" AsyhaduAllah IlahaillAllah Waasyhaduanna Muhammadar Rasulullah."
Ungkapan dua kalimah syahadah yang meluncur dari bibir merah Louisa menjadi ucapan keramat tanda pengislaman seorang lagi hamba Allah Ta'ala. Beberapa orang yang menyaksikan di dalam London Central Mosque saling memanjat doa kesyukuran kepada Allah Ta'ala saat dipertemukan dengan saudara baharu. Louisa akhirnya bersyahadah setelah tiga bulan mengenali agama Islam
" Alhamdulillah, welcome to Islam dear. This is my gift for you."
Elhan menghulurkan sebuah kotak merah yang dihiasi reben kepada Louisa. Dia leka memerhatikan si wanita yang cantik berjubah dan berselendang itu. Penampilan terbaru Louisa Catherine Drew Abdullah selepas bergelar seorang Muslim.
" Umrah visa? Is this for real?" Louisa teruja. Ada juga set kelengkapan umrah yang disertakan di dalamnya.
Elhan tersenyum lebar. Wajah ceria Louisa buat hatinya terdetik gembira. Seakan terpancar sebuah aura yang bercahaya membuatnya ingin terus menatap wajah itu.
" Yes Lou. Performing umrah and hajj are your dreams. I wanna help you achieve your aspirations and I truly said what I said, " bicara Elhan seikhlas hatinya. Saat itu mereka berada di luar masjid utama London.
" You like it?"
" So much!" Sambut Louisa riang.
" Keep it with love till the right time comes. "
" So sweet honey. Can I go now?" Louisa bagai tidak sabar-sabar lagi. Sinar matanya menggambarkan hati yang begitu bahagia di kala ini.
" Can't you wait dear? Be patient a bit more. Who knows maybe we can be there as a husband and wife, " tingkah Elhan lembut dengan senyuman nipis di bibirnya.
" I can't. I really wanna feel the presence of Ka'aba in front of me. This has been my dream ever since I knew Islam, " ujar Louisa sayu.
Elhan mencipta desah nafas bahawa dia tidak betah untuk menghampakan wanita itu. Namun keadaan Louisa yang sarat kala usia kandungan mencecah 8 bulan lebih menjadi kepentingan bagi Elhan. Apatah lagi, wanita itu benar-benar sedang bersedia menghadapi saat-saat akhir sebelum kelahiran bayi.
" Wait a little longer Lou. Next month, your pregnancy will turn to 9 month. You need to rest and prepare for your delivery. But I promise, after you give birth, I will let you go," pujuk Elhan lembut.
Louisa lepas pandangan simpati membuahkan ehsan Elhan. Andai Louisa tahu apa yang membebankan hatinya ketika ini.
" Elhan... you said prayers are way much easier to be answered there. It's a place full of blessings. I wanna pray the best as a mum of Aisyah. So that when I'm gone, I know she can still survive without me, " luah Louisa hiba. Seraut wajah itu mula tampak sedih seperti akan menitiskan air mata.
Aisyah Humaira. Nama yang mereka pilih untuk bayi dalam kandungan Louisa semenjak jantina bayi mula diketahui. Sejak itu, mereka menggelar makhluk genit yang menghuni rahim Louisa dengan gelaran Aisyah.
" Why did you say that Lou? How about me? You don't wanna marry me? " Entah mengapa jiwanya seakan dicengkam walang tak bertepi kali ini.
" I do. But... Makkah calls my heart out till the point that I don't wanna be at any dimension of the world other than Makkah. I promise you, once I come back let's get married. Insyaallah, " kata Louisa memberi jaminan sambil memanah wajah tampan itu. Redup pandangan matanya seolah benar-benar merintih berharap Elhan membenarkan.
" Please... consider this as my last favour? " Louisa semakin kuat berusaha. Lambaian Ka'abah seakan memanggilnya datang.
Elhan melepas keluhan berat. Lambat-lambat dia berpaling memandang semula wajah jelita Louisa. Berat baginya untuk membuat keputusan.
" Okay... fine. I'm gonna prepare everything for you. I will ask Jasmine if she can come along with you. I think she will be free at that time because she's gonna finish her final assessments stuffs by this week. She's gonna take a good care of you on my behalf."
Oleh kerana Jasmine mendaftar di kolej satu semester lebih awal jadi peperiksaan akhirnya tamat lebih awal. Elhan akan cuba sedaya upaya untuk memujuk doktor agar memberikan preskripsi supaya Louisa dapat terbang ke Makkah walaupun sukar dek kandungan wanita itu yang sudah sarat. Lagipun Jasmine sememangnya seorang doktor bertauliah pakar sakit puan, jadi dia tak risau.
" Thank you so much. Dear, I just want you to know that you will always have a special place in my heart. I'm gonna tell everything about you when I meet Allah soon. You are the kindest human being that I've ever come across, " ucap Louisa syahdu seiring dengan air mata yang deras membasahi pipinya.
Ungkapan Louisa umpama sebiji batu besar yang menimpa dada Elhan. Terasa sendat dadanya saat Louisa memutuskan untuk meninggalkannya di London demi menjadi tetamu Allah di Tanah Suci. Sungguh berat untuk dia merelakan entah mengapa.
****
" This is my gift for you." Louisa menghulurkan sebuah kotak kecil berwarna biru kepada Elhan ketika mereka bertemu di lapangan terbang sebelum berangkat ke Makkah. Tanpa banyak soal, Elhan membuka kotak itu untuk memeriksa kandungannya.
" A kopiah?"
" I made it on my own. I'm sorry I couldn't give you something more expensive more exclusive. Once I start working I will buy you something else okay."
Elhan berasa sebak mendengar kata-kata Louisa. Raut wajah itu seolah-olah takut kalau dia tak sudi menerima kopiah itu. Sungguh, dia tak pernah mengharapkan apa-apa daripada Louisa.
" Don't you say anything about it dear. I like your gift. I prefer this kopiah than any other expensive stuffs. This one has personal touch and that's what makes it special, " ujar Elhan sambil meletakkan kopiah itu di atas kepalanya. Tanda suka dengan pemberian wanita itu. Louisa senyum segaris.
" Before I go, forgive me if I ever wronged you intentionally or unintentionally but one thing I wanna let you know is that I'm beyond thankful Allah fated me to encounter you. No one knows how much love my heart carries within me, " tutur Louisa romantis meluahkan perasaannya. Buat beberapa ketika mata mereka bertaut, menguatkan lagi kasih yang melilit di tangkal hati.
" You did nothing wrong to deserve my forgiveness. Please know that I will always pray that your business there runs smoothly."
" Elhan can I ask you something? " Elhan mengangguk.
" If something happens to me, will you promise me to take care of Aisyah on my behalf? " Sayu mata Louisa ketika membuat permintaan. Namun, Elhan hanya tertawa kecil seakan cuba untuk menutup resah di hati saja.
" Don't be so emotional dear. Promise me you're gonna come back safely. That's the real deal, "
" Please Elhan. Promise me? " Kali ini Louisa menggesa Elhan atas keterdesakan hatinya.
Elhan mula beriak serius. Jari kelingkingnya diangkat di depan Louisa. " Promise. I will take care of Aisyah with all my heart. You have my words. "
Selepas Elhan berjanji, itulah kali pertama dia melihat senyuman yang paling terang di bibir Louisa. Seakan benar-benar gembira dengan ikrarnya. Itulah senyuman yang tak pernah dia lihat selama perkenalan mereka. Namun mengapa dia berasa sedih?
" Lou, we need to go now. Everything is ready. Elhan, kita orang pergi dulu. Kalau ada apa-apa nanti I call you okay? " Jasmine yang sudah selesai menguruskan urusan pendaftaran masuk kembali kepada mereka.
" Jaga Louisa baik-baik Jas. You pun jaga diri, " pesanan itu dititipkan oleh Elhan bersama hati yang mendayu-dayu. Jasmine sekadar mengangguk tanda terima amanat. Lagipun memang dia rela hati nak menemani Louisa sebagai doktornya ke sana.
" Assalamualaikum. "
" Waalaikumussalam, " balas Elhan lirih dan gemersik. Syahdunya hatinya di kala ini tiada siapa yang bisa menafsirkan.
Louisa mengesat air mata yang mengalir rakus di pipinya saat dia berpaling melangkah pergi. Tak sanggup dia menatap wajah itu berlama-lama. Bimbang ada rencana yang tak menjadi.
" Lou..." panggil Elhan namun cukup untuk dia saja yang dengari. Tiada walau sekelumit malu mahupun egois yang dapat menghalangnya daripada menitiskan air mata ketika bayang Jasmine dan Louisa hilang dari pandangan mata. Seolah-olah inilah pertemuan mereka yang terakhir.
****
Di depan Central Library Imperial College London, Elhan menunggu kehadiran sahabat baiknya, Arif yang hendak meminjam beberapa bahan rujukan di perpustakaan.
Tiba-tiba, telefon bimbit yang nyaring berbunyi dari dalam poket seluar jeans mencuri perhatian Elhan. Lantas dia mengeluarkan telefon bimbitnya dan menjawab panggilan itu.
" Helo, Jasmine. Assalamualaikum. " Ceria terus seraut wajah yang sememangnya sukar untuk mengukirkan senyuman semenjak berangkatnya Jasmine dan Louisa ke Tanah Suci.
" Waalaikumussalam. Elhan... " sahut Jasmine di hujung talian. Namun suara wanita itu seakan tidak ceria.
" Jas... kenapa call ni? Ada orang tu rindu I ke? " Soal Elhan cuba menerbit jenaka. Sesaat kemudian dia tertawa kecil.
Namun tidak seperti biasa, Jasmine hanya membatu. Yang kedengaran cuma keluhan bagai ada masalah jauh nun di sana. Elhan masih bersangka baik.
" Elhan, I pernah bagitau you pasal kemungkinan yang mungkin terjadi kalau Louisa pergi buat umrah kali ni, kan?"
" Haah. Kenapa, ada masalah ke?"
" Elhan, let me tell you this. Tadi, lepas I dengan Lou buat tawaf sunat, air ketuban dia pecah. So, I rushed bawak dia ke hospital and lebih kurang a few hours later Lou dah selamat bersalin. Sekarang I ada dengan baby Aisyah, " beritahu Jasmine rendah.
" Alhamdulillah ya Allah! " Sambut Elhan tak terkata rasa syukurnya. Terasa pada saat ini juga dia ingin terbang ke Tanah Suci demi bertemu Aisyah dan Louisa.
Louisa bersalin lebih awal daripada yang sepatutnya. Itulah kemungkinan yang pernah dia bincangkan bersama Jasmine sebelum ini. Dia bersyukur bayi bernama Aisyah itu akhirnya selamat tiba di dunia.
" You nak iqamat kan Aisyah ke?" Mendatar suara di hujung talian saat bertanya. Seakan tidak berperasaan atas kegembiraan Elhan terhadap berita baik itu.
" Nak. Nak sangat-sangat..."
" Hang a sec..." Jasmine membuka pembesar suara lalu meletakkan telefon bimbitnya di sebelah kanan telinga Aisyah yang sedang dikendongnya.
Perasaan sebak dan gembira bercampur baur dalam dirinya saat lafaz iqamat dilaungkan. Hatinya sungguh berbunga saat pertama kali mendengar rengekan kecil Aisyah sungguh pun anak itu bukan terhasil dari benihnya sendiri.
" Louisa mana Jas? Boleh I cakap dengan dia?"
Kali ini Elhan terdengar suara esakan di hujung talian. Bunyi yang perlahan pada mulanya bertukar rentak terus mendayu-dayu. Serta merta hilang senyuman di wajah Elhan.
" Kenapa Jas? Apa jadi ni? Jangan buat I risau Jas. " Jantungnya melantun deras menanti respons dari Jasmine.
" I'm so sorry to tell you that... Louisa dah takde Elhan. Lou tumpah darah waktu lahirkan Aisyah pagi tadi. She's... gone, " beritahu Jasmine tersekat-sekat suaranya kerana menangis.
Elhan terpempan. Jantungnya bagai direntap kuat. Dia merasakan ada awan kelabu yang menghempap dirinya menolaknya melutut ke bumi. Seluruh sendi kakinya menjadi lemah longlai seolah hilang kudrat untuk berpijak teguh. Dunianya terasa gelap gelita. Fikirannya jadi sekosong-kosongnya.
" Sebelum Lou bersalin, dia sempat mintak tolong you untuk selesaikan urusan pengebumian dia in case dia akan pergi. Lou nak jasad dia bersemadi di sini. I hope you can make her dream comes true, " sambung Jasmine diselangi esakannya yang hiba.
Elhan menangis tersedu sedan di situ. Jiwanya bercangkaliwang di kala ini sehingga tiada satu perkataan pun yang sesuai untuk mendefinisikan kesedihannya. Ya Allah, berat sungguh dugaanMu ini.
Jasadnya ada di situ tetapi jiwanya tersudut di lembah kesedihan terdalam. Benarkah apa yang didengarinya? Apakah semuanya hanya permainan mimpi atau realiti?
" Weh Elhan, kau okay tak ni?! " Kelibat Arif muncul di ruang mata. Bahu Elhan dipaut kemas cuba mencari punca temannya meraung sendirian.
" Kenapa Han? Apa jadi ni?" Tanya Arif lagi, cemas.
Perlahan-lahan Elhan mengangkat muka yang sudah kebasahan dengan air mata. Pahit untuk dia telan hakikat ini. Hakikat tentang kehilangan Louisa dan mahligai impian yang ingin mereka bina telah terkubur.
" Lou... Louisa dah takde Rip. Dia dah tinggalkan aku dengan Aisyah. Dia dah tinggalkan aku Rip, " jawab Elhan lirih. Esakannya makin kedengaran. Spontan Arif menarik tubuh bidang Elhan dalam pelukan eratnya. Dia turut terkesima dan berduka atas pemergian Louisa.
" Innalillahiwainnailaihiraji'un. Sabar Elhan. Kuatkan diri kau. Allah lebih sayangkan Louisa." Hanya kata-kata itu yang mampu diungkapkan Arif.
Elhan hanyut dalam kesedihan. Seperti baru semalam dia mendengar suara lunak Louisa mengungkapkan kata maaf dan penghargaan kepadanya sebelum wanita itu ke Makkah hampir seminggu lepas. Hari ini, nyawa berharga Louisa sudah diambil Ilahi.
Lou... dulu awak selalu mengadu awak tak ada rumah. Sekarang, Allah dah bagi rumah yang paling indah untuk awak di syurga. Untung awak, menjadi ahli syurga pilihan Allah.
Damailah di sana Louisa. Andai ada rezeki untuk saya ke syurga, kita berjumpa lagi di sana. Akan saya ceritakan semua yang terindah tentang kita kepada Aisyah nanti.
Salam sejahtera kepada dirimu, wahai bidadari syurga.
Share this novel