Vania mengantarkan Revan kebandara.tepat di siang hari ini laki-laki itu akan kembali ke Surabaya.
"Udah dong sayang?jangan cemberut gitu??jelek tau??" Ucap Revan saat menghentikan langkahnya didalam gedung bandara.
"Ck!!...gimana aku gak cemberut coba.baru kemarin malam kita tunangan.kamu udah mau balik lagi ke Surabaya?" Dumel Vania lalu segera mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Untuk kali ini Vania tidak salah,revan lah yang salah.harusnya Revan lebih meluangkan banyak waktu untuk tunangannya itu.mengingat hampir enam bulan mereka menjalani hubungan LDR.
Tapi Revan juga tidak bisa berbuat apa-apa.banyak pekerjaan yang harus dia urus dikantor.terlebih lagi nanti malam akan ada pertemuan yang harus dia hadiri.
"Sayang....hei...liat sini?" Ucap laki-laki itu namun Vania tetap enggan menatap dirinya.
Karena Vania tidak kunjung menatapnya Revan pun langsung menagkup wajah gadis itu lalu mengarahkannya untuk menatapnya.
"Dengarkan aku sayang???" Revan menatap Lamat gadis yang dicintainya itu.
"Aku tau aku salah.harusnya aku meluangkan waktu yang banyak untuk kamu.tapi aku gak bisa berbuat apa-apa sayang.ada beberapa pekerjaan yang harus aku urus dikantor?" Ucapnya.
"Aku janji deh.weekend nanti aku bakalan balik ke Jakarta.kita liburan bareng?" Lanjutnya.
Vania terdiam sejenak memikirkan perkataan Revan barusan.agak egois juga sih dirinya jika terus menahan Revan di jakarta.sebagaimana dirinya yang mempunyai tanggung jawab dikantor papanya,Revan juga punya tanggung jawab dikantor tempatnya bekerja.
Mungkin ini ujian yang Tuhan berikan pada hubungan mereka.yaitu harus menjalani hubungan LDR antar Jakarta-surabaya.
Benar apa kata mamanya tadi pagi.vania harus mengurangi sifat ke kanak-kanakannya itu.umurnya kini sudah menginjak 24 tahun.dia harus lebih dewasa dan dia tidak boleh egois seperti ini.
Selain akan mengganggu pikiran revan selama di Surabaya.sifat egoisnya ini juga akan berimbas tidak baik pada hubungan mereka nantinya.
Beberapa tahun lalu Vania sudah kehilangan Gilang.dan sekarang Vania tidak ingin kehilangan Revan.
"Sayang,kok malah bengong sih?" Tegur Revan ketika melihat sang kekasih diam menatap dirinya.
"Kamu marah banget ya sama aku?" Ucapnya lagi.
Vania yang merasa bersalah langsung memeluk erat tubuh Revan.
"Maafin aku sayang,aku-"
"Gak,kamu gak salah kok?" Ucap Vania memotong perkataan Revan.
Revan pun membalas pelukan Vania kemudian mengecup pucuk kepala gadis yang sangat dicintainya itu.
"Maaf ya aku udah ke kanak-kanakan tadi.kamu boleh kok balik lagi ke Surabaya?" Ucap Vania.
"Beneran.kamu udah bolehin aku balik lagi ke Surabaya?" Tanya Revan.
Dalam pelukan hangat tersebut Vania menganggukkan kepalanya dengan cepat.
"Iya.aku udah izinin kamu kok?" Jawabnya.
"Really?" Ucap Revan lagi yang langsung diangguki kedua kalinya oleh Vania.
"Makasih ya.sekarang aku lebih tenang buat ninggalin kamu?" Lanjut Revan.
Tidak lama Revan melepaskan pelukan mereka dan kembali menatap dalam Vania.
"Tolong,jaga diri kamu selama aku disurabaya.dan tolong jaga juga hati kamu untuk aku?" Pintanya.
Vania tersenyum manis dan untuk kesekian kalinya gadis itu menganggukkan kepalanya.
"Kamu tenang aja.aku akan selalu jaga hati aku.sekarangkan aku udah punya kamu?" Ucap Vania sambil menunjukkan cincin pertunangannya yang melingkar di jari manisnya kehadapan Revan.
Revan tersenyum lalu menggenggam tangan Vania dan mencium punggung tangan gadis itu penuh kelembutan.
"Belum sayang.aku belum memiliki kamu seutuhnya.nanti kalau kita udah nikah,baru kamu punya aku yang sah Dimata hukum dan agama?" Jelas laki-laki itu.
"Aku udah gak sabar nunggu hari pernikahan kita?" ucap Vania yang kembali memeluk sang kekasih.
"Sama.aku juga gak sabar nunggu tiga bulan kedepan.kamu begini aja udah keliatan cantik banget.apa lagi kalau bug- Aws?!...sayang?!...sakit?!" Ringis Revan ketika pinggangnya dicubit oleh Vania.
Buru-buru Vania melepaskan pelukannya."sukurin?!...emang enak?!" Tanpa berdosa wanita itu terkekeh melihat sang kekasih kesakitan karena cubitannya.
"Kasar banget sih kamu?" Ucap Revan.
"Biarin aja?!" Vania mengejek Revan dengan menjulurkan lidahnya ke luar.
"Salah kamu sendiri.otaknya mesum mulu.udah ah,aku pulang aja kalau gitu?" Terlihat gadis itu hendak pergi namun dengan cepat Revan menahan Vania dan membawa kembali gadis tersebut kedalam dekapannya.
"Aku kan mesum cuma kekamu doang?" Bisik Revan tepat di depan bibir Vania.
"Revan??"
"Apa?"
"Le-lepasin....gak enak diliatin orang?" Pinta Vania sambil berusaha melepaskan pelukan Revan.
Sekilas laki-laki itu melihat sekelilingnya."gak apa-apa.mereka bakal maklumin kita kok?" Ucap Revan dengan nada sensual.
"Aku suka sama kamu.cantiknya kamu natural banget?" Pandangan Revan kini teralih pada benda kenyal berwarna pink didepannya.
"I love you?" Dalam hitungan detik saja Revan sudah melumat lembut bibir seksi vania.sontak saja membuat Vania langsung memejamkan matanya.
"Balas sayang?" Titah Revan dicela kegiatannya.
Merasa terhipnotis Vania pun membalas ciuman penuh kasih sayang dari Revan.
===========
Surabaya....
Pukul 5 sore Raisa sudah pulang kerumahnya.begitu masuk rumah wanita itu langsung disambut ceria oleh sang anak.
"Mama?!" Seru nadia berlari menghampiri mamanya.
Raisa tersenyum lalu menciumi wajah kecil putri cantiknya itu.
"Wangi banget sih anak mama yang cantik ini?" Ucap Raisa.
"Iya dong mah...Nana kan baru aja mandi?" Jawabnya.
"Pantesan.oh ya.papa kamu udah pulang belum?" Tanya Raisa.
Nadia menggeleng."belum mah.papa belum pulang?" Jawab Nadia.
"Bibi kemana?" Kali ini Raisa menanyakan bi murti.belum sempat Nadia menjawab sosok bi Murti sudah muncul di hadapan mereka.
"Ada apa nyah?" Tanya bi Murti.
"Bibi udah masak belum?"' ucap Raisa balik bertanya.
"Belum nyah?" Jawabnya.
"Bagus kalau gitu.biar saya aja yang masak?" Ucap wanita itu lagi yang langsung di angguki oleh BI Murti.
"Kok mama tumben mau masak??biasanya kan bibi terus yang masak buat kita?" Ucap Nadia keheranan.
Raisa tersenyum.benar apa yang dikatakan oleh anaknya itu.selama menikah Raisa memang tidak pernah memasak untuk Gilang ataupun Nadia.selama ini bi Murti lah yang mengurus dapur.sesekali Gilang juga ikut membantu wanita paruh baya itu.
Raisa berjongkok lalu mengelus lembut kepala sang anak.
"Nana lupa ya.hari ini kan papa ulang tahun.jadi mama mau masak makanan yang spesial untuk papa?" Ucapnya.
"Oh iya.hari ini kan papa ulang tahun?" Gadis kecil itu terlihat menepuk keningnya.dia lupa sekali kalau hari ini adalah hari ulang tahun papanya.
"Mah.gimana nih.nana belum beli kado buat papa?" Dengan sedikit panik Nadia menatap mamanya.
"Kamu tenang aja sayang.mama udah belikan kok kado untuk papa?" Raisa menunjukkan paper bag yang berisikan dua kado besar didalamnya.
"Makasih Mama sayang...mama emang penolong Nana deh?" Satu kecupan manis mendarat di pipi Raisa.
"Kalau gitu Nana sekarang bantu mama masak ya?" Raisa kembali berdiri kemudian menggandeng tangan anaknya.
"Oke?" Keduanya pun segera berjalan menuju dapur.
=============
Dikantor Gilang masih sibuk dengan berkas-berkas di meja kerjanya.
"Ini.semuanya sudah saya tanda tangani?" Ucap Gilang menyerahkan beberapa berkas kepada Jason.
"Terimakasih pak?" Jason pun melangkah pergi menuju pintu.
"Mm...Jason?" Jason yang namanya dipanggil oleh Gilang langsung menghentikan langkahnya dan menghadap ke arah bos nya itu.
"Ada yang bisa bantu lagi pak?" Tanya Jason.
"Nanti malam akan ada pertemuan.kamu ikut saya ya?" Ucap Gilang.
Jason mengangguk tegas."baik pak?" Jawabnya.setelah menjawab Jason kembali melanjutkan langkahnya dan keluar dari ruangan Gilang.
Sekilas Gilang melihat jam ditangannya waktu sudah menunjukkan pukul enam sore.sementara jam tujuh nanti dia harus menghadiri sebuah pertemuan.
Tanpa berlama-lama lagi Gilang melangkah pergi ke ruangan privat nya yang ada di ruangan kerja miliknya.gilang pun segera mandi untuk bersiap-siap pergi ke tempat pertemuan tersebut.
============
Jam setengah delapan malam Raisa dan Nadia sudah duduk diruang makan menunggu kepulangan gilang.semua makanan dan minuman lezat kesukaan Gilang sudah tersedia di meja makan.
"Mah,papa kapan pulangnya?" Tanya Nadia yang sudah tidak sabar menunggu papanya pulang.
Raisa kembali melihat jam di hp."gak tau nih nak.biasanya jam segini papa kamu udah pulang.mama coba telpon papa dulu ya?" Raisa segera mencari nomor telepon Gilang kemudian menelponnya.
Tut
Tut
Tut
Berkali-kali Raisa mencoba menelpon suaminya itu namun tidak ada satupun panggilannya yang di angkat.
"Gimana mah?" Tanya Nadia lagi.
"Gak diangkat nih telpon mama?" Untuk kesekian kalinya Raisa mencoba menelpon gilang.
Sementara di rumah Raisa dan Nadia menunggu kepulangan Gilang,ditempat lain Gilang tengah menghadiri sebuah pesta pertemuan bersama dengan Jason.
"Pak Gilang.apa kabar?" Sapa seorang laki-laki yang merupakan CEO dari perusahaan lain.
"Alhamdulillah,baik pak?" Jawab Gilang.
"Sama istri datang kesininya?" Tanya orang itu lagi.
"Gak pak saya kebetulan datang sama asisten saya?" Gilang mengalihkan pandangannya ke arah Jason yang tengah berdiri di samping kanannya.
"Selamat malam pak?" Sapa Jason.
"Selamat malam juga,pak Jason?" Sapanya penuh keramahan.
Disaat ketiga orang itu berbincang-bincang secara tidak sengaja Gilang melihat sosok laki-laki yang sangat dikenalinya.
"Maaf,saya tinggal sebentar?" Setelah berpamitan Gilang segera pergi ke tempat orang yang dilihatnya tadi.
=============
"Adnan?" Sapa Gilang.
Adnan yang kala itu tengah mengobrol dengan rekan bisnisnya langsung mengalihkan pandangannya ke arah Gilang.
"Gilang?" Gumamnya.
"Kalau gitu saya pergi dulu ya pak Adnan?" Ucap orang yang mengobrol dengan Adnan kemudian pergi meninggalkan mereka berdua.
Adnan menghampiri Gilang."apa kabar Lang?" Sapa Adnan sambil mengulurkan tangan kanannya kehadapan sang sahabat.
"Baik?" Gilang menjabat tangan Adnan.
Kedua sahabat yang sudah hampir lima tahun tidak bertemu kini saling menyapa satu sama lain.
"Loe.... sendirian aja??" Tanya Gilang.
"Iya.gue cuma sendirian ke sini nya?"jawab laki-laki itu.
Karena merasa kurang nyaman Gilang pun meminta Adnan untuk pindah mencari tempat yang sedikit tenang.
============
Kini Gilang dan Adnan sudah duduk di tempat yang agak sepi.dengan ditemani dua gelas wine keduanya tampak asyik mengobrol.
"Gimana kabarnya Vania?" Tanya Gilang dengan tiba-tiba.
Adnan sejenak terdiam setelah itu tersenyum tipis ke arah Gilang.
"Kenapa tiba-tiba nanya dia,hm.loe kangen?" Celetuk Adnan.
Kali ini Gilang yang terdiam.tebakan Adnan barusan sangat tepat sasaran.Ya,Gilang memang sangat merindukan gadis manisnya itu.selalu....bahkan dari hari pertama dirinya tinggal di Surabaya bayangan Vania sangat lekat dipikirannya.
"Khem!!" Gilang mengambil minuman miliknya lalu menyesapnya sedikit demi sedikit.
Adnan yang melihat pergerakan sang sahabat dapat mengetahui dengan pasti jawaban dari pertanyaannya tadi.
"Gue cuma nanya aja nan.apa salahnya?" Jawab Gilang berbohong.
"Dan Dari yang terakhir gue tau loe adalah orang yang dekat sama dia?" Lanjutnya.
"Kabar Vania sangat baik Lang.kemarin baru aja tunangan?" Jawab adnan yang berhasil membuat Gilang sedikit terkejut.
"T-tunangan??" Adnan mengangguk cepat.
Entah kenapa pandangan Gilang langsung tertuju pada jemari tangan Adnan,seakan mencari sesuatu disana.
"Tapi kok loe gak pakai cincinnya?" Tanya gilang.adnan langsung menatap sahabatnya kebingungan.
"Maksudnya??" Ucap Adnan.
"Ya,tadi kan Lo bilang kalau Vania udah tunangan.tapi kok loe gak pakai cincin tunangan loe?" Jelasnya.
Beberapa detik kemudian Adnan baru paham akan maksud Gilang.
"Vania emang udah tunangan lang.tapi....bukan sama gue?" Jawab adnan.gilang semakin menatap kebingungan Adnan.
"Kalau bukan sama loe.terus sama siapa??bukannya sewaktu ditaman loe nembak Vania??" Secara bersamaan pikiran keduanya tertuju pada momen dimana Adnan menemui Vania yang sedang berada di taman.
"Oh... kejadian itu???" Tiba-tiba saja Adnan terkekeh.
"Kok loe malah ketawa si?" Lagi-lagi sikap Adnan membuat Gilang bingung.
"Jadi gini ceritanya Lang??" Adnan fokus menatap Gilang.
FLASHBACK...
Merasa cukup puas mengeluarkan semua beban dihatinya Vania pun menghentikan tangisnya itu.
"M-makasih ya kak?" Vania segera menegakan kepalanya.Sejenak Adnan memandangi wajah cantik Vania.
"Kamu gadis cantik,Vania.?" Tangan Adnan bergerak menghapus buliran air mata yang tersisa di sudut mata Vania.
"Kamu pantas dapat laki-laki yang lebih baik dari Gilang?" Merasa terhipnotis dengan kecantikan alami gadis idamannya,Adnan pun perlahan mendekat wajahnya ke wajah Vania dan...
Cup
Adnan mengecup bibir berwarna pink milik vania.ya,hanya mengecupnya tidak ada lumatan di sana.
Selama satu menit bibir keduanya menempel.hingga akhirnya Adnan menjauhkan wajahnya beberapa centi.
"Jadilah kekasihku,Vania?" Bisik Adnan.
Vania sedikit menjauhkan tubuhnya dari Adnan dan menetralkan detak jantungnya akibat tindakan adnan yang mengecup bibir nya barusan.
"Maaf kak.tapi aku gak bisa?" Jawab Vania sambil menatap Adnan.
"Tapi kenapa??aku cinta sama kamu Nia??aku janji bakal bahagiakan kamu selama-lamanya?" Ucap Adnan penuh yakin.
"Aku kan udah pernah bilang sama kakak.aku cuma anggap Kakak sebagai kakak ku.gak lebih?" Jelas Vania
"Kak?" Vania menggenggam tangan kiri Adnan.
"Kakak itu orang baik.aku yakin,banyak wanita yang mau jadi pendamping kak Adnan.sekali lagi aku minta maaf.aku gak bisa balas cinta kakak.permisi?" Vania segera pergi meninggalkan Adnan ditaman.
FLASHBACK END ...
==============
Raisa menghela nafas panjang lalu menatap kembali jam yang ada di hpnya.ternyata sudah jam setengah dua belas malam.itu artinya sudah 3 jam dirinya menunggu Gilang di ruang makan.
Wanita itu segera menolehkan wajahnya ke arah sang anak.tenyata Nadia sudah tertidur pulas di kursi sambil memeluk kado yang dia beli tadi.
"Kemana kamu mas??kenapa udah jam segini kamu belum pulang juga??" Raisa mengelus kepala anaknya dengan rasa kasihan.
Ting tong
Terdengar suara bel pintu.bi Murti yang hendak berjalan untuk membukakan pintu segera ditahan oleh raisa.
"Biar saya aja bi?" Ucap Raisa kemudian segera beranjak ke depan.
Ceklek
"Dari mana aja kamu mas?" Baru berjalan selangkah memasuki rumahnya Gilang sudah dilempar pertanyaan oleh istrinya itu.
"Saya abis hadirin pertemuan??kenapa??" Jawab acuh Gilang.
"Hp kamu yang mahal itu udah gak ada gunanya lagi ya?" Tanya Raisa dengan nada ketus.
"Maksud kamu apa sih raisa.saya tuh capek.tolong jangan bikin keributan lagi?!" Ucap Gilang yang masih belum paham perkataan Raisa.
"Bener-bener gak punya hati kamu mas!!" Dengan kesal Raisa kembali menuju ruang makan.
BI Murti yang sempat melihat sedikit perdebatan majikannya itu segera menghampiri Gilang.
"Maaf tuan bukannya saya kurang ajar.tapi hari ini tuan emang salah?" Gilang semakin kebingungan mendengar perkataan bi Murti.
"Hari ini tuan ulang tahun bukan??" Tanya wanita itu.
Gilang berfikir sejenak.astaga!!!...dirinya baru ingat kalau hari ini adalah hari ulang tahunnya.
"Iya bi.saya baru ingat kalau hari ini saya ulang tahun?" Ucap Gilang.
"Terus apa hubungannya??" Gilang menatap kembali bi Murti.
"Sore tadi nyonya sama non Nadia masak makanan kesukaan tuan.mereka mau ngerayain ulang tahun tuan dengan makan malam bersama.nyonya udah coba telpon tuan,tapi tuannya gak angkat.dari setengah delapan tadi nyonya sama non Nadia nunggu tuan pulang ke rumah.sampai akhirnya non Nadia ketiduran di ruang makan?" Jelasnya.
Gilang sangat terkejut begitu mendengar penjelasan tersebut.tanpa basa-basi lagi Gilang pergi ke ruang makan untuk melihat anaknya.
"Nadia?" Gilang langsung berlari saat melihat Raisa menggendong Nadia yang tertidur pulas.
"Biar saya aja yang bawa nana?" Pinta Gilang sambil berusaha mengambil tubuh anaknya.
"Gak usah mas.biar Raisa aja yang bawa nama ke kamar.malam ini Nana tidur sama Raisa?" Tegas wanita itu lalu segera berjalan menuju tangga.
Setelah kepergian Raisa,Gilang segera mengalihkan pandangannya ke arah meja makan.ternyata disana sudah tersedia begitu banyak makanan dan minuman kesukaan dirinya.benar apa yang dikatakan oleh BI Murti tadi.raisa dan Nadia menunggu kepulangannya untuk makan malam bersama.
Gilang pun langsung mengecek hpnya.dilayar hp nya tertera 50 panggilan tidak terjawab da 50 pesan WhatsApp.dan itu semua dari Raisa.
"Maafin papa,Nadia?" Gumam Gilang.
Share this novel