16.

Romance Completed 143720

Diandra membolak-balik badannya mengamati keseluruhan tampilannya didepan cermin. Hatinya resah semalam suntuk Renita terus menghubungi. Membombardir Diandra lewat pesan dan telepon bisa bayangkan bagaimana bosannya Diandra. Akhirnya sekretaris itu memberikan persetujuan entahlah ia hanya takut bertemu setelah penolakan yang Diandra lakukan pada Rendra.

"Aku bingung!", teriak Diandra dari dalam pondokannya. Entahlah mungkin suaranya terdengar dari luar Diandra tak peduli. Ia benar-benar stres ia belum pernah mengalami hal macam ini.

Pilihannya jatuh pada sackdress bawah lutut warna hijau tua. Yeah..hanya ini yang bisa Dian lakukan baju itu bukan baju mahal ia sedikit tak percaya diri nantinya.

Diandra menghela nafas, ia sudah memastikan dandannya berkesan natural. Ia tak ingin mencari perhatian. Sepatu datar warna nude menghiasi kedua kaki jenjang Diandra. Yeah....ia sudah siap.

Diandra berdiri dengan menenteng kotak bersusun. Renita meminta Diandra untuk memasak makanan pelengkap, dahinya mengkerut sewaktu Renita memintanya.

Diandra memasak yang ia bisa saja karena waktu juga semakin pendek. Ia tersenyum menatap hasil masakannya. Apa Rendra akan datang?, Bibir Diandra terkatup erat dia tidak bisa membayangkan bagaimana nanti dia akan berkomunikasi.

Diandra sudah sampai ditempat yang telah disepakati. Kepalanya menoleh kekanan dan kiri mencari -cari. Sebuah panggilan membuyarkan konsentrasinya.

"Mbak Dian, disini!", Renita melambaikan tangannya. Tampak Renata dan Anjani saja, dimana Rendra. Dian tersenyum menghampiri mereka berdua.

"Terima kasih sudah mau datang. Ayo silahkan kita langsung saja ya", Anjani mengangguk cepat dan langsung mengambil sosis goreng. Diandra menghela napas dan membuka kotak.

"Wow spaghetti!", pekik Renita. Diandra terkejut mendengar teriakan Renata.

"Cuma bahan-bahan itu yang ada di kulkas, saya bingung ya sudah bikin banyak sekalian", ujar Diandra polos. Renita tersenyum dan memberikan sebagian pada Anjani. Diandra penasaran kenapa Rendra tak ikut piknik. Kedua netranya melirik ke segala arah, sesekali melihat kearah Renita takut perempuan itu tahu kalau dalam benaknya Diandra mengharap akan kehadiran Rendra.

"Mas Rendra nggak jadi ikut. Mungkin Mbak Dian ingin tahu, ayo kita makan sama-sama" ajak Renata.

"Oh...iya", jawab Diandra kecewa. Diandra melirik Renita tetapi gadis itu sibuk dengan keponakannya.

Diandra merasakan kekosongan dalam hatinya. Dia memang plin plan. Tidak bisa menentukan cinta sesaat ataupun sesungguhnya. Tapi Diandra masih takut untuk jatuh, ia pernah menyukai teman kuliahnya dulu namun rasanya tidak seperti ini bukan benar-benar cinta hanya mengagumi. Sedang sekarang rasa ini tidak main-main.

Beranjaknya usia semakin dalam pemikiran seseorang pastinya ia ingin serius dalam kehidupan apalagi tentang cinta. Begitu juga Diandra ia juga serius dengan perasaannya tetapi apakah ia bisa terus.

"Mbak cobain nih" Renita memberikan kroket kentang pada Diandra.

Sekretaris itu kaget dengan sikap Renita yang spontan. "Eh maaf, maaf saya lagi melamun", Diandra tersenyum tipis.

" Wah masakannya enak Mbak", Renita terus bicara yang kurang bermutu. Diandra sedikit bosan kadang Renita bicara tentang pasangan yang mesranya kelewatan kadang juga tentang cuaca yang sedang bagus.

Entah ia sendiri bingung menanggapi terkadang Diandra hanya melempar senyum malu-malu.

"Oh ya lebih baik panggil Rere aja, Mbak biar lebih akrab". Diandra bingung dengan perkataan Renata.

"Maksudnya saya boleh panggil nama pendek, begitu?", tanya Diandra ragu. Renata mengangguk setuju.

"Baik kalau begitu, ingatkan saya jika lupa", jawab Diandra. Renata hanya membalas dengan senyum. Dering ponsel Renata berbunyi nyaring.

"Iya Pak Karno, apa?!. Iya Pak aku segera kesana!", seru Renata.

"Kenapa Re?", tanya Diandra bingung dengan sikap Rere. Gadis itu membereskan sisa makanan dan memasukkan alat makan kedalam keranjang piknik.

"Ayo Mbak ikut aku. Mas Rendra kecelakaan!", ujar Rere gemetar.

Diandra lemas tapi ia tidak boleh menyerah ada Anjani yang bingung melihat dua orang dewasa sibuk bertatapan.

"Anjani kita pulang sekarang ya" Diandra bicara pelan-pelan agar Anjani mengerti gerak bibir Diandra.

Diandra tak berhenti membaca doa dalam hati, menyebut nama sang Pencipta berharap Rendra baik-baik saja.

**

Maaf jika saya agak lama update...

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience