Aku Ingin Pulang

Crime Series 21271

Sore itu Salam duduk santai bersama kakek Subandi. Kakek Subandi sangat jarang bicara, ini di karenakan pendengaran yang kurang. Jadi 2 orang itupun tak saling bicara. Sambil menemani sahabatnya itu, Salam mencoba belajar memetik gitar milik Piya. Kakek Subandi tersenyum geli melihat Salam yang gagal memainkan lagu. Piya mengajarinya bermain gitar sebagai pertukaran dengan Salam, sejak kalah tanding karate dengan Salam kemaren. Piya menjadi guru gitar bagi Salam, dan Salam menjadi instruktur atau Sensei Piya latihan karate.

Delima datang dan langsung ke tujuannya ke belakang rumah mendekati Salam. Di lihatnya Salam yang sedang memainkan gitar salah-salah. Piya dan Delima memiliki satu hobi yang sama, bermain gitar. Dulu sewaktu mereka masih kecil, Piya masih SMP dan Delima masih SD, mereka belajar gitar dengan Pak Anto seorang polisi, ajudan ayah Delima, yang juga tetangga rumah Delima waktu tinggal di asrama polisi. Pak Anto melatih mereka hingga mahir main gitar.

Delima mengambil gitar di tangan Salam lalu memainkan lagu Koko rono tomo. Delima memainkan gitar sambil bernyanyi, suaranya merdu. Salam mendengarkan Delima bernyanyi dengan lembut dan syahdu. Lagu itu sangat indah dan pilu. Menarik Salam ke masa lalu. Delima menyanyikan lagu bait-bait lagu Kokoro no tomo dengan penuh penghayatan.

#
Anata Kara Kurushimi O Ubaeta Sono Toki
Watashi Nimo Ikiteyuku Yuuki Nga Waite Kuru
Anata To Deau Made Wa Kodoku Na Sasurai-Bito
Sono Te No Nukumori O Kanji Sasete

Ai Wa Itsumo Rarabai
Tabi Ni Tsukareta Toki
Tada Kokoro No Tomo To
Watashi O Yonde

Shinjiau Kotoro Sae Dokoka Ni Wasurete
Hito Wa Naze Su'ngita Hi No Shiawase Oikakeru
Shisuka Ni Mabuta Tojite Kokoro No Doa O Hiraki
Watashi O Tsukandara Namida Huite

Ai Wa Itsumo Rarabai
Anata Nga Yowai Toki
Tada Kokoro No Tomo To
Watashi O Yonde

****

Salam tak mampu mendengarkan lagu itu lebih lanjut. Meski dia tidak pernah mendengar lagu itu, tetapi isi lagu itu membuatnya terguncang. Kerinduannya kepada kampung halaman, orang tua dan adik-adiknya kembali menggelora. Bathinnya terpukul. Salam menutup wajahnya yang memerah menahan air matanya mengalir. Segara saja dia meninggalkan tempat itu, berjalan cepat menuju kamarnya ke atas, menumpahkan air matanya di sana. Ia tak ingin seorangpun melihatnya menangis.

Delima menghentikan permainan gitarnya. Dia keheranan melihat Salam meninggalkannya tiba-tiba. Apa Salam tersinggung dengannya ? Tadi ia mengambil gitar di tangan Salam begitu saja. Apa Salam marah dengannya ? Delima galau. Ia tak ingin Salam marah dengannya. Delima mendorong kursi roda kakek masuk rumah. Sudah hampir magrib tidak mungkin ia membiarkan kakek sendirian menjalankan kursi rodanya masuk rumah. Piya datang. Ia bingung melihat Delima yang datang tiga hari berturut-turut ke rumahnya. Delima mengerti maksud tatapan Piya tapi ia tak peduli. Memang aneh kalau ia sekarang rajin datang ke rumah bibinya. Tapi ia tak mau ambil pusing dengan cara Piya menatapnya. Delima menceritakan kejadian tadi ke Piya. Piya berlari di tangga naik ke atas menuju kamar Salam. Dia khawatir Salam mengalami trauma lagi. Dengan hati-hati dia membuka pintu kamar yang tak di kunci. Delima bingung. Sedekat apa Piya dengan Salam. Dari lantai bawah dia dapat melihat Piya yang masuk kamar Salam setelah mengetuk tiga kali di muka pintu. Delima iri. Dia juga ingin dekat dengan Salam. Dia naik ke atas mengikuti Piya.

Lampu kamar Salam sengaja di redup kan. Tetapi Piya bisa melihat keadaan Salam yang duduk di sofa dengan menunduk, kedua tangannya menutupi wajahnya, suara tangis tertahan membuat tubuhnya terguncang-guncang. Piya tak menyangka Salam bisa menangis seperti itu. Piya mengambil tempat duduk di sisi Salam. "Ryozo...ada apa?" baru kali ini Piya bisa berkata lembut dengan seseorang. Ryozo membuka telapak tangan di wajahnya, tubuhnya berbalik memeluk Piya. Menangis. Dia seperti anak yang memerlukan kasih sayang keluarga. Air mata Ryozo membasahi pakaian dinas Piya. Piya tidak tahu harus berbuat apa untuk menenangkan Ryozo. Piya meletakkan tangannya di belakang Ryozo dan memberikan tepukan lembut. Ryozo sedikit agak tenang. Tangannya memeluk Piya dengan erat. Deg deg deg. Jantung Piya berdebar kencang. Baru kali ini dia di peluk pria.

Daun pintu kamar Ryozo terbuka sedikit. Delima menyaksikan mereka berpelukan. Hatinya terasa sakit. Delima meninggalkan mereka berdua. Air matanya serasa ingin tumpah. Dia hampir tidak mempercayai penglihatannya tadi. Delima menjalankan mobil meninggalkan rumah itu dengan perasaannya terluka. Baru kali ini ia merasa di kecewakan oleh pria. Biasanya dirinyalah yang meninggalkan prianya, bila ternyata pria itu tidak sesuai dengan harapannya Sebenarnya, Delima ingin mengatakan perasaannya secara terbuka ke Salam. Ia yakin, Salam juga tertarik dengannya. Tapi Salam begitu tertutup. Jadi ia harus bertindak agresif. Tetapi belum sempat Delima mengatakan rasa hatinya ke Salam, tiba-tiba ia melihat Piya berpelukan dengan Salam. Pelukan mesra dan penuh dengan perasaan yang mendalam.

Salam sudah tenang tetapi tak ingin melepaskan pelukannya. Hatinya damai di sisi Piya. Dia bagai menemukan pecahan jiwanya kembali. Piya. Piya sudah menjadi belahan hatinya. "Piya aku rindu kampung halamanku! Temani aku pulang ke Jepang. Aku ingin pulang!", Salam kembali menangis. Piya memberikan pelukan yang hangat. Entah mengapa perasaannya bergetar. Dia merasakan aliran darahnya mengalir dengan kencang ke jantungnya. Ryozo merasakan perasaan yang sama. Ryozo mengangkat wajahnya menghadap wajah Piya. Perasaannya jadi rumit.

Share this novel

Sadar Duka
2020-05-20 04:56:38 

yes yes yes


NovelPlus Premium

The best ads free experience