Bab 72

Romance Completed 25593

BAB 72

VIAN POV

Aku termangu menatap pria bule yang kini berada di depanku. Semalam Fey mengatakan kalau Bule ini ngotot ingin menolongku. Maksudnya apa???

“Jadi apa tujuanmu ke sini?” Aku langsung menatapnya dengan gusar, meski aku tahu dia akan membantuku untuk memecahkan kasus Soni tapi aku masih tak percaya dengan bule ini. Bukan apa-apa, tapi dia sudah membuat sahabatku sekaligus adik iparku itu bersedih, karena telah menikahi Putri. Padahal, Evan masih terpuruk dengan kenyataan itu. Lagipula pria ini yang dulu selalu membuatku cemburu saat aku masih mendekati Fey. Dari dulu aku memang sudah mengira kalau Christian ini mencintai istriku itu.

Suara merdu Rasya yang mengalun indah, meramaikan suasana café sore ini. Yup, café akhirnya sudah bisa beroperasi lagi, meski sekarang pengunjungnya berkurang, tapi aku bersyukur masih banyak yang percaya denganku. Kulihat masku masih sibuk menatap berkasberkas kasus Soni di sampingku. Dan memang Christian datang tiba-tiba ke café ini saat aku sedang berunding dengan masku.

“Aku menawarkan bantuan!” Kudengar Tian menjawab pertanyaanku dengan tenang.

Aku mengerutkan keningku.

“Maaf, maksud kamu menawarkan bantuan itu dalam rangka apa? Mau merebut hati, Fey?” Biarkan saja dia terkejut dengan pertanyaanku, karena aku benar-benar masih tak mengerti kenapa dia menawarkan bantuan kepadaku.

Kulihat dia tersenyum geli, lalu membuka kacamata hitamnya yang sejak tadi menghiasi wajahnya.

“Kalau bisa pun, dari dulu aku bisa memperistri Aline, lama sebelum mengenalmu. Aku memang mencintainya sejak dulu sampai sekarang, tapi sayang hati Aline dulu tak bisa kudapatkan karena sudah terpaku dengan pria yang tak peka yang membuatnya mengharapkan harapan semu.”

Sukses ucapan bule ini membuat masku yang sedari tadi membaca berkas di sampingku langsung mendongakkan kepalanya. Melepas kacamata bacanya dan kini menatap Tian.

“Eh ... kenapa jadi bawa-bawa namaku, bukan urusanmu juga jangan pernah ikut campur!“ Masku menoleh ke arahku, sedangkan Tian hanya tersenyum lebar.

“Bingo ... dua kakak beradik yang memperebutkan hati satu wanita, dan aku bisa apa? Kalau dulu aku tak bisa mendapatkan Aline karena pengacara bodoh ini, aku pun sekarang tak bisa mendapatkan Aline karena berondong sepertimu, jadi apa kalian masih mengkhawatirkanku merebut Aline?”

Tian kini menyesap kopi yang terhidang di depannya. Lalu bersedekap dengan serius.

“Eh, siapa pengacara bodoh?” Masku sudah mengepalkan tangannya saat Tian menatap kami berdua.

Tapi kutepuk bahu masku itu,

“Udah mas, Tian juga cuma bercanda kali, udah-udah sekarang kita dengarkan saja apa modusnya mau menolong kita.” Aku kembali menatap Tian yang kini masih bersedekap menatapku.

“Aku tulus ingin menolong, aku tak bisa melihat orang yang masih kucintai dan notabene sahabat terbaikku menderita. atas dasar kemanusiaan aku menolong. Lagipula aku merasa bersalah dengan Evan dan juga Putri.” Kulihat dia menghela napasnya lalu membuang pandangannya ke arah jendela.

Sepertinya dia memiliki beban berat ketika mengatakan itu. Lalu Tian menoleh ke arahku lagi,

“Aline dan keluarganya dari dulu sudah aku anggap keluarga, jadi jangan pernah curiga apapun kepadaku, meski kuakui aku masih mecintainya, tapi aku lelaki sejati yang tak ingin melihat orang yang dicintainya menderita. Lagipula aku sudah berjanji dengan Putri, tak akan mengganggu rumah tanggamu atau pun mengusik Evan. Aku tulus menolong.”

Aku melihat ketulusan dari kata-kata bule ini.

“Jadi kau bisa menolong apa? Kasus ini berhubungan dengan orang penting di sini, duit yang bicara, meski aku dan adikku bisa mengatasinya tapi kami tak mau menyianyiakan uang untuk membalas menyuap.”

Masku yang angkat bicara membuat Tian tersenyum.

“Justru itu yang ingin kutawarkan. Kau tahu hanya uang yang bisa menolong kalian, aku akan mengurusnya, akan kubuat keluarga Soni tak bisa lagi berkutik,” ucapan Tian membuatku kini menatapnya tajam.

“Kami tak mau berhutang budi denganmu karena uang,” ucapku sengit.

Tapi kulihat Tian tersenyum.

“Anggap saja ehmm, bukan bukan, aku di sini beramal, bukankah orang yang mendapatkan rezeki harus beramal. Aku ikhlas, kalian tahu aku sudah mengorbankan Putri dan juga Evan. Aku memang picik menikahi Putri agar aku bisa mendapatkan harta warisan. Dan aku akan menggunakan uang itu untuk kebaikan,” ucapnya diplomatis.

Kuhela napas dan menoleh ke arah masku meminta pendapatnya. Masku kini menggangguk pasrah, meski kami bisa melawan keluarga Soni tapi tak ada jaminan semuanya akan berjalan dengan mudah, dan aku juga tak mau membuat Fey memikirkan hal ini.

“Ok, aku terima, tapi aku tak mau berhutang budi.“

Ucapanku langsung dipotong Tian, dia mengangkat tangannya menyuruhku berhenti bicara.

“Aku tekankan di sini aku tulus, ingin membantu.

Sudah sekarang berikan semua berkas yang bisa kupelajari.” Tian kini meminta berkas yang berada di tangan masku.

*****

“Kak, jadi beneran ini sudah selesai?” Rasya berteriak senang di depanku. Kulihat masku membuka jasnya dan melepas dasinya. Mbak Sisca langsung menghambur ke pelukan masku itu.

Baru semalam Tian ke sini dan siang ini saat masku mendapat kabar kalau eluarga Soni akhirnya menyerah dan Soni mengakui kalau dia yang meracuni caféku. Dengan mudahnya kasus ini ditutup dengan Soni akhirnya ditahan dan masih menjalani proses hukum. Bukan itu saja keluarga Soni akhirnya meminta maaf kepadaku dengan melayangkan surat permintaan maaf dan akan membersihkan nama café kepada khalayak umum. Sedangkan masalah Sonia, aku mendengar kalau Sonia sudah keluar dari rumah sakit jiwa tapi sekarang sedang menjalani terapi kejiwaannya. Aku merasa sedih mendengar itu.

“Si bule itu benar-benar kaya, Dek, padahal kau tau sendiri keluarga Soni sangat berpengaruh di kota ini, tapi hanya dengan satu malam mereka bisa bertekuk lutut begitu, aku penasaran apa yang dilakukan Tian? Keluar uang berapa dia sehingga bisa membungkam mereka.”

Ucapan masku membuatku terdiam. Benar, Tian pasti merogoh uang banyak ... untuk semua ini.

“Ahhh asyiikkk berarti mami bisa kembali ke sini kan, Kak?” celetukan Rasya membuatku seketika teringat Fey. Aku langsung mengambil ponselku dan mendial nomor istriku tercinta itu.

*****

“Alhamdulilah!” pekikan Fey di ujung sana membuatku tersenyum. Baru saja kukabarkan kalau kasus sudah selesai atas bantuan Tian.

“Mantan bosmu itu ternyata benar-benar kaya, Fey.”

“Ehmm, iya kemarin saat bertemu denganku dia juga bilang seperti itu, ahh aku jadi tak enak dengannya, dia memang baik hati dari dulu selalu menolongku.” Ucapan Fey membuatku meringis.

“Jadi kau akan beralih mencintai pria milyuner seperti Tian yang sudah menolong?” kugoda Fey meski ada sebersit cemburu memang saat dia memuji Tian.

“Heh, itu mulut kalau ngomong, ya ... minta dicium, selalu saja begitu, Bee ini tak boleh begitu. Tian itu tulus, aku tahu ...” gerutunya membela Tian.

“Ya siapa tahu Fey jadi meleleh karena sikap Tian, kaya lho, Fey ... milyuner, aku kan hanya mahasiswa calon dokter yang masih miskin,” kucoba menggoda istriku lagi, dia pasti saat ini sudah mengerucutkan bibirnya lucu. Bikin gemas, ahhhh kangen deh.

“Vian Atmawijaya, aku bukan cewek matre, ya udah, ahhh, bete ngomong sama kamu.”

Klik

Eh, loh, kutatap layar ponsel dan terkejut mendapati

Fey memutuskan teleponnya. Lah, aku kan cuma menggodanya kenapa dia marah??? Haduuuuhhhh, alamat bisa ga mau ditelepon ini.

“Yaaaahh, ngambek, deh.” Kumasukkan ponsel ke saku lagi dan kulihat masku dan mbak Sisca terkekeh melihatku.

“Makanya jangan goda Aline, sukurin lu udah tahu istri lagi hamil muda digodain, ya, marah tuh,” celetuk mbak Sisca membuatku tersenyum kecut.

“Dek, kita harus berterimakasih sama Tian, bagaimanapun juga dia yang menolong semua ini.” Masku mengingatkanku dan aku segera mengangguk. Kuambil ponsel lagi, dan mencoba menelepon nomor Tian.

“Halo,” sapa suara Tian di ujung sana.

“Ehmm, thanks, ya, semuanya sudah selesai,” ucapku membuat Tian di ujung sana terkekeh.

“Its ok ... aku juga ikut senang, yang pasti jangan buat Aline sedih lagi, ya. Jaga dia, dan sampaikan aku akan selalu mencintainya, kalau dia sudah bosan dengan berondong sepertimu aku siap menerimanya.”

Eh eh ... ini orang mulai lagi dah.

“Jangan harap, Aline itu udah cinta mati sama berondong,” jawabku asal tapi kali ini aku tahu dia hanya bercanda dan senyum tulus tersungging di bibirku.

“Iya tahu ... ya udah, pesawatku sudah mau berangkat nih, mungkin lama tak akan bertemu lagi, karena aku dan Putri akan pindah ke London, jadi sampaikan salamku buat Aline, ya, semoga tetap diberi kesehatan sampai melahirkan. Aku ikut bahagia, dan,“ kudengar Tian menghela napasnya dan ada jeda lama ... “Sampaikan maafku untuk Evan, aku tahu aku tak termaafkan, tapi tolong ... aku tak akan menyakiti Putri, maaf sekali lagi buat Evan. Ehmm, sudah, ya.”

Klik.

Belum sempat aku menjawab sambungan sudah diakhiri.

Kuhela napas. Tian memang orang baik, aku tahu dia juga sebenarnya tak mau menikah dengan Putri. Tapi sekali lagi, dia juga menolong Putri dari kekejaman keluarganya yang menjualnya. Kuhela napasku sekali lagi, semoga semuanya memang yang terbaik.

Mengingat itu, aku jadi merindukan Kavi dan Fey. Langsung aku beranjak dari sofa dan menyambar jaketku.

“Dek, mau ke mana?” Mas Ryan yang melihatku berjalan bergegas ke arah pintu menatapku bingung.

“Ke bandara,” jawabku singkat lalu berteriak ke arah Rasya untuk mengantarkanku.

Tunggu aku, Fey ...

Pulang ke kotamu ... Yogyakarta.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience