Dua puluh delapan

Romance Completed 140178

Happy Reading...
Met ketemu bang Bucinnya Amanda

Tinggalin komen yang banyak!!!!

??????????

Amanda mempelajari semua berkas itu dengan baik dibantu dengan penjelasan dari Brian. Salah satu asisten Darko kembali lagi ke kantor Amanda setelah wanita itu menelepon Darko untuk menyuruh Brian menjelaskan sesuatu yang tidak ia mengerti.

Darko menawarkan diri untuk langsung menjelaskan secara detail dan terperinci pada Amanda namun, lagi-lagi ditolak secara tegas.

Sebenarnya Amanda sangat tidak tertarik dengan permainan saham atau apapun yang berkenaan dengan perusahaan maupun bisnis. Maka dari itu, ia memilih untuk menjadi arsitek dan mengabaikan permintaan ayahnya untuk belajar tentang manajemen bisnis agar bisa menjadi penerus ayahnya kelak, karena Amanda merupakan anak semata wayang mereka.

Dan sekarang, atas tindakan bodoh yang kurang masuk akal, seorang pria memberinya saham beberapa perusahaan besar yang jika dinominalkan tentu tidak sedikit. Terlebih lagi saham itu perusahaan milik pria masa lalunya yang telah menorehkan luka begitu dalam di hatinya.

Amanda sangat tidak habis pikir.

"Maaf jika aku lancang. Apa nona benar-benar tidak tertarik dengan bosku?" tanya Brian ragu.

Amanda meletakkan berkas yang ia pegang lalu memicing tajam ke arah Brian.

"Kau disuruh bosmu untuk mewawancaraiku? Sampaikan padanya, jika ingin tahu jawabannya tunggu dua bulan lagi," Amanda kembali menekuni berkasnya.

Brian menelan ludah susah payah. Amanda ternyata benar-benar mengerikan apalagi jika dekat seperti ini. Mulutnya tajam dan begitu blak-blakan. Brian menyesal menuruti perintah Darko kali ini untuk menanyakan hal remeh temeh seperti itu.

Setelah satu jam berlalu, semua berkas sudah dipelajari dan disetujui oleh Amanda, akhirnya Brian bisa pulang dengan tenang.

Amanda mengambil ponselnya yang sedari tadi berdering. Nama yang muncul di sana membuatnya tersenyum lebar.

"Appa," sapa Amanda penuh semangat.

Yang meneleponnya adalah ayahnya.

"Dasar wanita nakal! Kau pulang ke Korea tidak memberitahu appa begitu juga saat kau pulang. Kenapa kau begitu terburu-buru pulang ke Indonesia? Padahal, appa dan eomma baru saja tiba di rumah," Ayah Amanda langsung memarahi Amanda tanpa basa-basi.

Amanda meneguk salivanya dengan susah payah. Dari mana ia harus menceritakan semua masalah yang telah terjadi.

"Hmm... mianhae appa (maaf, ayah). Aku pulang lebih awal karena ada sesuatu alasan yang harus aku selesaikan di sini. Tapi, aku janji akan pulang dan menetap lebih lama jika semua urusanku di sini telah selesai,"

"Aku sedang merampungkan proyekku. Setelah itu aku akan cuti dan kembali berkumpul bersama appa dan eomma. Kali ini aku benar-benar akan menepati janjiku," ucap Amanda menyakinkan ayahnya.

"Ya... ya... baiklah kalau begitu. Dan jangan lupa, ketika pulang kemari, kau harus menjelaskan semuanya. Kau pasti tahu apa yang appa maksud," ucap Ayah Amanda tegas.

"Kau mengetahuinya?" tanya Amanda ragu.

"Aku adalah salah satu orang yang berpengaruh di Korea, tentu saja hal apapun yang terjadi di sini akan sampai di telingaku dengan mudah tanpa harus aku memperkerjakan detektif. Ayah harap, kau bisa menceritakan sedetail-detailnya,"

Amanda memejamkan matanya dan menghela napas berat.

"Arraseo (Aku mengerti). Kalau begitu aku tutup teleponnya. Aku akan mengabarimu segera jika aku akan pulang," Amanda menutup teleponnya.

Wanita itu menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi kerjanya sambil menutup kedua matanya.

"Aku dan Darko tidak memiliki hubungan apapun. Bagaimana mungkin seorang teman memberi saham perusahaan besar secara cuma-cuma. Appa tidak akan percaya begitu saja." gumam Amanda.

"Ottoke? (Bagaimana ini?)," Amanda mengacak rambutnya frustasi.

Amanda mencoba memfokuskan dirinya pada pekerjaan yang sedang menunggu untuk dikerjakan. Wanita itu memilih untuk bergegas dalam satu minggu ke depan agar bisa menyelesaikan semua deadlinenya.

??????????

Sudah satu minggu terakhir ini, Amanda menyibukkan diri, tenggelam dalam pekerjaannya. Meskipun ada beberapa hal yang mengalihkan fokusnya.

Bagaimana tidak, selama satu minggu terakhir Amanda selalu mendapatkan kiriman bunga entah itu anggrek, lily, bahkan mawar merah atau putih. Tidak dalam jumlah normal pada umumnya, tidak perlu ditanya siapa pengirimnya, tentu saja pria miskin ekspresi.

Ucapan yang ditulis dalam kartu ucapanpun beragam dan sungguh di luar nalar otak manusia normal. Bagaimana mungkin toko bunga itu mau-mau saja mengikuti permintaan sialan Darko itu.

( Aku merindukanmu )
( Aku ingin kau tidur di sampingku )
( Aku rindu, ayo bertemu dan bermain kuda-kudaan lagi )
( Ranjangku hampa tanpamu! )
( Harus berapa banyak sabun yang aku habiskan? Aku menderita )
( Apakah benihku sudah tumbuh? Jika belum, mari kita sebar lagi! Aku tidak keberatan. )

"Dasar pria mesum! Oh- bagaimana aku bisa berpikir tenang jika dia setiap hari menggangguku dengan kartu-kartu sialan ini!"

"Dan apa ini. Sudah aku katakan aku tidak suka bunga, dia pikir aku ini kuburan, setiap hari dikirim bunga sebanyak ini. Oh- astaga!" Amanda bermonolog.

Arsitek cantik itu mengambil ponselnya dan menelepon seseorang.

"Michyeosseo? (Apa kau sudah gila?)," umpat Amanda di telepon.

"Sayang! Aku tidak mengerti apa yang kau katakan."

Amanda menggeleng tak percaya dengan balasan ucapannya.

"Percuma saja gelarmu yang mengerti belasan bahasa itu, jika apa yang aku ucapkan tadi, kau tidak mengerti!" desis Amanda.

"Kau lebih garang setelah satu minggu lebih tidak bertemu denganku. Sepertinya itu tanda-tanda jika kau butuh belaianku. Jadi, mari kita bertemu segera," Seakan tuli dengan ucapan Amanda, Darko lebih memilih untuk menggoda arsitek cantik itu.

"KAU!!! Oh, astaga! Jangan harap aku akan menyentuh lolipopmu lagi. Pria sialan!" bentak Amanda frustasi.

"What?! Lolipop? Apa maksudnya lolipop?" tanya Darko dengan nada begitu penasaran di seberang telepon.

'Mati kau, Amanda! Kenapa harus keluar istilah anehmu itu.' Amanda membatin sambil merutuki dirinya sendiri.

'Tarik napas, buang! Santai, Amanda. Jangan terpancing,' Amanda mencoba mensugesti pikirannya agar lebih tenang.

"Bukan sesuatu yang penting. Bukankah sudah jelas jika aku bilang dua bulan. Ini baru satu minggu lebih, Darko. Dalam waktu inipun, kau selalu merecokiku dengan kiriman bunga sialan ini!"

"Kau pikir aku ini kuburan? HAH! Sudah ku beritahu berkali-kali jika aku lebih suka bunga bank dibanding bunga seperti itu," omel Amanda.

"Aku akan terus mengirimimu bunga sampai kau mau bertemu denganku lagi dan kita mengulang menebar benih baru, bagaimana? Tawaranku begitu menyenangkan, bukan?"

Amanda menepuk dahinya cukup keras mendengar ucapan Darko. Ke mana hilangnya otak pintar pria itu, kenapa sekarang hanya tersisa otak mesumnya saja.

"Apa isi kepalamu itu hanya tentang menebar benih? Kau benar-benar mesum," keluh Amanda.

"Aku juga tidak tahu, kenapa aku begini. Jika aku memikirkanmu selalu saja terbayang tentang pernikahan dan masa depan bersama anak-anak yang lucu. Entah itu tampan dan pintar sepertiku atau cantik dan pemarah sepertimu," Amanda semakin gusar dengan ucapan Darko.

"Ck! Kau pikir aku akan menyetujui khayalanmu itu? Bermimpi saja terus menerus!" ketus Amanda.

"Itu bukan khayalan, sayang. Aku yakin, kau akan menjadi milikku. Aku akan menyingkirkan siapapun yang berani mendekatimu," tekan Darko.

Bulu kuduk Amanda meremang. Semakin lama ia berbicara dengan pria miskin ekspresi itu, semakin tidak terkontrol reaksi tubuhnya.

"Sampai ketemu satu setengah bulan lagi. Bye!" Amanda segera mematikan ponselnya agar pria itu tidak bisa menghubunginya lagi.

??????????

Seoul

Seorang pria memakai kaos hitam, jeans hitam serta sepatu serupa pula, berjalan memasuki salah satu cafe dengan suasana alam terbuka.

Pria itu menuju salah satu meja yang telah di duduki oleh pria paruh baya yang sedang memandangi kolam Ikan Koi di depannya.

Antonio menundukkan punggungnya sebagai cara salam penghormatan pada orang yang dihormati. Pria paruh baya itu hanya mengangguk lalu mempersilakan Antonio duduk.

Tidak berbasa-basi pria paruh baya itu langsung mencecar Antonio, "Terbang jauh-jauh dari London kemari tentu sangat tidak mungkin jika kau hanya ingin mengajakku minum teh bersama. Kau bahkan tahu, jika aku sangat membencimu." Pria yang ditemui Antonio ternyata adalah Ayah Amanda, Min Jun.

Sudah tahu dari mana Amanda mendapatkan keturunan sifat ketus dan bermulut pedas. Tentu saja dari ayahnya.

Sudah beberapa tahun Antonio tidak bertemu ataupun mengunjungi Min Jun, terakhir mereka bertemu ketika Antonio mengatakan ia mengakhiri pertunangannya dengan Amanda yang disambut kemurkaan Min Jun.

Antonio juga paham jika ia datang menemui Min Jun kali ini juga akan mendapat caci maki, tapi setidaknya ia ingin mencoba terlebih dahulu. Mungkin saja hati Min Jun bisa lunak dan memaafkannya lalu membantunya.

"Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk bertemu denganku meskipun kau begitu membenciku. Aku begitu merasa bahagia," ucap Antonio berbasa-basi.

Min Jun menyandarkan punggungnya dan menatap lurus ke arah Antonio.

"Tidak usah bertele-tele. Katakan langsung apa maumu?"

Antonio menarik napas panjang lalu mengembuskannya untuk mengurangi rasa gugup yang dirasakannya.

"Aku ingin meminta bantuanmu untuk membujuk Amanda agar ia mau memberikan kembali sahamku meskipun hanya setengahnya," ucap Antonio.

Min Jun terkekeh mendengar ucapan pria brengsek yang sudah menyakiti hati putrinya itu.

"Saham? Kau bercanda? Putriku tidak tertarik dengan segala macam urusan perusahaan. Untuk apa dia membeli sahammu? Jangan mengada-ada, Antonio."

"Aku tidak becanda tentang ini. Baiklah, akan aku jelaskan mengapa bisa putrimu mengambil seluruh saham milikku serta beberapa perusahaanku,"

Min Jun memperhatikan Antonio dengan saksama.

"Saham perusahaanku telah dibeli oleh Rajasa Corp atau R corp, salah satu perusahaan raksasa di New York. Pemiliknya mengalihkan semua saham yang telah dibeli menjadi atas nama Amanda. Aku sudah mencoba untuk menemui putrimu untuk membicarakan masalah ini, tapi nihil," Antonio mencoba menjelaskan permasalahan yang tengah ia hadapi.

"Apa maksudmu dengan nihil? Kau tidak berhasil membujuknya untuk bertemu? Pengalihan saham? Lelucon konyol apa ini?" Min Jun bertanya dengan rasa penasaran tinggi.

Antonio menautkan jari jemarinya, lalu menatap Min Jun.

"Akses untuk bertemu Amanda diblokir. Begitu banyak bodyguard tersembunyi yang berada di sekitar lingkungannya. Aku sulit untuk menembusnya. Dua hari berada di Indonesia terbuang sia-sia,"

"Bodyguard? Sejak kapan putriku memakai jasa bodyguard? Apa dia dalam keadaan berbahaya sekarang?" Min Jun kembali menanyakan hal yang sangat bukan cara putrinya.

Antonio menggeleng, "Aku tidak tahu. Mungkin itu suruhan Mr. Darko untuk menjaga Amanda."

"Aku mohon padamu, Mr. Jun, bantu aku untuk berbicara pada Amanda agar dia mau mengembalikan setengah saja sahamku. Aku tidak ingin jatuh terpuruk seperti dulu lagi. Aku tidak ingin keluargaku menderita. Aku tidak mau, istri dan anakku menjadi caci maki orang karena aku tidak memiliki apapun lagi sekarang," ungkapan keluh kesah Antonio ditanggapi Min Jun dengan kekehan geli.

Antonio terkejut mendapati respon dari Min Jun atas curahan hatinya.

"Aku merasa sangat berterima kasih pada orang yang membeli seluruh sahammu itu," Min Jun tersenyum miring dan Antonio masih menunggu lanjutan kalimatnya.

"Kau ternyata masih egois dan sombong sampai detik ini. Aku pikir kau akan berubah, tapi ternyata tidak." lanjut Min Jun.

"Aku sudah memperingatkanmu, suatu saat kau akan mendapatkan karma dari apa yang kau lakukan. Jadi, untuk apa kau memohon-mohon padaku lagi?"

"Dengar, ini adalah harga yang sebanding yang kau dapatkan dari apa yang pernah kau perbuat,"

Pria itu menyeruput teh hijau yang baru saja di hidangkan oleh pelayan. Sedangkan Antonio mendesah. Tangannya terkepal kuat sehingga buku-buku jarinya memerah.

"Dulu kau memanfaatkan rasa ketertarikan putriku demi mengembalikan perusahaan ayahmu yang kolaps dan membangun bisnis barumu dengan uang yang kau curi dariku dan Amanda. Sebenarnya kapanpun aku ingin menghancurkan kembali apa yang kau ambil itu adalah hal yang sangat mudah, tapi putriku yang bodoh itu melarangku. Ia masih berbaik hati padamu meskipun sudah dimanfaatkan dan dicampakan," Min Jun menggelengkan kepala sambil menatap remeh Antonio.

"Jadi, kau sama sekali tidak ingin membantuku?" tanya Antonio dengan sedikit geraman dan tatapan mata yang memerah.

Min Jun tersenyum sombong dan menggeleng, "Tidak! Sekalipun aku bisa melakukannya."

Antonio menggebrak meja membuat air teh tumpah ke atas meja namun, Min Jun tetap bergeming di tempatnya.

"Kalian memang kejam! Keluarga brengsek! Aku doakan, karma juga berlaku untuk kalian! Fuck you!" umpat Antonio marah.

Mantan tunangan Amanda itu terlihat begitu frustasi. Ia meninggalkan kafe dengan amarah yang bergejolak. Antonio belum siap hancur untuk kedua kalinya.

Min Jun menatap punggung Antonio yang menghilang di balik pintu menggeleng pelan.

"Ternyata karma tidak pernah salah alamat. Bukan aku yang membalasnya ternyata tangan lain yang melakukannya. Benar apa kata Tuhan, kebahagiaan ataupun luka akan datang dari apa yang kau lakukan di masa lalu." gumam Min Jun.

??????????

Spoiler

"Aku sudah mengirimkan jawabanku. Kau bisa lihat semuanya di sana," ucap Amanda datar.

Darko menatap amplop coklat yang berukuran besar yang berada di dalam genggamannya. Amplop itu berukuran sangat besar, ini kali pertama Darko melihatnya.

"Kenapa kau memberi jawabannya lewat amplop begini. Akan lebih baik jika kita bertemu secara langsung," ucap Darko.

Amanda berdeham di seberang telepon, "Hmm... maaf. Selamat tinggal, Darko Dio Rajasa,"

Sambungan telepon terputus.

??????????

Wkwkwkwk... dikasih spoiler ternyata bagus juga ????
Berasa nonton Drakor ????
Ya... maapkeun ke gajean Shin ini suka bikin kalian tegang-tegang kalo udah di ujung-ujung penutup bab
??????
Itu biar kalian kangen terus sama Shin ????

Share this novel

Zuraini Othman
2021-11-18 23:52:39 

Xda sbungan ke .???

I'za Farzana I'zafarzana
2020-05-27 11:02:43 

aduhhh...gawat ni aku udah panasaran..bl mau update lg nihhh

Neng Cuiss Tea
2020-02-15 12:08:38 

Mesum mesum tapi baca nya sambil meseum...


NovelPlus Premium

The best ads free experience