Bab 39

Romance Completed 25593

BAB 39

VIAN POV

Kalau ingin marah, ataupun mengamuk mungkin ini saat yang tepat buatku. Karena sejak kulangkahkan kaki keluar dari mobil, masuk ke dalam rumah, ternyata istriku tercinta tak ada di rumah. Kata bunda, dia diajak pergi oleh mbak Sisca. Perasaanku sudah tak enak. Aku tahu seperti apa itu Sisca, dari dulu dia membenci istriku karena dia kalah dengan istri cantikku itu untuk mendapatkan hatinya masku, Ryan. Kalau sampai dia nekat mendatangi istriku, itu berarti sesuatu yang buruk akan menimpa istriku. Panik, kuhubungi nomor ponsel istriku, tapi ternyata dia lupa membawanya. Saat aku berusaha untuk menghubungi nomor ponsel mbak Sisca, saat itulah kudengar mobil berhenti di halaman rumah. Aku segera bergegas keluar dari kamar dan apa yang kulihat membuat emosiku menggelegak. Istriku tergolek tak sadarkan diri dalam gendongan masku.

Langsung kuhampiri masku itu dan kurebut tubuh istriku dari gendongannya. Dia tak melawan bahkan pasrah saat menyerahkan istriku. Tapi sempat yang kudengar sebelum dia berlalu pergi.

“Jaga Aline, kalau sampai dia terluka aku yang akan langsung merebutnya darimu,” ucapnya tanpa basa-basi. Aku hanya menatap nanar kepergiannya. Untung bunda sedang mengantarkan kue pesanan dengan diantar Evan.

Ini tak bisa dibiarkan, dua orang yang berambisi sudah menyentuh orang yang kusayangi. Aku tak bisa tinggal diam, tak bisa, aku harus bertindak, karena kalau tidak aku akan melukai dua orang yang sangat kucintai yaitu istriku dan juga calon bayi kami.

*****

“Susunya sudah diminum, Fey?” Kutolehkan wajah ke arah istriku yang baru saja selesai mandi dan kini tampak terduduk di sofa di depan televisi. Malam ini aku dan Evan memang berniat menonton pertandingan bola Liga Inggris kesukaan kami. Dia mengangguk dan meletakkan satu piring cookies buatan bunda di meja.

“Ganti drakor dulu dong, kan bolanya belum main ya?” rajuknya ke arahku, membuat Evan seketika mendekap remotenya .

Aku menunjuk Evan yang bergelung di atas matras di bawahku dan istriku.

“Adik ipar, ganti dulu, gih,” perintahku ke arahnya membuat dia melotot ke arahku.

“Tak boleh diganggu-gugat, mbak Aline kan bisa liat di kamar bunda, biasanya juga gitu kenapa sekarang mengganggu Evan, hayo?” protesnya yang langsung terkena lemparan bantal dari mbak Mawar.

“Aku maunya di sini sama hubby-ku, emang ga boleh?” ucap istriku membuatku menoleh terkejut ke arahnya.

Eh dia mulai manja deh. Ah, aku suka suka suka, kuusap rambutnya dengan sayang dan menyuruhnya berbaring di pahaku. Dia menurut dan bergelung di atas sofa dengan kepalanya berada di pahaku.

Evan menoleh dan mencibir, ”Haduh kalau mau mesum itu mbok ya di kamar saja, gih, atau mau main bola ya dipersilakan monggo di kamar. Jangan di sini, membuatku panas dingin, toh ya, mbake sama mase itu,” celetuknya yang terang saja membuatku dan istriku terkekeh.

“Makanya, to, Van, mbok ya cepetan nyusul gitu, kan jadi ga nganggur tuh,“ tunjukku ke arah Evan membuat dia menatapku horor kemudian menutup kakinya dengan selimut.

“Semprul, lu, Yan, jangan bawa-bawa tweetyku dunks ya ini masih orisinil dari sononya, jangan deh, masih kusayang-sayang,” jawabnya yang sukses membuat mbak Mawar melempar kulit kacang yang baru saja dia makan.

“Masa masih orisinil, lha itu kalau pacaran sama putri sampe mojok di kebun belakang ngapain?” kali ini istriku yang mendapat tatapan horor dari Evan.

“Ish ish ish, mbak Aline tu jangan menyebar fitnah, gini-gini Evan itu masih perjaka ting ting, Mbak, keperjakaan Evan hanya ingin kupersembahkan buat istri Evan tercinta,” jawabnya enteng.

“Dih, emang putri mau sama kamu walaupun perjaka, punyamu itu bengkok, Van,” celetuk istriku yang langsung kena lempar bantal dari Evan, untung bantal itu dapat kutangkap.

Mbak Mawar tertawa lepas, membuat Evan sukses merah padam. Aku pun ikut terkekeh mendengarnya. Suara ketukan di pintu depan yang akhirnya membuatku dan semuanya terdiam.

“Ih, siapa malam-malam begini bertamu,” celetuk Evan.

“Van, gih, sono kamu kan yang biasa tugasnya bukain pintu,” perintah mbak Mawar, Evan beranjak meski malas.

Kuusap rambut istriku dengan sayang, ”Belum ngantuk ya?” tanyaku ke arahnya membuat dia menggeleng.

“Kangen sama kamu, habisnya dua hari kemarin kan ditinggal nginap di rumah sakit,” ucapnya manja.

Kukecup pipinya dengan lembut.

“Mbak, ada cowok kecil mencarimu, nih,” celetuk Evan membuatku mengangkat wajahku ke arah Evan dan di sana sudah berdiri Rasya dengan senyum lebarnya.

Duh ngapain itu berondong ke sini.

“Rasya?” Mbak mawar terbangun dan ikut duduk di sebelahku. Rasya ikut duduk dengan Evan di atas matras.

“Aku kangen sama mbak cantik, lagian bosan tinggal di rumah, kak Vian,” ucapnya.

Rasya memang belum kembali ke Solo karena masih membantu ikut menjaga papa, bagaimanapun juga Rasya ini juga dekat dengan papa dulu waktu dia masih kecil. Dengan mama pun sudah seperti mama kedua buatnya karena dia tak pernah mengenal sosok mama kandungnya sendiri.

“Ngapain ke sini?” ucapku ke arahnya.

“Mau ikut menginap di sini, boleh ya, Kak? Di rumah sakit sudah ada kak Ryan dan tante, kok,” ucapnya merajuk.

“Lagipula kangen sama mbaknya.” Dia menoleh ke arah istriku yang langsung terkena jitakan dari mbak Mawar.

“Ini bocah siapa, sih?” Evan yang sedari tadi hanya diam kini menunjuk Rasya di sampingnya.

“Ini anaknya om-ku, om Dewa itu lho, Van, yang mengelola café di Solo,“ jelasku ke arah Evan.

Rasya sudah mengulurkan tangannya ke arah Evan.

“Masnya ini siapa?” tanya Rasya ke arah Evan.

“Aku adiknya mbak Aline.”

“Owh, adiknya mbak cantik toh, pantas muka mirip,” ucapnya lucu, membuat Evan kini menatapku bingung dan membuat tanda jari miring di keningnya.

“Jangan bilang kau sealiran dengan kakak iparku ini? suka ama tante-tante,” celetuk Evan yang langsung terkena timpuk bantal dari istriku.

“Evan mulutnya, ya, emangnya aku udah tante-tante?”

Evan menjulurkan lidahnya.

“Kan Davy udah manggil Tante Localine, gitu,” ucap Evan yang langsung terkena tabok dari istriku.

“Dih mbaknya cantik belum tante-tante kali, orang cantik begini, bikin gemes.” Celetukan Rasya membuatku keki.

Makin berani aja dia menggoda istriku.

“Udah yuk, Bee, ke kamar aja.” Tiba-tiba istriku ini menggelendot manja di lenganku.

“Euuuuyyyyy panggilnya apaan tuh, bumbleBee, transformer,” celetuk Evan.

“Ish sirik aja, lu, Van sono, cari Putri sono biar tak iri melihat kami.” Aku beranjak dari dudukku dan langsung merengkuh mbak Mawar untuk menghelanya ke kamar daripada nonton sama Rasya sama Evan mending main sendiri aja kan, ya.

“Hust, hust sono-sono, merusak pemandangan bikin iman ga kuat aja,” usir Evan.

Rasya menatapku dan mbak Mawar, “Mbak cantik jangan lupa mimpiin aku, ya,” celetuknya membuat mbak Mawar terkekeh dan kukepalkan tangan ke arah bocah itu, dasar ngelunjak dia.

*****

“Aku pijitin mau?” celetuk mbak Mawar saat kami baru saja selesai sholat isya.

“Eh, tumben Fey mesra ma aku?” Celetukku ke arahnya sambil mencubit pipinya dengan gemas.

“Ehm, kalau tak mau ya udah aku mau tidur aja,” ucapnya lalu langsung menarik selimut.

“Eh tuh kan ngambek, iya sini dong katanya mau pijitin.” Kubuka selimutnya dan kini mbak Mawar bangkit dari tidurnya.

“Rebahan, dan buka baju aku gosok pake minyak urut ya biar hangat badannya.” Ahhh serasa melayang kalau diperlakukan begini sama istriku tercinta.

Langsung kubuka kaos yang kukenakan dan tengkurap di atas kasur. Kurasakan tangan lembutnya mulai mengusap punggungku, terasa hangat dan lembut.

“Bee, ada yang disembunyikan ya, dariku?” ucapnya tiba-tiba membuatku menolehkan kepalaku meski tak bisa melihatnya.

“Memangnya kenapa?” tanyaku.

“Jangan ada yang disembunyikan, aku tahu, kok, kau sedang ada masalah, cerita sama aku, aku kan istri kamu untuk berbagi,” ucapnya.

Ahhh, kenapa mbak Mawar sangat peka, ya? Apa dia tahu kalau aku memang sedang memendam beban yang “Tak usah dipikirin, Fey, aku tak mau Fey ikut mikir, kasian dekbay, sekarang aja Fey masih sakit kan, ya. Kondisinya masih lemah, masih muntah-muntah dan sering pingsan, aku tak mau menambahi beban.”

Kurasakan usapan di punggungku berhenti, membuatku seketika membalikkan badan. Istriku terdiam.

“Aku menambahi bebanmu, ya? Maaf, ya, kondisiku memang lemah, tahu sendiri aku dulu pernah mengalami kecelakaan sehingga membuat trauma di kepalaku jadi kalau kecapean, atau terlalu berat untuk berpikir atau tak kuat menahan sakit pasti pingsan maaf, ya,” ucapnya membuatku bangkit dari posisiku dan kini merengkuh tubuhnya yang mungil itu ke dalam pelukanku.

“Aku tak pernah menyalahkan kondisimu, aku mengerti kok, apalagi ditambah hamil muda begini. Pasti semakin menyiksa ya, dulu mama pernah cerita pas hamil aku, mama malah 3 bulan tak doyan makan apapun dan terus muntah-muntah lebih parah dari Fey.”

Dia menganggukkan kepalanya lalu menatapku.

“Bee, ini benar ya benihmu bisa langsung tertanam di rahimku, kok bisa, ya? Besok kita periksa aja, ya, ke dokter,” ucapnya yang langsung kuangguki membuat dia membenamkan wajahnya lagi.

Ah, damai terasa kalau begini.

*****

Dan sesuai permintaan istri cantikku ini akhirnya aku mengajaknya ke dokter kandungan, tepatnya untuk memastikan memang benarkah itu bisa terjadi tanpa harus merobeknya? Ahhh, absurd sekali pikiranku, ya, yang pasti saat ini aku sedang menunggu di kursi di dalam ruangan milik dokter Ratna, salah satu dokter kandungan di rumah sakit milik papaku ini.

Kulihat wajah istriku tampak tersenyum saat keluar dari ruang pemeriksaan diikuti dokter Ratna. Kutarik tangannya untuk duduk di sebelahku dan aku membenarkan kancing bajunya yang terbuka itu.

“Jadi bagaimana, dok?” tanyaku tak sabar ke arahnya. Dokter Ratna tersenyum menatapku.

“Baru kali ini, aku mendengar kasus begini, ehm, mendengar cerita kalian yang memang belum terjadi apaapa, maksudnya pembuahan itu memang sudah terjadi, jadi begini ya, selaput dara istrimu itu memang tipis jadi begini, aku jelaskan, ... Selaput dara adalah bagian tubuh yang mendapat perhatian khusus ketika seseorang baru melakukan hubungan seks atau sanggama pertama kali. Sebenarnya seperti apa proses robeknya selaput dara saat pertama sanggama?

Sebagian besar orang percaya bahwa saat hubungan seks pertama kali harus ditandai dengan keluarnya darah yang menandakan selaput dara yang dimiliki oleh perempuan tersebut sudah robek. Namun, hal ini tidak bisa menjadi patokan karena tidak semua selaput dara yang robek itu harus mengeluarkan darah. Keluar atau tidaknya darah saat berhubungan seksual pertama kali tidak menunjukkan seseorang perawan atau tidak,” ujarnya, kami menyimak dengan seksama.

“Diketahui bentuk dari selaput dara setiap perempuan itu berbeda-beda, ada yang tebal atau tipis dan apakah letaknya dekat dengan pembuluh darah atau tidak. Kondisi ini turut mempengaruhi apakah seseorang berdarah atau tidak.

Jika selaput dara tebal dan dekat dengan pembuluh darah bisa saja mengeluarkan darah saat berhubungan seksual pertama kali, yang mana selaput darah robek. Namun jika selaput daranya tipis bisa saja tidak mengeluarkan darah. Umumnya jika selaput dara rusak akibat hubungan seksual maka robekannya bisa mencapai dasar. Serta pada orang yang selaput daranya tebal bisa menjadi tipis jika sering berhubungan seks, atau jika terlalu elastis ada yang baru robek setelah berkali-kali hubungan seksual.

Perlu diingat juga bahwa kehamilan dapat terjadi tanpa robekan selaput dara atau tanpa adanya penetrasi. Pada masa subur, wanita mengeluarkan banyak lendir yang encer agar sperma bisa bergerak masuk ke dalam rahim dengan mudah. Sehingga walaupun masih terlapis celana, sperma masih bisa menembusnya. Atau ketika terjadi kontak langsung antar penis dengan bibir vagina/vulva, sperma masih dapat bergerak masuk,” ucapnya panjang lebar, membuatku menganggukkan kepalaku dan istriku kini menggenggam tanganku.

“Jadi, Vian tak usah bingung istrinya yang cantik ini memang tengah mengandung, tapi usahakan besok kalau ingin melakukan penetrasi lagi harus pelan-pelan, ya dijaga kandungannya masih rawan,” ucapnya membuat mukaku memerah.

*****

“Jadi benar kan, ya? Saat itu aku memang sedang masa subur,” ucap istriku yang kini tengah bersandar di dadaku, setelah pulang dari dokter tadi kami memang tak langsung pulang tapi di sinilah kami berada, kalian tahu di mana?

Istriku merengek-rengek minta menginap di hotel, katanya dia ingin memberi surprise, haiishh, ini apa lagi, ya?

“Iya dan benihku juga super bisa langsung tertanam di sini.” Kuusap perutnya membuat dia terkikik geli.

“Dan ini kenapa Fey mengajakku ke hotel?” tanyaku ke arahnya.

Dia bangkit dari tidurnya dan kini menatapku lalu tiba-tiba menangkup wajahku dengan kedua tangannya.

“Aku ingin memberikanmu seutuhnya,” ucapnya membuatku tergeragap.

“Maksudnya?”

Mbak Mawar tak menjawabnya tapi kini dia berpindah duduk di pangkuanku. Lalu mengecup bibirku. Awalnya cuma sekilas, dan hanya kecupan tapi saat kurasakan gairahku mulai naik hanya karena kecupannya kini kubalas ciumannya dengan mendominasi. Membuat kami kini mulai berpagutan dan ciuman kita makin liar.

Kudengar erangan lolos dari bibirnya yang mungil ini, tangannya sudah melingkar di leherku.Tubuhnya kini kuangkat, dan dengan satu kali putaran tubuhnya sudah berada di bawahku terbaring di atas kasur empuk ini.

“Fey, kau benar-benar siap?” tanyaku lagi ke arahnya.

Dan dia menatapku dengan tatapan sendu, “Aku siap,” ucapnya.

Aku semakin diliputi gairah yang memuncak.

Langsung saja kulepas gaunnya, dia menggelinjang saat kuusap kulitnya dengan tanganku ini.

“Indah, sangat cantik,” bisikku ke arahnya membuat dia kembali tersipu.

“Aku malu, jangan menatapku seperti itu,“ ucapnya.

Kukecup lagi bibirnya, mencumbu leher dan bahkan payudaranya yang kini sudah terekspos penuh di depanku.

Tubuhnya kulihat makin berisi sejak dia mengandung. Membuatnya makin seksi.

“Ahhhhhh.” Erangan lolos dari mulutnya saat kucumbu area sensitif miliknya, dan ketika kuarahkan jariku ke pangkal pahanya dia sudah mulai basah.

“Sayang, sekarang, ya?” bisikku tepat di telinganya dan dia mengangguk tanda setuju.

Kubuka semua baju yang melekat di tubuhku, dan dengan perlahan, sangat perlahan kucoba menembusnya. Sekali masih sangat susah, dan ketika kedua kalinya kurasakan cengkeraman kuat di punggungku.

Istriku memekik terkejut, kuciumi wajahnya, kucumbu lagi tubuhnya membuatnya mengerang dan merintih.

“Masih sakit?” bisikku lembut.

Dia hanya mnggeleng perlahan.

“Lakukanlah, aku tak apa-apa,” ucapnya membuatku mengecup bibirnya sekali lagi dan membenamkan semuanya ke dalam tubuhnya.

Dan semuanya terasa begitu luar biasa bagiku. Membawaku terbang sampai menembus langit ketujuh.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience