Angka 11 dalam arti mitologi yang artinya keselarasan tujuan, itu berarti tujuan yang pernah aku buat bersama Ayah dan Ibu. Bisakah aku mengingatnya? Apakah itu bunga Edelweiss, atau apa itu? Mungkin bunga Edelweiss akan cocok karena arahnya ke pegunungan, bunga yang hanya tumbuh di daerah pegunungan, dan arah gunung di sini adalah hutan selatan Eropa. Yeah, aku benar.
Ini sudah dipastikan, 11 yang artinya pegunungan. Jadi, jika aku sudah sampai di hutan selatan, aku harus menanjak jalannya. Kalau soal kenapa aku bisa tahu jawabannya, itu karena aku memang selalu membuat tujuan bersama-sama dengan orang tuaku, tujuan yang selalu saja berakhir sama dan begitu bahagia. Aku harap kita dapat kembali mengucapkan tujuan itu, tapi rupanya sudah tidak lagi.
Lalu aku juga ingat bagaimana aku dan orang tuaku menciptakan tujuan yang sama. Itu ketika aku masih kecil juga, dan aku bersenang-senang bersama mereka.
"Putri kecilku, apa kita harus membuat istana di berbagai tempat di mana bunga tumbuh?" Tatap Ayahnya yang menatap tersayang pada Putrinya yang manis. Mereka duduk di sofa, dan pria itu memangku Putrinya.
"Aku ingin istana itu... Bisakah dibangun di tempat yang sangat sejuk, tidak boleh ada kendaraan, di mana hewan dan tumbuhan dapat menjadi satu, karena istana memang seperti itu, benarkan Ayah...?"
Waktu itu, Clarabell benar-benar bisa dibilang sangat manis dan menyenangkan, karena orang tuanya yang membuatnya begitu dengan menemaninya.
"Bagaimana jika di hutan yang aman dan cukup dipegang oleh kuasa Dewi...?" Tawar ibu yang datang membawakan camilan di meja sofa mereka.
"Kuasa Dewi?" Clarabell bertanya-tanya dengan bingung.
Yah, begitulah saat aku menerima hal itu. Aku tahu hal yang aneh, kuasa Dewi berada di hutan. Itu berarti di hutan selatan Eropa ada rumah bagi Dewi. Sebenarnya, kita sedang membicarakan putri atau Dewi bunga, entahlah itu. Itu yang membuatku penasaran bagaimana cara menentukannya.
Mungkin di saat itu juga aku ingat bahwa kami membuat tujuan yang baik bersama, tujuan membuat istana dan biarkan aku berjalan dan berpetualang mencari istana yang akan menjadi milikku, dan aku adalah putrinya. Hingga saat itu tiba, aku akan menemukan bahwa Dewi dan Putri harus dipercaya satu per satu.
Untuk menempuh jarak yang sangat jauh, aku juga harus bisa memikirkan sesuatu petunjuk lagi di sebuah angka setelah 11, yakni 28, yang kita buat bersama juga.
"Gadis bunga, Ayah dan Ibu lahir pada tanggal yang sama, takdir mempertemukan kita dengan sikap yang penyayang sehingga kita bisa menyayangimu. Bagaimana jika jadikan angka 28 adalah angka yang istimewa bagi Ayah dan Ibumu?"
Begitulah kata Ayah, dan pada saat yang sama, yakni umurku masih kecil dan aku benar-benar menyayangi mereka. Memang takdir yang sangat bagus sekali, sesuatu yang sangat langka, dan anehnya, aku juga lahir tanggal 28, dan keluarga ini benar-benar memadai. Ayah dan Ibu juga aku lahir tanggal 28, takdir pasti sudah menentukannya.
Untuk lebih jelas, aku bertanya pada mereka. Angka 28 adalah angka yang istimewa. Jika ada hal yang istimewa selain angka itu, pasti ada gambaran bunga yang paling istimewa.
"Kalau begitu, bunga apa yang paling istimewa di dunia ini?" Aku bertanya-tanya dengan polos pada mereka.
Lalu Ibu membalas, "Bunga tulip yang menggambarkan kasih sayang kami padamu. Bunga tulip ada di sekitar selatan, ada ladang tulip di sana. Kamu bisa bertemu dengan seseorang yang memiliki ladang tulip di sana, dia kenal dengan Ayahmu..."
Dari sana aku berpikir, mungkin aku harus bertanya padanya, siapa yang memiliki ladang tulip yang begitu banyak di Eropa ini. Aku hanya perlu temukan orangnya. Ketika sudah ketemu padanya, mari kita buktikan apakah Ayahku memang seterkenal itu. Aku tak percaya sih pemilik ladang tulip bisa kenal Ayah yang merupakan seorang Direktur.
Lupakan itu dan mari fokus pada jalan ini. Aku tak akan berhenti berjalan sampai menemukan tujuannya!!
Di perjalanan, Clarabell menatap ke ponselnya, mencari ladang tulip yang mengarah ke hutan selatan. Dan pada saat itu juga, ada peta muncul, dan dia sudah meyakinkan diri untuk ke selatan.
"Tak peduli hambatan apapun itu, aku akan menuju ke rumah yang sebenarnya."
Hingga ketika sampai di ladang tulip yang sangat luas, ada gerbang menghentikannya. Dari antara gerbang berlubang itu, ia melihat banyak sekali tulip yang masih kuncup, membuatnya tertarik untuk mendekat. Ladang tulip yang dibilang tidak terlalu luas itu menuju ke arah hutan selatan yang sebentar lagi ia sampaikan.
Ketika akan melihat lebih lama, ada seseorang datang, seorang pria dengan tubuh yang dominan lebih besar dan seperti melatih ototnya.
Menggunakan kaos hitam dan celana panjangnya, penuh keringat di tubuhnya dan rokok yang membuatnya santai sejenak.
Dia kebetulan melihat gadis kota yang terlihat seperti gelandangan di depan gerbang ladang tulip, lalu dia memutuskan untuk mendekat.
"Hei nak...." Panggilnya mendekat dari seberang gerbang.
Hal itu membuat Clarabell menoleh padanya.
Baiklah, ini dia, orang yang pertama kali aku temui menjadi orang yang baik ke sekian di sini. Tidak, mungkin yang nomor 3 setelah kedua orang tuaku. Biar ku ceritakan lebih lanjut kenapa aku mengatakannya baik.
"Oh gadis manis..." Dia menatap terkejut sekaligus baru sadar bahwa itu adalah gadis manis yang hanya setinggi perutnya saja.
"Hei, buat apa kemari? Kau datang bersama siapa?"
Pria itu bertanya lagi padanya dengan tatapan yang biasa dan begitu tenang.
Itu saat dia mengatakan sesuatu padaku, aku harus mulai dari mana, aku benar-benar tidak tahu apa yang harus aku katakan lebih dulu. Tapi karena spontanitas, aku mengatakan hal yang gugup.
"Aku... Bell, aku ingin datang ke hutan selatan, bisa kamu tunjukkan padaku di mana letak rumah yang dibangun di hutan selatan?" Clarabella bertanya dengan sangat gugup, dan hal itu membuat pria itu terdiam bingung mendengarnya.
"Ehem, wajahmu begitu manis, kau seperti seseorang yang ditunjukkan padaku. Siapa nama kamu tadi?"
"Bell, Clarabell namaku..."
"Clarabell? Apa tujuanmu kemari? Kau ingin bertemu dengan aku?"
"Ya, maksudku, aku ingin bertemu dengan pemilik ladang bunga tulip ini. Aku ingin bertanya sesuatu soal hutan selatan padanya. Apa kamu tahu siapa pemilik ladang itu? Aku benar-benar ingin bertemu dengannya..."
"Untuk apa kau bertanya pada pemilik bunga tulip ini? Bukankah itu sangat tidak penting? Untuk apa gadis sepertimu bertemu dengannya repot-repot..." Pria itu mencoba menolaknya.
Tapi Clarabell mulai meneteskan air matanya, membuat pria itu terkejut dan kaku.
"Hei, kau menangis, kenapa?"
"Hiks... Aku hanya ingin bertemu dengan pemilik ladang bunga tulip ini, kenapa kamu mengatakan itu tak boleh... Aku hanya ingin membuat kehidupanku menjadi lebih baik, tolonglah aku..." kata Clarabell.
Untuk saat ini, aku benar-benar menangis di depan pria yang bahkan aku tidak kenal, dan kita bertemu pertama kali.
Harus dia tahu, aku menangis karena aku juga lelah. Aku berjalan selama hampir 3 hari hanya untuk menemui gerbang ladang bunga tulip.
"Haiz... Begini saja, katakan padaku, apa tujuanmu sebenarnya?" Pria itu kembali menatap, dan percakapan mereka benar-benar masih terbatas di gerbang tulip itu. Tapi pertanyaan itu membuat Clarabell terdiam, kembali ragu.
"Anu... Em, sebenarnya aku putri dari Dillion Chandran."
Yah, aku menyebutkan nama ayahku... Nama ayahku memang tidak umum di kalangan orang-orang, karena nama yang begitu langka dan sulit diucapkan.
Karena nama yang langka dan berbeda, hal itu akan mudah diingat oleh semua orang yang mendengar nama itu, bahkan semua orang akan mengenalnya, termasuk pria yang ada di depanku.
Yang benar saja, pria itu terdiam kaku mendengar nama ayah Clarabell, yakni Dillion Chandran, nama yang begitu nyata dan sangat terdengar jelas, membuatnya memegang sel dari gerbang, seketika mendorongnya untuk membuka gerbang, dan membuat Clarabell terdiam.
Apa yang terjadi di sini? Kenapa ini sangat membingungkan? Dia benar-benar membuka gerbang untukku, tidak mungkin. Apakah dia terhipnotis oleh kata-kata yang aku ucapkan? Apakah nama ayahku bisa seterkenal itu di sini? Tapi sebelumnya orang tuaku juga mengatakan padaku bahwa pemilik ladang tulip ini sangat dekat dengan ayah.
"Masuklah..." kata pria itu, membuat Clarabell terdiam mendengarnya.
"Apa kau yakin?"
Aku benar-benar masih tak percaya dengan hal itu. Dia membuka pintunya hanya untukku, bagaimana tidak bingung? Dia membukanya setelah mendengar nama ayahku, bahkan dia tak mengatakan sepatah katapun ketika membuka pintu gerbang yang sangat besar itu.
Karena perkataannya yang membiarkan aku masuk, lalu aku mulai berjalan masuk ke sana.
Clarabell masih terdiam, lalu dia berjalan masuk, dan pria itu kembali menutup gerbang dengan mendorongnya dengan tangannya. Pantas saja tangannya terlihat berotot, ternyata dia juga membuka dan menutup gerbang besi yang besar dan berat, bahkan tinggi gerbang itu bisa dikatakan setinggi kontainer dan lebarnya lima kali lebih lebar dari kontainer yang berjejer.
"Kemarilah, biarkan aku membawa tasmu..." pria itu mengulurkan tangan untuk menawarkan membawa tas ransel yang ada di pundak Clarabell.
Tapi Clarabell terdiam dan malah mengatakan sesuatu.
"Kau tidak berencana mengambilnya, kan? Di sini ada uang, kartu, dan yang lainnya..."
"Wah... Kau benar-benar membawa harta semua, ya? Bahkan tak ada makanan, minuman, maupun baju yang kau bawa. Aku tahu, kau pasti membelinya dalam perjalanan, bukan? Jangan khawatir, aku tidak akan mengambilnya. Jika aku mengambilnya, kau bisa membuat semua bunga itu layu," kata pria itu.
Kenapa dia bicara tidak jelas? Dia pikir aku bisa merubah kehidupan bunga tulip di ladang itu yang masih kuncup?
"Baiklah, ini..." Clarabell memberikan tas ranselnya, lalu pria itu mengambilnya dan berjalan duluan.
"Lewat sini, kau harus istirahat dulu dan anggap saja aku seseorang yang kau cari."
"Siapa?"
"Siapa lagi..." Pria itu berhenti berjalan dan menoleh dengan lirikan kecil. Lalu menambahkan perkataannya. "Aku pemilik ladang bunga tulip yang luas ini dan hutan selatan, aku tahu semuanya..."
Seketika Clarabell terkejut tak percaya. Jadi, dari tadi, dia memang berbicara dengan orang yang dia cari dari kemarin. Pria itu sudah menjadi orang yang dicari-cari Clarabell.
Share this novel