Sembilan Belas

Romance Completed 140186

Happy Reading bebs!!!

??????????

Amanda memakai kembali pakaiannya dengan tingkat kekesalan di level paling puncak. Ia begitu kesal dengan apa yang baru saja dialaminya.

Ditinggalkan begitu saja oleh seorang pria dalam keadaan turn on. Oh- yang benar saja, terlintas apalagi terpikir saja tidak pernah di dalam otak Amanda. Tapi kejadian memalukan itu benar-benar terjadi padanya.

Benar-benar sialan pria miskin ekspresi itu. Amanda mematut wajah dan penampilannya di cermin, ia sama sekai tidak mengenali seseorang dalam pantulan cermin tersebut. Ia begitu terlihat urakan, bekas kissmark di mana-mana, bibirnya bengkak dan rambutnya sudah mengerikan. Wanita itu lantas memilih untuk berendam ke dalam bath up untuk mendinginkan kepalanya.

Barangkali dengan Amanda berendam, emosi serta bayangan kejadian bodoh tadi bisa lenyap terbawa arus air. Amanda mulai memejamkan matanya. Hanya lima menit dan itupun dengan usaha keras mensugesti otaknya agar tidak ingat kejadian memalukan yang baru saja terjadi.

Amanda mengumpat kesal sambil memukul genangan air, tempat ia berendam.

"Hadirnya pria itu membuat kehidupanku jungkir balik!"

"Oh, Amanda! Sudah ku peringatkan berkali-kali, jika pria itu berbahaya dan menyebalkan. Tapi, kau masih saja bodoh," Amanda bermonolog.

"Ini gila! Dia sudah mempermainkanku, meninggalkanku begitu saja, tapi kenapa bayangannya selalu menghantuiku. Dan, di luar nalarku, kenapa aku malah semakin penasaran dengannya. Bukankah harusnya aku marah dan kesal serta benci padanya. Oh, sial! Jangan bilang aku sedang ---" Amanda menjambak rambutnya dengan kedua tangannya.

Wanita itu menggeleng dengan ekspresi wajah tidak percaya.

"Oh Tuhan. Apa aku sedang diguna-guna olehnya? Dia bahkan baru beberapa hari terakhir ini hadir ke dalam hidupku. Tidak mungkin aku---, Oh Shit! Bagaimana bisa begitu cepatnya? Amanda, kau harus sadar. Dia pria playboy, ia meninggalkan dirimu sendirian tanpa memberikan alasan apapun. Jangan sampai kau jatuh pada orang yang salah lagi, cukup sekali."

Amanda memilih untuk segera membilas tubuhnya dan memilih untuk tidur, siapa tahu, tidur bisa membuat otaknya kembali berpikir waras dan tidak terbayang-bayang pria sialan itu lagi.

Keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju ranjangnya, Amanda mendesah gusar. Lagi-lagi otaknya dipenuhi kejadian memalukan beberapa saat lalu. Bagaimana pula ia bisa tidur dengan nyenyak, jika ranjang miliknya yang sekarang dalam keadaan berantakan akibat aktivitas pemanasan celup mencelup yang gagal.

"Damn! Fuck You, Darko!" umpat Amanda.

Wanita itu mengambil beberapa potong pakaian dan membawanya pergi. Wanita itu memilih untuk mengungsi ke hotel  untuk melarikan diri dari apartmen nya sendiri.

Dengan memakai kaos lengan pendek bermotif, celana jeans pendek, lengkap dengan sepatu kets dan juga kacamata untuk menutupi matanya yang sangat terlihat jelek. Wanita itu sama sekali tidak memikirkan riasan wajahnya. Fokusnya saat itu adalah secepatnya sampai di hotel.

"Kau akan ku buat menyesal dan membayar mahal semua yang telah kau lakukan padaku," ucap Amanda bertekat dalam dirinya untuk membuat Darko tunduk  padanya.

??????????

Darko berjalan gusar menuju bandara. Ia mengendari mobilnya di atas rata-rata, mulutnya mengeluarkan umpatan-umpatan kesal melihat lalu lalang yang padat menghambat laju kendaraannya, belum lagi karena ia harus menggantung kegiatan nikmatnya begitu saja.

Pria itu bahkan tidak memperdulikan penampilannya saat itu. Kemeja sedikit kusut begitu pula dengan celana kainnya, sangat tidak berkelas. Ia mengambil kacamata dari dashboard mobil yang ia kendarai.

Darko memarkirkan mobilnya pada halaman bandara begitu saja. Melemarkan kunci mobilnya pada petugas keamanan di sana yang sepertinya sudah mengenal bai pria kaya raya tersebut.

Tanpa pengawalan, Darko berjalan dengan tergesa terkesan begitu buru - buru menuju private jet yang sudah terparkir di bandara. Ia menaikinya dengan penuh percaya diri tanpa memoerdulikan keadaan sekitarnya.

Pria itu duduk di salah satu kursi dan seorang pria datang menghampirinya dengan memberikan macbook padanya. Tanpa menunggu lama, pesawat jet tersebut lepas landas siap meninggalkan Indonesia.

Saat ini di dalam kepala Darko hanya tertuju pada dua hal. Yang pertama kondisi ibunya sedangkan yang kedua yaitu kemarahan Amanda padanya.

Pria itu kehilangan kata-kata untuk menjelaskan pada Amanda perihal kepergiannya secara tiba-tiba. Bahkan ia secara spontan telah menghancur ponselnya. Iya! Ponsel, Darko segera memanggil asistennya untuk mengurusi segala yang ada di dalam ponselnya yang telah hancur agar kembali utuh seperti sedia kala.

"Aku ingin ponselku kembali dengan utuh termasuk semua isi di dalamnya," perintah Darko.

"Maaf Tuan, apakah anda menginginkan merk dan tipe ponsel yang sama?" tanya asisten Darko lebih detail.

"Aku tidak peduli mengenai semua itu. Yang terpenting, semua isi di dalam ponsel lamaku bisa kembali utuh tanpa kurang satu apapun," tegas Darko.

Asisten Darko bernama Brian mengangguk mengerti dan segera menghubungi IT yang sudah teruji terpercaya kemampuannya, tanpa menunggu lama.

Darko menyandarkan punggungnya sambil memijat keningnya perlahan. Ia tidak menyangka kejadian seperti ini akan terjadi. Semua di luar prediksinya.

Amanda pasti akan marah sekali padanya. Mengingat betapa pemarah dan keras kepalanya wanita itu. Darko telah menghancurkan kepercayaan diri Amanda padanya. Padahal tinggal selangkah lagi wanita itu akan terikat padanya, tapi semuanya gagal total.

Darko dihadapkan dengan pilihan sulit. Keduanya merupakan wanita yang ia sayangi. Namun, ia tetap memprioritaskan ibunya dibanding Amanda. Ia merasa, perlu berusaha lebih keras setelah ini untuk meluluhkan hati Amanda kembali.

Perasaannya berantakan dan emosinya tidak terkendali saat asisten dan juga salah satu orang kepercayaannya, Mark, menghubunginya untuk mengabarkan kesehatan ibunya tiba-tiba drop. Darko hanya memiliki orangtua tunggal yaitu ibunya. Ayahnya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu saat ia sedang merintis bisnisnya.

Ibunya yang selama ini menguatkannya untuk tetap bertahan dan tidak goyah. Ibunya pula yang selalu mendesak agar pria itu segera menikah. Ibunya menginginkan sang putra kesayangannya untuk menetap di satu wanita dan tidak bergonta ganti pasangan lagi, karena ibunya saat ini mulai sakit-sakitan.

Permintaan Ibunya seakan angin lalu untuknya. Ia masih ingin bersenang-senang dengan dunianya. Melebarkan bisnisnya dan wanita hanya sebagai tempat bermain di kala ia jenuh pada pekerjaannya.

Tapi seakan mendapatkan karma. Darko jatuh cinta pada pandangan pertama pada seorang wanita. Pintar, berkelas dan terpenting, wanita itu bukan jalang murahan. Sebelumnya bahkan ia tidak pernah memiliki pemikiran untuk menikah lebih cepat namun, begitu melihat Amanda, ia menjungkir balikkan dunia Darko.

Awalnya ia pikir semua akan mudah ia lalui untuk mendapatkan wanita itu sama halnya dengan ia mendapatkan wanita untuk kencan one night standnya. Tapi ternyata Darko harus memutar otaknya lebih keras agar wanita itu tunduk pada kuasanya. Wanita pertama yang menolaknya, menolak secara terang-terangan. Menyiram dan menumpahkan wine ke atas kepalanya. Memakinya dengan umpatan kasar dan menamparnya.

Semua hal yang berbeda pada wanita itu lah membuat Darko tergila-gila padanya. Darko pikir, Amanda adalah sosok wanita yang pas untuk menjadi pendamping hidupnya, tempat ia menebar benih-benih calon masa depan mereka.

Perjalanan panjang Indonesia - London terasa begitu lama seperti bertahun-tahun. Ibu Darko saat ini berada di London, Beliau tengah melakukan pengecekan pembangunan sekolah di sana. Ibu Darko merupakan pemilik beberapa sekolah elit yang tersebar di berbagai negara di Eropa dan Amerika.

Ibunya Darko, Rossa, saat ini tengah dirawat di Rumah Sakit dan sedang menjalani segala macam pemeriksaan dan penanganan tentang penyakit yang Beliau derita.

"No! Jangan biarkan mommy pergi sebelum aku sampai di sana. Masih banyak hal yang belum aku ceritakan. Aku mohon Tuhan!" gumam Darko.

"Oh Sial! Kenapa semua ini terjadi secara tiba-tiba!" umpat Darko kesal.

??????????

Setelah menempuh kurang lebih 15 jam perjalanan Indonesia - London, akhirnya Darko mengijakan kaki di Bandara Heathrow. Ia sudah berganti pakaian dengan memakai kaos abu-abu dibalut jaket kulit berwarna hitam, celana jeans dipadu dengan topi hitam senada.

Bugatti Veyron hitam telah siap membawa Darko menuju  Great Ormord Street Hospital, tempat di mana ibunya dirawat.

Begitu sampai di Rumah Sakit, Darko segera menemui ibunya yang  ternyata telah dipindahkan ke ruang VVIP. Pria itu mengambil tempat duduk di kursi yang ada di samping tempat tidur ibunya dan menggenggam telapak tangan wanita paruh baya itu dengan lembut.

Dengan mata yang mengerejap ibu Darko berusaha membuka matanya dan berbicara lemah pada putra semata wayangnya.

"Darko... kau sudah datang?" tanya ibu Darko lemah dan pria itu mengecup lembut telapak tangan ibunya.

"Maafkan aku karena tidak berada di sampingmu saat kau mengalami hal buruk seperti ini," ucap Darko pelan.

Rossa tersenyum lemah sembari menggeleng. Rossa menggosok pelan rambut rapi Darko.

"Mommy baik-baik saja. Pasti Monic yang sudah memberitahu Brian mengenai keadaan mommy saat ini. Maaf, membuatmu khawatir,"

"Sudah ku katakan, kau duduk manis saja dirumah. Kau tidak perlu mengurusi hal-hal remeh temeh seperti ini lagi," ucap Darko.

Rossa menggeleng cepat.

"Dirumah begitu membosankan dan sepi. Aku tidak punya teman untuk mengobrol atau diajak main,"

"Dirumah ada sepuluh asisten rumah tangga, kau bilang sepi? Yang benar saja. Kau becanda, Mom," kata Darko.

"Aku ingin kau segera menikah dan berikan aku cucu. Aku akan berhenti bekerja dan duduk manis dirumah, bagaimana?" Rossa memberikan tawaran.

Darko menarik telapak tangannya dan berdiri. Pria itu berjalan dengan kedua tangan masuk ke dalam saku celananya.

"Aku sedang berusaha keras. Aku akan segera membawanya menemuimu. Kau harus berjanji untuk sembuh," Darko berbalik dan menatap wajah pucat ibunya yang tengah terbaring lemah dengan selang infus di tubuhnya.

Ibu Darko hanya tersenyum dan mengangguk lemah.

??????????

"Sudah sepuluh hari terhitung dari tragedi memalukan dan Pria bastard itu sama sekali tidak menampakan batang hidungnya atau menghubungiku. Dasar brengseeeek!!!" umpat Amanda mondar-mandir di ruang kerjanya.

"Ya Tuhan, tolong enyahkan wajah pria miskin ekspresi  itu dari dalam otakku. Aku benci padanya!! Benci, benci, benciiiiiiiii! Sialan!" Amanda mengacak-acak kertas kosong dihadapannya.

??????????

Flaaaaaattt yah part ini!!
Sesekali lah, Partnya Darko lebih banyak, biar tau alasan dia tiba2 pergi ????

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience