BAB 2

Drama Completed 400

Bukan fisik yang gak boleh kena aer hujan?” tanyanya lagi dengan penasaran “yup, bukan, Cuma perasaan aja..” jawabku dan sekarang Ines mengobservasi semua diriku sambil mengangguk anggukan kepalanya dan terjawab sudah mengapa aku memamakai sarung tangan tebal “ok, kalau gitu aku akan nyembuhin lo…” sahutnya “What?.. ga bakal bisa Nes.. percaya deh” dan aku pun semakin akrab, aneh.. konversasi pun berlanjut dengan pertanyaan pertanyaan darinya mengenai penyakitku ini, dan aku pun tidak merasa keberatan meladeninya, mungkin memang kerana aku suka denganya, bukan hanya wajahnya yang sangat cantik tapi juga keramahan dan keriaanya yang sangat menyenangkan, sampai akhirnya dia pun pergi keluar dengan membawa 2 roti keju… “thanks ya bob, sampai ketemu di sekolah ya.. 9 hari lagi, lama banget sih?..” sahutnya sambil melemperkan senyum khasnya “sama sama Ines, anyway.. baju sama rok lo keren kok, kecuali sendal jepitnya ya…” balas ku kali ini dengan senyum yang tulus “hahaha… daaa bobby..” tawa yang tulus pun terlempar dari wajahnya, damn I’m in love…

Hari ke 2
Jam 6.30 pagi toko sudah buka dan aku pun sudah duduk dari jam 6 di sebelah jendela, sudah pasti berharap menunggu Ines keluar dari rumahnya, dan betul saja bukan hanya lambaian tangan yang aku dapat, Ines dengan bergegas berlari menuju toko, “pagii bobbyyy temen aku yang takut sama ujan..” longoknya dengan membuka pintu toko “hahah.. pagi Ines ” sahutku, tetap tertegun melihat kecantikanya, kali ini dia memakai baju sekolah “Eh bawa dua payung Nes?” tanyaku “iya, setelah aku pikir, aku punya terapi buat lo, sini deh lo buka payung ini trus kita ke depan rumah lo, kan terasnya agak jauh dari jalan tuh, trus kita tonton tuh hujan, relaks aja gak bakal kecipratan kok, percaya sama aku … yuk!” ujarnya dengan semangat, dan aku pun dengan bingung mengikutinya dan dengan perlahan lahan kami keluar dari toko, dan sekarang kami pun berdiri menghadap ke jalan dengan payung masing masing, keringat pun mengalir deras, dada ini berdegup kencang, kulihat langsung di depan mata ini butiran butiran hujan yang mengerikan “Ines, aku gak kuat.. aku masuk ya..” ucapku dengan nada bergetar “ok.. sini lo masuk duluan biar payungnya aku lipet” dan Ines pun berpamitan pergi untuk ke sekolah, aku pun tidak menyesal atau marah atas niat baiknya, mungkin memang kerana aku suka padanya..

Hari ke 3
Seperti hari kemarin Ines , mengajaku untuk berdiri di depan teras rumahku untuk melihat hujan, “bob, lo tau gak kalo hujan itu menyimpan masa lalu kita loh.. jadi kalo kaya sekarang gini nih, sebenernya memori kita akan adanya masa lalu biasanya muncul plus lagunya.. jadi kita harus netapin nih lagu apa buat momen lo sama aku berdiri tiap pagi ngeliatin hujan? Biar nanti pas tua lo inget aku kalo lagi hujan” aku pun tersenyum sedikit dalam hati berharap bisa terus melihat hujan seperti ini dengan Ines .. ya sampai tua… “aku tau Nes! Lagunya indecent obsession yang lady rain!” Balasku “haha.. gila jadul banget sih om.. boleh boleh.. hahaha” dan kami pun bernyanyi… Lady raiiinn i hear you at my window… dan tetap rasa takut ini menyelimutiku, sama seperti biasa..

Hari ke 4
Hujan hari ini cukup deras, Ines tidak datang dengan payungnya, dia hanya melambaikan tangan dari seberang kali ini Ines memakai jas hujan menuju ke sekolah, hujan yang deras membuat penglihatanku dari jendela sedikit kabur, aku pun beranjak menuju pintu, dengan perlahan dan menarik napas panjang kubuka pintu hanya untuk melihat Ines hari ini.. mengerikan hujan kali ini sangat mengerikan, butiran butiran panas itu sangat banyak jatuh ke tanah aku bisa merasakanya, nyaris kututup kembali pintu ini sampai suara indah terikakan itu menghampiri “Bobbyyy…” kubuka pintu dan kulihat dengan jelas sosok cantik itu, mukanya terlihat kecil tertutup jas hujanya dan senyumnya seakan membangkitkan keberanianku untuk melawan hujan ini “Hari ini aku absen dulu yaaa…” sahutnya tetap dengan tersenyum… “Iyaaaa Ati ati ya Ines..” teriaku tanpa sadar diriku sudah berdiri di teras.

Hari ke 5
Hari ini Ines terlihat sedih, tidak banyak kata kata yang keluar mulutnya, seperti biasa pagi itu kami pun berdiri di teras untuk melihat hujan, “lo gak papa kan Ines?” tanyaku memberanikan diri “gak papa, Cuma lagi ada masalah dikit aja di sekolah” sahutnya sambil tersenyum namun terlihat matanya sedikit berkaca kaca “ehhmmm.. aku tak tau Nes, memang aku baru kenal lo 4 hari ini, tapi kayaknya lo lagi down banget ya, sori ya kalo merasa gak nyaman.. lo yakin gak papa?” tanyaku dan tiba tiba Ines meneteskan air matanya… dan menegadahkan kepalanya ke langit sambil sedikit tersenyum “gak gak papa kok bob, thanks ya udah nanyain, tapi aku gak papa kok..” jawabnya kali ini wajah itu menghadapku “…bokap nyokap berantem, aku sedih aja, aku sayang banget sama mereka.. aku takut banget kalo mereka bakalan pisah, aku takut banget bob…” air matanya semakin deras, dan aku pun seperti merasakan sakit dan ketakutanya “thanks ya bob udah nemenin aku ngeliatin ujan pagi pagi..” sahutnya lagi sambil menyadarkan kepalanya di bahuku, aku pun merasakan kenyamanan, bukan nafsu ataupun hal yang menggetarkan tapi kehangatan pertemanan yang tidak bisa diungkapkan “mudah-mudahan gak sampai ke arah situ ya Nes, aku doain semoga orangtua lo baik baik aja… apa rasa takutnya mau tukeran aja apa sama aku ?” jawabku “Ogah.. diupahin 7 jt pound strling juga aku gak mau…” dan kami pun tertawa dan senyum indah itu pun kembali menghiasi wajah cantiknya

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience