Series
14365
"ini Bu tugas saya sama yang lainnya?" Vania menyerahkan beberapa tumpukan tugas kampus kepada seorang dosen.
"Terimakasih Vania?" Ucap dosen tersebut.
Sekilas Vania mengarahkan pandangannya ke sekeliling ruangan dosen.terlihat diruangan itu sangat sepi.tidak ada sosok Gilang disana.
"Mmmm...bu.pak Gilang kemana ya?apa dia belum datang?" Tanya Vania.
Wanita paruh baya yang bernama Ussy itu pun langsung melihat sekeliling ruangan tersebut.
"Kayaknya pak Gilang belum Dateng deh?" Jawabnya.
"Owh?" Vania mengangguk perlahan sementara sepasang matanya masih melihat sekeliling ruangan untuk memastikannya lagi.
"Loh,Bukannya kamu itu asistennya pak Gilang??harusnya kan kamu tau beliau ada di kampus atau gak??" Ucap ibu Ussy balik bertanya.
"Hehe...hari ini pak Gilang belum kasih info ke saya bu.kali aja ibu tau pak Gilang ada dimana?" Vania menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Apa mungkin pak Gilang ada di kantor ya??tapi kok dia gak wa gue sampai sekarang?" Batin Vania.
"Mmm..ya udah bu.saya pamit dulu kalau gitu?" Ibu Ussy menganggukkan kepalanya.
Vania pun segera pergi meninggalkan ruangan dosen.Namun baru saja dirinya keluar ruangan,Vania dikejutkan dengan kehadiran para sahabatnya disana.
"*Njir!!...kalian bikin gue kaget aja sih?!" Kesal Vania.
"Sssttt!!!...loe jangan banyak omong deh.mending sekarang loe pergi ke parkiran.disana ada kak Adnan bawa akh!!...mending loe liat sendiri deh!?" Ucap bela dengan nada sedikit panik.
"Wait??...Siapa loe bilang tadi???..kak Adnan??...dia ada disini?" Tanya Vania yang langsung dianggukan oleh para sahabatnya itu.
"Udah!!..buruan!!...kita keparkiran sekarang?!" Tanpa berlama-lama lagi bela menggandeng tangan Vania lalu membawanya pergi ke parkiran mobil.
==================
"Itu,dia ada disana?" Tunjuk Rika ke arah sudut lapangan parkir.
Vania langsung mengarahkan pandangannya ke arah yang ditunjuk oleh rika.dan betapa terkejutnya dia saat melihat sosok Adnan dengan membawa rangkaian bunga mawar merah berukuran besar.
"Astaga!!!kenapa kak Adnan bawa begituan ke kampus?" Ucapnya.
"Ye!!!...mana kita tau?!" Jawab gita,bela dan Rika secara serempak.
Keempat gadis tersebut pun segera berlari menghampiri Adnan.
"Kak Adnan" seru Vania.
"Hai Nia?" Balas Adnan diakhiri senyuman manis.
"Kak adnan...kakak ngapain ke sini??bawa bunga lagi??" Vania melihat rangkaian bunga yang dibawa oleh Adnan dengan penuh keheranan.
Bukannya menjawab Adnan hanya menyengir kuda menatap ke empat gadis tersebut.
"Lah,dia malah nyengir.obatnya abis apa?" Celetuk Rika.
"Aku kesini bawa bunga buat nembak kamu?" Perkataan Adnan tersebut berhasil membuat Vania,Gita,Rika dan bela terdiam detik itu juga.
"Hei?" Adnan melambaikan tangannya di depan wajah vania.
"Kalian kok malah bengong sih?" Melihat ekspresi diam mereka membuat Adnan tertawa terbahak-bahak.
"Jangan dimasukkan kehati,Aku hanya bercanda kok?" Ucap Adnan dan semuanya pun kini bernafas lega.
"Kak???" Vania melayangkan tatapan tajamnya.
"Ok.I'm sorry Princess...mmm...jadi gini Nanti siang aku akan pergi ke Yogyakarta selama 2 minggu.ada kerjaan yang harus aku urus disana.dan tadi aku gak sengaja lewat toko bunga.terus aku keingetan kamu.jadi aku beli deh bunga ini buat kamu?" Jelasnya.
"Ah yang bener?" Celetuk Rika lagi dan menatap laki-laki itu penuh selidik.
Adnan kembali menyengir kuda lalu menggaruk belakang kepalanya berkali-kali.
"Mmmm...sebenarnya gak juga sih??Aku emang sengaja beli bunga ini untuk kamu Vania.sebagai hadiah sebelum aku pergi ke luar kota.ini..." adnan pun memberikan rangkaian bunga yang dia beli tadi kepada Vania.
Walaupun sedikit ragu tapi akhirnya Vania mengambil hadiah bunga yang diberikan oleh Adnan.
"Makasih ya kak?" Ucapnya.
Adnan mengangguk pelan dan tersenyum bahagia karena bunga pemberiannya telah diterima Vania.
"Jadi kak Adnan bakalan pergi ke Yogyakarta?" Tanya Vania yang kembali diangguki oleh Adnan.
"Ada sedikit masalah dicabang perusahaan aku yang disana.jadi mau gak mau aku harus kesana untuk mengurusinya?" Jawabnya.
"Hati-hati dijalan ya kak.dan semoga masalahnya cepet selesai?" Ucap gadis itu.
"Iya.amin...makasih do'anya.kamu juga hati-hati ya.jaga diri baik-baik?" Pesan Adnan.
"Iya kak?* Vania mengangguk faham.
"Kak Adnan gak usah khawatir.nia bakalan baik-baik aja kok.kan ada pa-" sebelum bela melanjutkan kata-katanya Vania buru-buru membekap mulut sahabatnya itu dengan telapak tangannya
"Kan ada apa?" Adnan meminta penjelasan kepada bela.
"Ah gak kok kak.udah jangan didengerin.bela kan emang suka usil.ya kan bel?!" Vania melebarkan bola matanya ke arah bela,memberi kode untuk tidak sembarangan bicara.
"Ppuahh"
Bela berhasil melepaskan bungkaman tangan vanis.
"Iya kak.aku tadi cuma mau bercanda doang kok?" Ucap bela sambil menatap Vania dan Adnan bergantian.
"Baiklah kalau begitu.aku pergi dulu ya.sekali lagi.jaga diri kamu baik-baik?" Vania kembali menganggukkan kepalanya.
Sebelum dirinya benar-benar pergi Adnan menyempatkan diri mengelus pucuk kepala Vania dan memberikan sebuah kecupan lembut di sana.
"Bye"
Adnan melangkah pergi meninggalkan ke empat gadis tersebut,lalu masuk kedalam mobilnya yang terparkir tidak jauh dari sana.
"Kenapa sih loe gak mau bilang ke kak Adnan kalau sebenarnya loe sama pak Gilang itu udah jadian?" Ucap bela setelah kepergian Adnan dari kampus.
"Jawabannya simple bel.gue gak mau nyakitin hatinya kak Adnan ?" Jawabnya.
"Tapi...cepat atau lambat kak Adnan pasti bakalan tau dengan sendirinya bukan?" Ucap Gita.
"Loe bener git.cepat atau lambat dia pasti bakalan tau tentang hubungan gue sama pak Gilang.tapi setidaknya bukan sekarang?" Vania menatap ketiga sahabatnya itu.
"Kalian barusan dengar kan.kalau perusahaannya itu lagi ada masalah.dan gue...gak mau nambahin pikirannya dengan hubungan gue dan pak Gilang?" Jelasnya.
Ketiganya terdiam mencerna perkataan vania.ada benarnya juga apa yang di katakan oleh sahabatnya itu.kalau mereka menceritakan tentang hubungannya Vania dan Gilang pasti akan membuat Adnan patah hati sekali.dan dia pasti tidak akan konsentrasi dengan masalah perusahaannya itu.
"Udah ah.cus kita ke kantin.laper gue?" Ajak Vania.
"Traktir ya?" Ucap Rika.
"Beres?!" Vania dan para sahabatnya pun hendak pergi dari parkiran namun baru saja keempatnya berbalik badan tiba-tiba saja ada seseorang yang memanggil nama Vania dari belakang.
"Vania?!"
Seketika itu juga mereka berempat membalikkan badannya dan melihat siapa orang tersebut.
"Pak Gilang?" Gumam Vania.
Gilang yang jaraknya lumayan jauh segera berlari menuju sang kekasih tercintanya itu.
"Eh,pak gilang.baru Dateng pak?" Tanya bela basa-basi
Sekilas Gilang melihat ke empat gadis dihadapannya.namun detik berikutnya pandangan Gilang teralih pada rangkaian bunga yang tengah dipegang oleh Vania.
"Iya,saya baru datang.ada hal yang harus saya urus tadi?Kalian berempat kenapa ada disini?kalian gak ada kelas??" Sekarang giliran Gilang yang balik bertanya.
"Ah...itu...tadi..." Vania kebingungan harus menjawab apa.tidak mungkin kan kalau dia bilang habis bertemu dengan Adnan disini.yang ada nanti Gilang marah besar kepadanya.
"Ada barang yang ketinggalan pak?" Sela Rika.
Gilang mengangguk kecil namun lagi-lagi pandangannya tertuju pada Vania dan bunga yang sedang dipegangnya.
"Bisa kalian tinggalkan saya dan vania.ada hal yang ingin saya bicarakan dengannya?" Ucap Gilang.
Sejenak bela,Gita dan Rika menatap sang sahabat untuk meminta persetujuan.melihat Vania menganggukkan kepalanya mereka pun menyetujui Vania berbicara dengan Gilang.
"boleh pak?" Jawab bela dan mereka pun segera pergi meninggalkan Vania dan Gilang diparkiran tersebut.
================
"Apa Adnan habis bertemu dengan kamu?" Ucap Gilang membuka percakapan.
Vania terbelalak.dirinya sangat terkejut ketika mendengar perkataan Gilang barusan.bagaimana mungkin Gilang tau kalau Adnan habis menemui dirinya.
"Ah..mm..itu..."
"Jawab dengan jelas Vania?" Ucap Gilang dengan tegas.
"I-iya,kak Adnan tadi abis dari sini?" Vania langsung menundukkan kepalanya ketakutan.
Ternyata benar,Gilang tidak salah liat tadi.mobil yang keluar dari gerbang kampus adalah benar mobil milik Adnan.
Dan lagi Pandangan Gilang kembali tertuju pada bunga yang ada ditangan Vania.
"Apa itu bunga dari Adnan?" Tanya Gilang lagi yang berhasil membuat Vania terkejut kembali.
"I-ini-"
Belum selesai vania berbicara Gilang sudah mengambil bunga ditangannya.terlihat sebuah kertas kecil yang terselip di sana.gilang pun mengambilnya dan membaca tulisan tersebut.
"Cheer up my beautiful girl"
Hati Gilang memanas saat membaca tulisan tersebut.ingin rasanya dia marah kepada Vania karena telah menerima rangkaian bunga dari Adnan dibelakang dirinya.namun semua itu harus dia tahan.saat ini Gilang tengah banyak pikiran.dan dia tidak mau menambah Beban pikirannya lagi dengan hal ini.
Gilang menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan untuk meredam emosinya.
"Lain kali jangan terima pemberian apapun dari Adnan tanpa sepengetahuan saya vania.kamu kan tau sendiri kalau Adnan masih menyimpan perasaan sama kamu?" Vania melongo saat mendengar perkataan Gilang barusan.bukankah laki-laki itu tadi sempat meninggikan suaranya tapi sekarang...
"Ini...beneran pak Gilang kan?" Gadis itu terlihat menyentuh kedua bahu dan tangan Gilang berkali-kali.
"Iya,ini saya Gilang,Vania???emang kamu fikir siapa,mm" Ucapnya.
"Bentar???" Vania meneliti laki-laki dihadapannya.
"bapak lagi gak sakit kan?" Kali ini vania menyentuh kening Gilang lalu menyentuh keningnya juga untuk memastikan suhu badan mereka sama atau tidak.
"Kamu ini kenapa si???saya juga gak lagi sakit Vania???saya Alhamdulillah sehat Wal Afiat?" Ucap Gilang lagi kemudian menepis tangan Vania yang kembali menyentuh keningnya.
"Ma-maaf pak.abisnya biasanya bapak langsung marah-marah gak jelas kalau lagi cemburu?" Cicit Vania.
Gilang tersenyum lembut lalu tangan kanannya mengelus pucuk kepala sang kekasih.
"Memangnya kamu mau saya marah besar sama kamu?" Vania langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Saya lebih suka bapak yang kalem.It looks much more handsome?" Gilang kembali tersenyum kemudian menoel hidung mancung Vania.
"Ikut saya yuk?" Ucap Gilang mengalihkan pembicaraan mereka.
"Ngajak saya jalan mulu tapi jajanin enggak.cuaaaksss??" Vania tertawa sementara Gilang menyipitkan matanya.
"Bercanda pak?" Karena gemas melihat raut wajah Gilang,tanpa sadar gadis itu mencubit kedua pipi mulus Gilang.
"Pak Gilang mau ngajak saya kemana,hm??" Tanya gadis tersebut.
"Kesuatu tempat.gak jauh kok dari sini?" Jawabnya.
"Tapi...Rika,bela sama Gita gimana??saya tadi janji mau traktir mereka makan?" Gilang berpikir sejenak lalu mengambil hp yang ada di saku kemejanya.
"Bapak mau ngapain?" Tanya Vania penasaran saat melihat Gilang fokus ke layar hp.
"Saya udah transfer ke rekening bela?" Gilang menunjukkan bukti transfer ke rekening bela.
Seketika kedua mata Vania melotot saat melihat nominal uang yang di transfer oleh Gilang.
"Lima juta pak!!" Ucap Vania terkejut namun Gilang hanya mengangguk santai.
"CK!!...saya penasaran sebanyak apa uang bapak dibank?kok kayaknya enteng banget ngeluarin duit?" Vania menatap Gilang penuh selidik.
"Udah.jangan pikirkan itu.ayo kita pergi?" Gilang hendak membawa Vania pergi tapi gadis itu terlihat masih enggan beranjak dari sana.
"Apa lagi Vania?" Tanya Gilang.
"Mobil saya gimana??saya tadi ke kampus bawa mobil??terus juga,emang pak Gilang gak ngajar??" Ucap gadis itu sambil menatap kebingungan.
"Saya udah minta bela buat mengurusnya.kamu tenang aja.dan saya hari ini gak ngajar.saya kesini khusus untuk ajak kamu pergi?" Jawabnya.
"Ok terserah pak Gilang aja deh?" Kali ini Vania yang melangkahkan kakinya terlebih dahulu namun anehnya Gilang malah menghentikan pergerakan gadis itu.
"Katanya mau jalan.kok malah ditahan?" Heran Vania.
"Sebentar?" Gilang menatap rangkaian bunga ditangannya kemudian menaruhnya di atas mobil orang lain.
"Loh,Kok malah ditaro di situ sih pak?" Vania ingin mengambil bunga ini lagi tapi buru-buru Gilang menahannya.
"Biarkan disitu.saya akan kasih kamu bunga yang jauh lebih indah,besar dan lebih mahal dari yang dikasih Adnan itu?" setelah berkata demikian Gilang langsung membawa Vania pergi dari kampus.
================
Karena ini adalah kejutan untuk Vania jadi Gilang memutuskan menutup mata sang kekasih menggunakan sapu tangan miliknya.Dengan perlahan dan penuh kehati-hatian Gilang terus mengarahkan langkah sang kekasih berjalan melewati lorong demi lorong.hingga sampai akhirnya langkah mereka terhenti di depan sebuah pintu berwarna putih.
"Pak,serius deh?!jangan bercanda?!saya mau dibawa kemana ini?!" Tanya Vania dengan sedikit was-was.kedua tangannya terus bergerak ke sana ke mari untuk meraih sesuatu yang dia sendiri pun juga tidak tahu apa.
"Sebentar ya?" Gilang beralih pada sebuah alat yang ada di pintu,lalu menekan beberapa tombol kode untuk membuka pintu tersebut.
"Ayo masuk?"Setelah pintu terbuka Gilang kembali membantu Vania masuk ke dalam.
"Kita udah sampai?" Ucap laki-laki itu.
"Pak Gilang?"
"Ya?"
"Serius ini saya lagi dibawa kemana?!"
Gilang mengulas senyum manisnya sementara Vania merasa takut dan panik karena dirinya tidak tau dibawa kemana oleh Gilang saat ini.
"Pokoknya kalau saya dibawa ke tempat yang aneh-aneh,saya bakalan marah banget loh sama bapak?" Ancam Vania.
"Kamu kan mahasiswi saya yang pintar.coba kamu tebak,kamu sekarang ada dimana?" Vania berdecak kesal,bukannya menjawab Gilang malah mengajaknya bermain tebak-tebakan.
"Saya lagi gak mood main tebak-tebakan pak?" Ucap Vania kesal.
"Tebak dulu?!" Ucap Gilang lagi.
Vania membuang nafasnya dengan kasar lalu mencoba berfikir kira-kira kemana Gilang membawanya pergi.
"Cafe?!"
"No?!" Gilang menggeleng cepat.
"Taman?!"
"Kurang tepat?" Gilang masih menggelengkan kepalanya.
"Pemakaman?!"
"Kamu pikir saya penjaga makam yang selalu bawa kamu ke sana terus?" Gilang menyentil kening Vania.
"Ya habisnya kemana dong?!" Habis,, benar-benar habis sudah kesabaran Vania.
"Kamu saya suruh nebak,bukan marah-marah?!" Ucap Gilang.
"Ya lagian Bapak ngeselin.sok-sok an misterius.suruh saya tebak dimana ini.ya mana saya ta-" ucapan Vania terhenti begitu Gilang membuka penutup matanya.
"Oh my God" gumam Vania terkejut.
"Pak...i-ini?" Vania langsung menatap Gilang penuh tanya.
"Apartemen saya?" Jawab Gilang dengan santainya sementara Vania terkejut bukan main.
"Apartemen bapak?" Ulang Vania lalu melihat kembali sekeliling tempat tersebut.
Vania benar-benar dibuat takjub dengan apartemen yang dimiliki oleh Gilang.bagaimana tidak,apartemen ini terlihat sangat megah dan mewah selayaknya apartemen super duper mahal.
Vania mulai melangkahkan kakinya ke depan.tangannya menyentuh sofa berukuran sedang berwarna putih senada dengan warna apartemen tersebut.
"Ini apartemen yang saya beli lima bulan lalu.belum ada yang tau tempat ini.termasuk keluarga saya?" Vania langsung menoleh ke arah Gilang.
"Baru kamu yang saya ajak kesini,Vania?" Ucapnya lagi.
Kini pandangan Vania teralih pada minibar yang ada di sebelah kanannya.dilihatnya dengan teliti.dan sekali lagi dengan tatapan penuh kagum.berbeda dengan yang tadi,minibar ini bernuansa Hitam-Putih.
"Ini serius,apartemen bapak?" Tanya Vania yang masih tidak percaya kalau tempat ini milik Gilang.
Gilang mengangguk dan tersenyum kemudian berjalan menghampiri sang kekasih.
"Saya serius vania.ini adalah apartemen milik saya.dan saya beli khusus untuk saya tinggali dengan orang saya cintai,yaitu kamu?" Gilang memeluk tubuh Vania dari belakang.tercium aroma strawberry khas Vania.dan entah kenapa Gilang sangat suka Dengan aroma tersebut.
Deg!
Jantung Vania berdebar kencang.dirinya terlalu gugup ketika Gilang memeluknya erat dari belakang.
"Vania...boleh saya bertanya sesuatu?" Ucap Gilang diakhiri kecupan mesra di leher jenjang vania.dan itu membuat sang empunya sedikit meremang.
"Bo-boleh..bapak mau tanya apa??" Padahal ruangan ini ber-AC tapi kenapa sekarang Vania merasa panas sekali.
"Tentang perasaan kamu ke saya?" Sesaat Vania terdiam.
"Vania?" Panggil Gilang.
"Hm" jawab gadis itu.
"Kenapa diam?" Tanya Gilang.
Tidak lama Gilang melepas pelukannya kemudian membalikkan tubuh Vania menghadap dirinya.kini pandangan mereka saling bertemu.
"Bagaimana dengan perasaan kamu kesaya saat ini?apa kamu sudah mencintai saya sepenuhnya?" Ucap Gilang lagi sambil menatap Vania penuh tanya.
"Sa-saya?" Karena merasa gugup gadis itu langsung menundukkan kepalanya.
Tangan Gilang menyentuh dagu Vania lalu mengangkatnya sehingga kini pandangan mereka kembali bertemu.
"Jawab pertanyaan saya Vania?saya butuh jawaban kamu sekarang juga?" Ucapnya.
Dengan Masih dalam keadaan menatap Gilang,vania mencoba menetralkan debaran jantungnya.
"Khem!...saya..." Vania menggigit bibir bawahnya.
"Jangan digigit seperti itu.saya minta kamu buat jawab pertanyaan saya.bukan menggoda saya?" Seketika gadis itu terbelalak mendengar perkataan Gilang.
"A-apaan sih pak.siapa juga yang mau godain pak Gilang?" Vania hendak pergi namun dengan cepat Gilang merengkuh pinggang ramping Vania.
"Mau kemana?" Gilang melemparkan tatapan yang sulit di artikan.
"O-oke saya jawab?" Sebelum menjawab Vania terlebih dahulu menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.sementara Gilang mulai memfokuskan diri mendengar jawaban kekasihnya itu.
"Sa-saya ....saya udah mencintai bapak sepenuhnya?" Jawab Vania.
Awalnya Gilang hanya terdiam namun perlahan sebuah senyuman manis terlukis di wajahnya.
"Coba ulangi lagi?" Pinta Gilang.
"I already love you completely,Gilang Aditya Pratama?" Ucap Vania sekali lagi.
Gilang tersenyum bahagia.itulah jawaban yang dia nanti sejak dirinya menyatakan cinta kepada gadis didepannya itu.tanpa aba-aba Gilang langsung memeluk Vania dengan penuh cinta.
"I love you, Vania?" Bisik Gilang.
"I love you too?" Jawab Vania berbisik lalu tersenyum manis dan membalas pelukan hangat Gilang.
Tidak lama keduanya melepaskan pelukan mereka.
"Thank you for returning my love.I promise to continue to love you until death do us part?" Sungguh,saat ini Gilang tidak bisa membendung lagi rasa bahagianya.akhirnya Vania bisa mencintai dirinya sepenuhnya.
"I keep your promise.And don't you ever hurt my heart?" Ucap Vania.
Gilang mengangguk cepat."Yes, I promise?" Jawab laki-laki itu kemudian menundukkan kepalanya untuk mencium kening Vania.Seketika gadis itu pun memejamkan kedua matanya.
Cukup lama Gilang mencium kening Vania.kemudian ciuman itu beralih ke kedua kelopak mata.vania sama sekali tidak risih dengan apa yang dilakukan oleh gilang.gadis itu justru menikmati kecupan demi kecupan yang dilayangkan kekasihnya tersebut.
Kini keduanya saling bertatapan.tidak lama pandangan Gilang beralih pada benda kenyal berwarna pink didepannya.hal yang sama juga dilakukan oleh vania.
Tidak lama gadis tersebut terlihat menjinjit kan kedua kakinya lalu mencium bibir sang dosen sekaligus kekasihnya itu.
" Cup"
Awalnya Gilang terkejut namun lama kelamaan Gilang terhanyut dengan kecupan yang diberikan oleh Vania.gilang pun menekan tengkuk Vania lalu membalas ciuman tersebut.
"Eeummmhh..."
Gilang menggendong Vania lalu mendudukkan gadis itu dikursi yang ada di depan minibar.
"Bibir kamu selalu manis sayang,Bikin aku candu?" Gilang memperdalam ciumannya.
"Phaaakk...Eemmhh.." Vania mendesah tatkala Gilang menciumi lehernya dan memberikan tanda kepemilikan disana.
Puas bermain di leher Gilang kembali mencium bibir Vania.Lidah mereka berdua saling beradu satu sama lain.
"Eeummmhh..."
Semakin lama ciuman keduanya semakin panas.vania yang merasa sudah hampir kehabisan oksigen langsung melepaskan ciuman tersebut.
"Bapak mau ngebunuh saya?" Protes Vania disela dirinya mengatur nafas.
Gilang terkekeh."sorry?" Kemudian dirinya menghapus Saliva yang tersisa di bibir sang kekasih.
"Minggir?!" Vania menggeser tubuh Gilang lalu turun dari kursi yang dia duduki.
"mau kemana?" Tanya Gilang namun diabaikan oleh vania.terlihat gadis itu berjalan cepat menuju sebuah kaca berukuran besar yang terpajang di ruang tamu.
Vania menyibakkan rambutnya kebelakang lalu melihat tanda kepemilikan yang telah dibuat oleh Gilang.dia berusaha menghapus jejak tersebut dengan cara menggosoknya berkali-kali namun sialnya tanda itu tidak bisa hilang dari sana.
"HHHUUAAA....!!KENAPA PAK GILANG NGASIH TANDA DILEHER SAYA!!" Teriaknya kesal.
Gilang terkekeh kemudian berjalan menghampiri Vania yang tengah panik melihat hasil karya seninya.
"Biarkan saja?" Gilang memeluk Vania dari belakang dan menaruh dagunya di pundak Vania.
"Bagus kan hasil karya saya?" Ucapnya sambil menatap bayangan mereka dikaca.
"Bigis kin hisil kiryi siyi?!..kalau gini saya harus gimana pak?!nanti yang ada orang sangka saya abis macem-macem?!" Sekali lagi Gilang dibuat tertawa dengan perkataan Vania.
"Biarkan saja.ini baru awalnya.nanti kalau kita udah nikah saya akan kasih banyak tanda ditubuh kamu?" Perkataan Gilang barusan berhasil membuat Vania semakin kesal lalu menjewer telinga Gilang dengan gemas.
"Aawws!!...sakit Vania?" Ringis Gilang mengelus telinganya yang memerah karena dijewer sang kekasih.
"Emang enak!!dasar dosen mesum!!" Vania pun segera pergi kearah lain.
===============
Vania kini tengah duduk selonjoran di atas sofa sambil bermain hp.mood nya masih sedikit rusak akibat karya seni Gilang yang masih tercetak jelas di lehernya.sedangkan Gilang,laki-laki itu terlihat tengah duduk di kursi minimar sambil memperhatikan gadisnya yang masih ngambek karena ulahnya tadi.
Tidak lama Gilang melihat jam di tangannya.ternyata waktu sudah menunjukkan pukul setengah satu siang.gilang kembali mengarahkan pandangannya ke arah Vania.
"Sayang?" Panggil Gilang penuh kelembutan.
Vania tidak menjawab.dia terus bermain game online di handphonenya.
"Sayang??kamu gak laper??" Tanya Gilang namun lagi-lagi diabaikan oleh Vania.
"Ya udah kalau kamu gak mau jawab gak apa-apa.saya mau kedapur dulu ya.mau masak?" Setelah berkata demikian Gilang segera beranjak dari minibar lalu berjalan menuju dapur.
Vania sedikit melirik ke arah Gilang yang tengah berjalan ke dapur namun detik berikutnya gadis itu kembali fokus ke hp.
Sesampainya Gilang didapur dirinya langsung membuka kulkas untuk mengambil beberapa bahan makanan.Ya,sebelum datang membawa Vania ke apartemennya Gilang sudah menyempatkan diri membeli sayuran,buah serta cemilan untuk stok disini.
Setelah mengambil bahan yang dia perlukan Gilang segera mengeksekusinya.hari ini dia ingin membuat chicken katsu curry yang juga merupakan menu kesukaannya.
Jangan ragukan keahlian memasak Gilang.biar pun dirinya seorang laki-laki tapi Gilang sangat pandai dalam hal memasak.dulu sebelum kakaknya meninggal dunia,Giska selalu mengajarkan nya memasak beberapa makanan termasuk makanan kesukaan mereka berdua.
Sementara Gilang sibuk memasak di dapur,Vania yang sudah merasa bosan main game merasa penasaran dengan apa yang dilakukan oleh Gilang.dia pun berjalan menuju dapur untuk melihat Gilang.
Karena masih dalam mood ngambek alhasil Vania hanya bisa mengintip Gilang dari pintu.gilang yang saat itu mendengar suara langkah kaki langsung menoleh ke arah pintu.
"Ngapain disitu??Mau bantuin saya masak?" Tanya Gilang disela kegiatannya memotong ayam crispy yang digorengnya tadi.
Vania yang masih bengong melihat kegiatan Gilang seketika dibuat tersadar oleh suara perutnya yang sudah kelaparan.
"Krruuukkk"
Malu,tentu saja.sungguh Vania dibuat malu dengan suara perutnya itu.
Gilang tersenyum menatap Vania ."kamu udah lapar ya.sebentar.dikit lagi selesai kok?" Ucapnya.
Vania yang melihat Gilang sedikit kerepotan mau tak mau berjalan menghampiri laki-laki itu untuk membantunya.
"Butuh bantuan?" Tanya vania dengan nada pelan.
Gilang kembali menoleh ke arah Vania lalu tersenyum dan menggelengkan kepalanya.kini tangan Gilang beralih memotong cabai dan bawang.hampir selesai namun tiba-tiba saja jari telunjuk Gilang teriris pisau.
"Akhs!!"
"Astaga,pak Gilang.tangan bapak berdarah'?" Vania begitu panik saat melihat banyak darah yang keluar dari luka irisan tersebut.
Gilang menghentikan kegiatannya lalu segera ke wastafel untuk membersihkan tangan nya yang berdarah.
"Vania.bisa tolong ambilkan kotak obat?" Ucap Gilang meminta tolong.vania mengangguk cepat.
"Ada dimana kotak obatnya?" Tanya Vania.
"Ada dilemari ujung sebelah kanan?" Jawab Gilang.
Tanpa berlama-lama lagi Vania langsung bergerak mengambil kotak obat tersebut.
"Siniin tangannya?" Pinta Vania.
Gilang pun menyodorkan tangannya yang terluka.
"Lain kali hati-hati?" Vania terlihat begitu telaten dalam mengurus luka gilang.mulai dari membersihkannya dengan alkohol, memberikan obat Betadine serta menempelkan plaster di luka tersebut
Gilang yang melihat aksi Vania dalam mengobati tangannya tanpa sadar menyunggingkan senyuman manisnya.
"Terima kasih?" Ucap Gilang lalu memberikan hadiah kecupan lembut di pipi Vania.
Gadis itu sedikit terkejut kemudian menyentuh pipinya yang baru saja dicium oleh Gilang.
"Sebaiknya kamu duduk aja diruang makan.sebentar lagi selesai kok?" Gilang kembali melanjutkan aktivitas masaknya.
Sebenarnya Vania merasa tidak enak hati dan ingin membantu Gilang.tapi Gilang tetap bersikeras menyuruhnya untuk duduk saja.
===============
Dalam waktu 10 menit makanan yang dibuat oleh Gilang sudah selesai.dia pun segera menyiapkannya di meja makan.
"Silahkan dimakan tuan putri?" ucap Gilang setelah semuanya tersaji.
Vania menatap makanan yang dihidangkan oleh gilang.dari bentuknya sih terlihat menggiurkan.pasti rasanya enak.
Vania mulai menyendok nasi beserta lauknya ke piring miliknya kemudian memakannya dengan perlahan.
"Gimana rasanya?" Tanya Gilang meminta pendapat sang kekasih.
Vania yang tadinya masih merasa bete kini berubah menjadi sumringah setelah memakan makanan buatan Gilang.sumpah Demi apapun makanan yang dibuat oleh Gilang ini rasanya sangat lezat.
"Enak banget pak makanannya?" Jawab Vania antusias kemudian kembali memakan makanannya.
Gilang tersenyum puas."Syukurlah kalau kamu suka dengan makanan yang saya buat?" Ucap Gilang setelah itu dirinya mulai memakan makanan buatannya sendiri.
"Saya gak nyangka ternyata bapak bisa masak juga ya?belajar dari mana?? YouTube??" Gilang menggeleng.
"Almarhumah kak giska.dia yang ajarkan saya masak?" Jawabnya.
"Multitalenta banget pak Gilang.udah jadi dosen,CEO,pinter masak pula?" Ucap Vania memuji Gilang.
"Terima kasih atas pujiannya,sayang?'" Gilang bernafas lega.setidaknya Vania kini tidak lagi ngambek kepada dirinya karena hal tadi.
"Maafkan saya ya?" Ucap Gilang sambil mengelus pipi Vania dengan ibu jarinya.
"Saya kebablasan tadi?" Lanjutnya.
"Saya bakal maafin bapak asal..." Vania menggantungkan kalimatnya membuat Gilang penasaran.
"Asal apa?" Tanyanya.
"Asal bapak masakin makanan buat saya lagi?" Jawab Vania lalu tersenyum lebar.
"Kalau soal itu tenang aja?saya pasti bakal masakin makanan lagi untuk kamu?" Ucap Gilang menyanggupinya.
Disaat keduanya tengah menikmati makan siang tiba-tiba terdengar suara telpon yang berasal dari hp milik Gilang.
Gilang melihat ke layar hp nya.disana tidak tertera nama,hanya nomor telepon saja.karena tidak mengenal nomor tersebut Gilang pun langsung menekan tombol merah untuk menolak panggilan tersebut.
"Dari siapa??kok gak diangkat??" Tanya Vania menatap Gilang.
"Gak tau.saya gak kenal nomornya?" Gilang dan Vania kini melanjutkan kembali aktifitas makan mereka.namun beberapa detik kemudian hp Gilang kembali berbunyi.
"Angkat aja.siapa tau penting?" Ucap Vania.
Gilang melirik kearah arah hp miliknya.dengan rasa malas laki-laki itu mengangkat panggilan telepon tersebut.
"Halo?"
",.........."
"Iya,ada apa?"
"..........."
"Saya memang tidak lagi ada dikantor?"
".........."
"Tidak perlu repot-repot.saya sedang diluar?"
".........."
"Maaf,tapi saya saat ini sedang sibuk?"
Belum selesai orang disana menjawab,Gilang sudah terlebih dulu mematikan teleponnya.karena tidak ingin diganggu lagi Gilang pun segera menonaktifkan hpnya.
"Kok hpnya dimatiin?nanti kalau ada telpon penting gimana?" Tanya Vania.
"Saya gak peduli?" Jawab Gilang dengan entengnya.
"Hari ini saya khususkan hanya untuk kamu,Vania?dan saya gak mau diganggu sedikitpun oleh orang lain?" Lanjutnya.
"Terserah pak Gilang aja deh?" Vania kembali menyuapkan makanan kedalam mulutnya.
"Habis ini kita mau ngapain lagi?" Tanya Gilang kepada Vania.
"Mmm...ngapain lagi ya?" Vania terlihat berfikir sejenak.
"Gimana kalau nonton Drakor??ada drama terbaru yang bikin saya penasaran sama ceritanya?" Jawab Vania.
"Baiklah, setelah makan kita nonton Drakor di sini?" Apapun...apapun yang Vania inginkan akan Gilang turuti.karena hari ini adalah hari spesial untuk Vania.
"Makasih pacar ku yang ganteng?" Ucap Vania memuji lalu tersenyum manis kepada Gilang.
==================
Ditempat lain tepatnya di ruang kantor milik pak Gunawan terlihat Raisa sedang memandangi hpnya dengan raut wajah kecewa.pak Gunawan yang melihat akan hal itu bisa menebak kalau Raisa sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.
"Gimana Raisa??apa kata Gilang??ada dimana anak itu sekarang?" Tanya pak Gunawan.
Ya,yang barusan menelpon Gilang adalah Raisa.gadis itu menelponnya karena ingin memberi tau Gilang kalau dirinya datang kekantor membawa makan siang untuk Gilang.
"Mas Gilang gak kasih tau dia ada dimana om.mas Gilang cuma bilang kalau dia lagi ada diluar?" Jawabnya.
Seketika pak Gunawan menjadi kesal dengan anaknya.bisa-bisanya Gilang memperlakukan Raisa se acuh itu.
"Maafkan Gilang ya.mungkin dia lagi ada keperluan yang mendesak diluar.nanti om akan bilang untuk nemuin kamu setelah urusannya selesai?" Ucap pak Gunawan berusaha menenangkan hati anak sahabatnya itu..
"Makasih om.oh iya.ini untuk om aja?" Raisa menyerahkan paper bag berisikan makanan yang dia bawa.
Tidak ingin mengecewakan hati Raisa lagi,pak Gunawan pun menerima pemberian tersebut dengan senang hati.
"Om penasaran banget sama masakan kamu ini.mama kamu bilang kamu itu pintar masak.pasti enak banget deh rasanya?" Ucap pak Gunawan.
Raisa tersenyum manis."om bisa aja.ya udah kalau gitu Raisa pulang ke apartemen dulu ya om?" Raisa hendak beranjak dari sana namun ditahan oleh pak Gunawan.
"Om antar kamu pulang ya?" Ucapnya.
"Makasih om.tapi gak usah.raisa gak mau ngerepotin om.biar nanti Raisa pesan ojol aja?" Jawabnya.
"Beneran?" Ucap pak Gunawan memastikan.
"Beneran om?" Setelah mengucapkan salam gadis itu pun pergi meninggalkan kantor milik pak Gunawan.
=================
Hari menjelang malam namun Vania dan Gilang masih betah menonton drama Korea yang dibintangi oleh Lee Jong-suk dalam Drakor While You Were Sleeping.sepasang kekasih itu terlihat khusuk sekali menontonnya terutama Vania.gadis itu sama sekali tidak berkedip melihat adegan demi adegan yang ada di drama tersebut.
"Biasa aja kali liatinnya.saya juga gak kalah ganteng kok sama dia?" Ucap Gilang penuh kecemburuan karena Vania sama sekali tidak berkedip begitu melihat aktor Lee Jong-suk.
"Emang dia lebih ganteng kok dari bapak?" Jawab Vania dengan mata yang masih terfokus ke layar televisi.
"Tapi sayangnya saya pemilik hati kamu.ingat itu?" Dengan sedikit kesal Gilang memakan cemilan yang ada di tangannya.
Vania terkekeh melihat kecemburuan yang ditunjukkan oleh Gilang.sepintas ide jahil pun muncul di kepalanya.
"Dari tadi banyak adegan Kissing.saya jadi penasaran deh sama bibirnya Lee Jong-suk.rasanya gimana ya??manis atau-" belum selesai bicara tiba-tiba saja Vania merasakan tubuhnya diangkat dan didudukan di pangkuan Gilang.
"Jangan sekali-kali berkata seperti itu Vania?" Ucap Gilang sambil menatap wajah cantik Vania,terkhususnya bibir mungil yang sudah berkata nakal itu.
"Memangnya kenapa?" Masih dalam mood jahil kini Tangan mungil Vania bergerak mengelus rahang Gilang dengan menggoda.
"Saya tidak suka?" Dengan gerakan cepat Gilang menangkap tangan Vania yang terus menggodanya.
"Hanya saya,laki-laki yang boleh kamu bayangkan di otak kecilmu itu Vania?" Tidak apa-apa jika Gilang dibilang egois.toh,emang itulah dirinya.gilang tidak suka jika Vania memikirkan laki-laki lain baik itu mantannya yang berandal itu,Adnan maupun aktor Korea idolanya.
Vania tersenyum menatap gilang,entah setan apa yang merasuki gadis tersebut pada hari ini,lagi-lagi Vania melakukan hal nekat kepada Gilang.Dengan gerakan sensual Vania menciumi leher milik Gilang.
"Eeghh...Vania...apa yang kamu lakukan?" Gilang berusaha menjauhkan Vania dari lehernya namun sangat sulit sekali.
"Nyium leher bapak lah...emang apa lagi?" Vania kembali melanjutkan aksinya.
"Shit!!" Gilang mengeram begitu Vania memberikan tanda dilehernya.
Vania tertawa begitu melihat ekspresi wajah Gilang atas apa yang sudah dia lakukan Barusan.
"Satu sama.sekarang pak Gilang juga punya tanda dilehernya?" Buru-buru Vania turun dari pangkuan Gilang kemudian berlari cepat.
"Dasar gadis nakal?" Gilang pun segera mengejar sang kekasih.
================
21:00 wib mobil Gilang terhenti Tepat di depan pagar rumah vania.gilang keluar dari mobilnya lalu membukakan pintu mobil untuk sang kekasih.
"Silahkan keluar tuan putri?" Gilang mengulurkan tangannya kehadapan Vania dan langsung digapai cepat oleh gadisnya itu.
Vania tersenyum manis begitu juga dengan Gilang.
"Pak Gilang gak mau mampir dulu?" Tanya Vania.
Gilang menggeleng pelan."tidak,terimakasih.saya harus pulang.lagi pula ini juga sudah malam.waktunya kamu istirahat?" Gilang menoel hidung mancung gadisnya.
Sebenarnya Gilang juga tidak rela untuk berpisah.ingin rasanya Gilang terus bersama-sama Vania.terlebih lagi banyak hal menyenangkan yang mereka lakukan hampir seharian ini.
"Pak?"
"Ya?"
"Makasih ya untuk hari ini?" Gilang mengangguk.
"Sama-sama.saya juga makasih banyak sama kamu.karna kamu mau menghabiskan waktu bersama saya hampir seharian ini?" Ucapnya.
"Oh,ya.kemungkinan besok saya gak ke kampus.banyak kerjaan yang harus saya selesaikan dikantor?" Lanjutnya.
"Kabari saya sesempatnya bapak.ingat,jangan terlalu diforsir.saya gak mau bapak jatuh sakit kayak waktu itu?" Pesan Vania.
Mendengar hal tersebut Gilang terkekeh-kekeh.ucapan Vania barusan sama persis dengan apa yang diucapkan oleh bundanya.
"Siap sayangnya aku.kalau gitu aku pulang dulu ya.salam buat orang tua kamu?" Ucapnya.
"Cie...udah pake aku-kamu nih sekarang?" Ledek Vania.
Gilang tersenyum malu."apa sih kamu ini.udah sana masuk ke dalam?" Titahnya.
Vania melangkah menuju pagar namun dipertengahan gadis itu kembali menghampiri Gilang lagi.
"Ada apa?" Tanya Gilang kebingungan.
Gadis itu terlihat menggelengkan kepalanya."saya cuma mau kasih sesuatu aja?" Ucapnya.
"Sesuatu apa?" Gilang menaikan sebelah alisnya.
"Ini?" Vania memegang kedua pundak gilang lalu menjinjit kakinya dan...
"Cup"
Vania mengecup bibir Gilang."good night?" Bisiknya.
===============
Hanya butuh waktu setengah jam Gilang sampai di rumah kediamannya.sambil tersenyum-senyum laki-laki itu berjalan memasuki rumahnya.
"DARI MANA AJA KAMU SEHARIAN INI!!!" Suara lantang terdengar dari arah ruang tamu.gilang langsung mengehentikan langkahnya dan melihat siapa orang yang berteriak itu.terlihat di sofa sosok ayahnya yang tengah duduk bersama sang bunda.
"Udah yah, jangan teriakan gitu.ini udah malam loh?" Ucap sang istri sambil mengelus tangan pak Gunawan guna menenangkannya.
"Cukup Bun!!..jangan belain anak ini lagi!!" Dengan penuh kemarahan pak Gunawan beranjak dari sofa dan berjalan menghampiri sang anak.
"Aku dari mana itu buka urusan ayah?!" Ucap Gilang.
PLAK
Satu tamparan mendarat mulus di pipi kiri Gilang.ibu Hanna yang terkejut langsung mendekati Gilang.
"Ayah apa-apa sih!!" Omelnya.
Gilang menyentuh pipinya yang ditampar oleh sang ayah.
"Ayah udah bilang!!..jaga tingkah laku kamu didepan Raisa!!!..kemana kamu tadi siang hah!!!...kamu tau!!...Raisa tadi datang kekantor untuk ngasih makan siang kekamu!!" Ucapnya.
"Huh!!.. jadi ini alasan ayah nampar Gilang?hanya karena Raisa?" Gilang menatap sengit pak Gunawan.
"Raisa itu udah lama suka sama kamu!!..dan ayah juga udah menjodohkan kamu sama dia!!...harusnya kamu-"
"Tapi Gilang gak suka sama Raisa!!" Potong Gilang.
Pak Gunawan ingin melayangkan tamparan lagi namun dengan cepat ibu Hanna menahan pergerakan tangannya tersebut.
Marah,kesal dan benci itu lah yang Gilang rasakan saat ini.kenapa selalu seperti ini,ayahnya terlalu egois dalam segala hal.
Gilang tidak memperdulikan kemarahan sang ayah,laki-laki itu pun pergi meninggalkan kedua orang tuanya.Gilang berjalan menaiki anak tangga sambil memegangi pipinya yang masih terasa sakit.
"INGAT LANG!!!...SUKA ATAU GAK!!!...MAU GAK MAU!!!...KAMU HARUS TERIMA PERJODOHAN INI!!" ucap pak Gunawan dengan egoisnya.
Gilang menghentikan langkahnya sejenak lalu menatap kesal ayahnya kemudian kembali melanjutkan langkahnya lagi.
Share this novel