Pasukan Khusus

Crime Series 21272

Keempat wanita itu tidak menyangka kalau pria yang ditemui mereka ternyata masih sangat muda berumur.

Zay pemuda tampan asisten Ryozo berumur 23 tahun lebih muda dari mereka semua. Tubuhnya tinggi tegap, dia terlihat santai dengan pakaian olahraga. pertemuan itu memang dirancang di pagi hari di Lapangan olah raga. Ada banyak orang di sana.
awalnya mereka menduga Zay seorang pria dewasa berumur antara 30 atau 40-an, ternyata yang datang menemui mereka adalah pemuda yang masih muda.

"Halo! Saya Zay!" sapa Zay yang lebih dahulu. Zay malah sudah mengenali mereka. "Halo! jawab mereka kaget. Zay mengambil tempat duduk di atas rumput, sementara ke empat wanita itu duduk di alas plastik khusus bermotip cantik seperti orang piknik, mereka membawa banyak makanan dan minuman.

Zay tersenyum.
"Saya sudah membaca riwayat kalian!"
"Apa!" seru mereka serempak. "Secepat itu...bagaimana mungkin!?" kata Puji.
Zay tersenyum menanggapi. Pria ini murah senyum.
"Kamu sudah tahu siapa kami?" tanya Amel. Zay mengangguk.
"Kalian seperti intelijen!" kata Anne. "Kamu pasien palsu itu kan?" tanya Zay ke Anne. Wanita itu kaget. "Kamu bisa tahu itu..!"
"Rumah sakit jiwa itu milik.kami!"
"Apa...kalian sengaja membuatnya?"
"Untuk membuat kurungan untuk Dia (Mahesa)". jawab Zay
"Jadi...itu...!" Kalimat Anne di potong Tina.
"Penjara!" sahut Tina cepat. Zay mengangguk mengiyakan. "Syukurlah!" sahut Amel.
"Kok kamu malah bersyukur?" tanya Tina heran.
"Karena kita bisa memantau ilmuan gila itu!"
"Benar juga!" sahut Puji.
"Kamu sekretarisnya kan?" Zay menggoda Amel. Yang lainnya tertawa. "Cuma kamu yang tahu kalau dia ilmuan gila!" kata Tina. Amel tersenyum. Dia menjadi sekretaris Mahesa sejak dua tahun yang lalu. Sejak itu pula hidupnya kacau. Menyadari itu hati Amel sakit. Untungnya dia tidak hamil karena itu. Tuhan masih melindunginya.

Apa rencanamu?" tanya Anne ke Zay. "Melatih kalian!"
"Melatih kami!" kata mereka serempak. "Pekerjaan ini bukan main-main...ini sangat berbahaya...kalian harus bisa melindungi diri!"
"Apa kami di latih ilmu bela diri?" tanya Puji. "Diantaranya begitu!" sahut Zay. Mereka saling berpandangan. "Kamu serius!" tanya Tina. "Tentu saja! Apa kalian berani!" tantang Zay. Mereka terdiam. "Sebaiknya mundur kalau ragu-ragu!"
Mereka terdiam. Dendam mereka harus di balas.
"Siapa takut!" Sahut Amel semangat. "Ya. Tentu saja. Aku siap!" jawab Tina.
"Aku benci dengan diriku sekarang. Aku tidak ingin hal ini terjadi pada orang lain. Aku siap berkorban untuk perjuangan ini!" Puji menepuk pundak Anne. Wanita idealis ini hancur karena Mahesa. "Kita hancurkan mereka!" Puji meletakkan telapak tangannya di depannya. Dia menoleh kepada tiga temannya. Mereka meletakkan tangan mereka di atas tangan Puji. "Kita hancurkan mereka!" Zay tersenyum melihat semangat keempat wanita cantik itu. Sekarang dia punya tugas baru, melatih ke empat wanita itu. Menjadikan mereka pasukan khusus.

Mereka kemudian berangkat ke pulau Pusaka.

.....

Sementara itu, Piya menghubungi Delima. Gadis itu kaget. Piya kok tiba-tiba menelponnya. "Aku punya pekerjaan untukmu!"
"Aku sudah bekerja sekarang. Pekerjaannya enak gajinya tinggi!"
"Gajinya 3 lipat dari gajimu sekarang".
"Kita ketemu sekarang!" sahut Delima cepat. Dia Matre. Piya tersenyum. Piya sejujurnya mengkhawatirkan adik sepupunya itu. Delima bekerja di perusahaan Tokugawa, musuh Ryozo pasti mengincarnya kalau tahu hubungan kekeluargaan meteka. Delima harus berlatih cara melindungi dirinya. "Temui aku di puncak gedung ini!"
"Apa!!" Delima kaget, Piya ada di puncak gedung. Ngapain! Pikirnya
"Sekarang!"
"Oke. Aku ke sana!" Delima berjalan tergesa-gesa menuju lift. Dia takut Piya bunuh diri di puncak gedung itu. Kali aja Piya jadi Gila.

Di puncak gedung perusahaan Tokugawa, Piya menunggu Delima di dalam helikopter. Delima kaget. "Piya? Helikopter ini...!"
"Naiklah! kita berangkat!"
"Apa!!"

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience