin kehilangan wanita dicintainya.tapi disisi lain,Gilang harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada malam itu.
Aarrgh!!!!...sial!!!!..kalau saja malam itu Gilang tidak pergi menemui Raisa,mungkin kejadian itu tidak akan terjadi.sekarang Gilang harus bagaimana???
Ditengah lamunan panjang Gilang tiba-tiba saja hp nya berdering.gilang segera mengambil hp yang ada di atas meja .
"Vania?" Gumam Gilang.
Tanpa menunggu lama lagi Gilang langsung menggeser tombol berwarna hijau lalu menempelkan hpnya ditelinga.
"Kenapa sayang?" Tanya Gilang.
"Kamu kok gak ke kampus sih??bukannya hari ini kamu ada kelas?" Ucap Vania balik bertanya.
Gilang menyandarkan tubuhnya di kursi lalu memijit pelipisnya berkali-kali.
"Maaf sayang.hari ini aku gak bisa ke kampus.ada banyak kerjaan di kantor?" Bohong Gilang.padahal aslinya Gilang sedang menghindari kekasihnya itu.jujur Gilang belum berani bertemu dengan Vania setelah kejadian kemarin.ada perasaan bersalah yang teramat besar di hatinya sehingga membuat dirinya menjadi seorang pengecut seperti saat ini.
"Yah...padahal aku kangen banget loh sama kamu.rencananya hari ini aku mau ajak kamu makan siang di cafe mama?" Ucap Vania penuh kekecewaan.
Hati gilang semakin pilu mendengar ucapan sang kekasih.ingin rasanya Gilang memeluk erat tubuh Vania saat ini dan mengucapkan kata maaf ribuan kali kepadanya.
"Jangan sedih gitu dong??nanti cantiknya ilang loh?" Ucap Gilang menghibur Vania.
"Janji deh.besok kita ketemuan?" Lanjut Gilang.
"Oke.sampai ketemu besok ya???jangan lupa makan??" Ucap Vania mengakhiri panggilan teleponnya.
Gilang menaruh hp nya kembali di atas meja.bersamaan pintu ruangannya yang dibuka oleh seorang dari luar.
"Hai,mas Gilang??" Sapa Raisa.
Terlihat gadis itu berjalan menghampiri Gilang kemudian duduk di kursi yang ada di depan Gilang tanpa permisi.
"Apa kamu gak diajarkan tata Krama sama orang tua kamu, Raisa.ketuk pintu dulu.baru masuk?" Ucap dingin Gilang.
Raisa memutar bola matanya dengan malas."kamu kenapa sih mas.marah-marah Mulu dari kemarin?" Kini wanita itu bangun dari kursi lalu berjalan kearah belakang Gilang.
"Aku tuh kangen tau gak sama kamu,mas?" Ucap Raisa dengan nada sensual sambil melingkarkan kedua tangannya di depan leher Gilang..
Dengan kesal Gilang melepaskan tangan Raisa."mau apa kamu datang kesini?!" Tanya Gilang to the poin.
Raisa terkekeh."calm down,sayang.kamu benar-benar dingin banget sama aku.padahal kemarin malam kamu haus belaian dari aku?" Raisa berdiri di depan Gilang lalu memainkan dasi laki-laki itu.
Gilang menatap tajam wanita dihadapannya sedangkan Raisa menatap Gilang penuh hasrat."kamu gak kangen sama malam panas kita kemarin?" Bisiiknya.Raisa perlahan mendekati wajah Gilang,berniat mencium bibir yang sudah mendesahkan namanya dimalam itu.namun belum sempat terjadi Gilang sudah terlebih dahulu menjauhkan wajah Raisa.
"Jangan berharap saya akan menyentuh kamu seperti kemarin,Raisa?" Tegas laki-laki itu.
"Terserah kamu deh mas.sekeras apa pun kamu menutup hati untuk aku.aku akan terus berusaha mendekati kamu?" Ucapnya.Gilang tersenyum miring.
"Termasuk dengan menjadi seorang jalang sekalipun?" Sindir Gilang.
"Kamu-"
Ucapan Raisa terhenti ketika hp Gilang berdering disampingnya.gilang hendak mengambil benda pipih bernilai puluhan juta rupiah itu tapi dengan cepat Raisa mengambil barang tersebut.lalu mengangkat telepon dari ibu Hanna dan men loudspeaker nya.
"Halo Lang??" Seru ibu Hanna.
Raisa memberi kode kepada laki-laki dihadapannya untuk menjawab perkataan ibu Hanna.
"Iya,halo bun?" Jawab Gilang.
"Raisa ada di kantor kamu gak ya?" Tanya sang bunda.dan lagi-lagi Gilang menatap kearah Raisa.
"Iya bun.raisa ada sama aku kok?" Jawabnya.
"Syukurlah kalau dia udah sampai.gini lang.bunda udah telpon desainer langganan bunda.dia bilang kalian harus datang ketempat nya untuk fitting baju pertunangan dan juga pernikahan kalian?" Jelasnya.
"Tapi Bun aku-"
"Gak ada tapi-tapian Lang.ini perintah bunda?" Tidak ingin berdebat ibu Hanna pun langsung memutuskan panggilan telponnya.
"See.kamu dengar sendiri kan apa kata bunda?" Ucap Raisa setelah telponnya di matikan.
"Kita harus fiiting baju,mas.aku tunggu kamu dimobil?" Lanjutnya kemudian segera pergi keluar ruangan Gilang.
=============
Gilang dan Raisa mendatangi sebuah butik milik kenalan ibu Hanna.sesampainya disana kedua orang itu pun disambut hangat oleh sang pemilik butik.
"Selamat datang Gilang?" Sapa seorang wanita bernama Ganesya.Gilang tersenyum tipis kemudian menjabat tangan wanita berusia 45 tahun itu.
"Tambah ganteng aja sih kamu?" Pujinya dan lagi-lagi Gilang hanya mengumbar senyum tipis kepadanya.
"Ini...calon kamu Lang?" Tanya wanita itu sambil menoleh ke arah Raisa.
"Dia...-"
"Iya Tante,saya calonnya?" Jawab Raisa memotong perkataan Gilang.
"Cantik ya?" Puji ibu Ganesya lagi.
"Makasih Tante?" Jawab Raisa diakhiri senyuman manisnya.
"Kalau gitu mari,Tante tunjukin busana yang akan kalian pakai diacara pertunangan kalian?" Ucap wanita itu kemudian mengarahkan Gilang dan Raisa sesuatu tempat.
=============
Berbeda dengan Raisa yang sangat antusias memilih busana,Gilang justru tampak malas-malasan sekali.dan malah memilih duduk santai di sofa sambil memainkan HP-nya.
"Kalau gaun ini gimana mas?cocok gak buat aku?" Tanya Raisa menunjukkan gaun panjang berwarna putih tanpa lengan yang dia kenakan saat ini.
Gilang melihat ke arah Raisa namun sedetik kemudian dirinya kembali terfokus pada hpnya.
"Biasa aja?" Repon Gilang.
Karena Gilang hanya merespon biasa saja Raisa pun beralih mencoba gaun yang lainnya.
"Kalau yang ini?" Kali ini Raisa mengenakan dress pendek berwarna coklat.
Sekilas Gilang melihat Raisa."jelek?" Ucap Gilang dengan entengnya.raisa berdecak kesal kemudian kembali memakai gaun berikutnya.
"Kalau yang ini gimana??" Dress panjang berwarna pink menjadi pilihan terakhir yang Raisa tunjukkan kepada Gilang.
Dan lagi Gilang melihat gaun yang dikenakan oleh raisa.melihatnya dari bawah sampai atas.
"Gak cocok?" Ucap Gilang dengan rasa malas.
Kesal,tentu saja.raisa benar-benar dibuat kesal oleh Gilang.bayangkan saja dari sekian banyak busana yang dia coba,tidak ada satupun yang Gilang sukai.
"CK!!...mas?!...yang bener aja dong!!...masa dari tadi gak ada satupun busana yang cocok sama aku?!" Ucap kesal wanita itu.
"Kamu niat gak sih buat fitting baju!" Lanjutnya.
Gilang menghela nafas panjang kemudian berjalan mendekati Raisa."jawabannya simple raisa.saya gak suka sama kamu.jadi apa pun yang kamu pakai gak akan pernah cocok Dimata saya,paham?" Bisik Gilang.
Raisa mendelik tajam.setelah itu kembali keruang ganti.
============
"Iya guys...gue baru banget sampai nih dibutik nyokap gue.ceritanya dilanjut nanti ya bye?" Bela mengakhiri video call nya,menaruh benda pipih ini kedalam tas.kemudian berjalan memasuki butik bernuansa coklat-putih.
"Ma...mama.." Seru bela memanggil sang mama.
Disaat bersamaan bela dan Gilang menoleh ke arah satu sama lain."loh...pak Gilang??" Bela terlihat kebingungan saat mendapati kekasih dari sahabatnya itu berada di butik mamanya.
"Bela?" Sontak saja Gilang terbelalak dan langsung gelagapan melihat bela ada disamping dirinya.
"Kamu ngapain ada disini?" Tanya Gilang.
"Loh.harusnya saya yang nanya sama bapak.ngapain bapak ada di butik mama saya?" Seketika kedua mata Gilang membola menatap mahasiswi itu.
"Butik mama kamu???" Ulangi Gilang.
"Iya...ini butik mama saya??pak Gilang sendirian aja kesini atau...?" Bela tampak celingak-celinguk mencari seseorang.
"S-saya?" Belum selesai Gilang bicara tiba-tiba saja Raisa datang menghampiri Gilang dan bela.
"Dia siapa mas?" Tanya Raisa sambil menatap bela dengan seksama.
Sejenak bela terdiam melihat ke arah Raisa."Saya bela.mahasiswinya pak Gilang.anda...-"
"Aku raisa.calon istrinya mas Gilang?" Raisa mengulurkan tangan kanannya kehadapan bela.
WTF!!!...apa katanya tadi???calon istrinya Gilang??? maksudnya???
Bela menatap Gilang penuh keterkejutan.matanya terus menyorot tajam seakan meminta penjelasan Gilang.
"C-calon istrinya pak Gilang??" Ulangi. Bela dan langsung di angguki oleh raisa.masih dalam keadaan terkejut bela menjabat tangan orang yang akan menjadi tunangannya Gilang.
"Mas,aku udah selesai pilih pakaian kita.sekarang kita pulang yuk?" Tanpa rasa malu Raisa memeluk manja tangan laki-laki yang ada di sampingnya itu.
"Aaa..Raisa kamu duluan aja ke mobil.saya ada sedikit urusan sama bela?" Ucap Gilang lalu melepaskan dengan paksa tangan bela dari tangannya.
"Ck!!.. jangan lama-lama!!" Dengan raut wajah cemberut Raisa pergi meninggalkan Gilang dan bela.
Melihat Raisa sudah benar-benar keluar dari butik Gilang pun langsung terfokus kepada bela.
"Bel-"
"Apa maksudnya pak!!" Ucap bela memotong perkataan Gilang.
Tidak ingin bela salah paham Gilang pun langsung menceritakan tentang Raisa dengan perlahan.dari soal Raisa yang dijodohkan oleh ayahnya sampai kejadian dimana Gilang dan Raisa tidur bersama pada malam itu.
"Begitu ceritanya bel?" Ucap Gilang setelah menceritakan hal yang sebenarnya terjadi.
Kedua tangan bela mengepal kuat menahan amarah didalam hati nya.gadis ini sama sekali tidak menyangka kalau dosen yang menjadi kekasih sahabatnya itu bisa melakukan hal menyakitkan seperti ini.
"Apa Nia udah tau soal ini pak?!" Tanya bela sambil terus menyoroti tajam laki-laki dihadapannya.
"B-belum?" Jawab Gilang.
"Tapi saya janji akan menceritakan secepatnya kepada Vania.jadi tolong...jangan kamu bocorkan hal ini dulu.saya gak mau Vania salah faham dan pergi meninggalkan saya?" Ucap Gilang dengan raut wajah memelas.
Sebenarnya bela sangat tidak terima jika sahabatnya diperlakukan seperti ini oleh gilang.tapi apa yang dikatakan oleh Gilang ada benarnya juga.ini adalah urusan pribadi Gilang dan vania.biar mereka berdua saja yang menyelesaikannya.
"Baiklah.saya akan tutup mulut.tapi saya harap pak Gilang bisa secepatnya ambil keputusan.saya gak mau sahabat saya digantung perasaannya sama cowok brengsek kayak bapak?" Ucap bela dengan tegas.
Share this novel